Arti bangsa dalam Arti Etnis dan Politik
Bila disini disebutkan kata bangsa, yang dimaksud bukanlah bangsa dalam arti etnis,dimana identifikasi bangsa tadi diletakan pada warna kulit, bentuk tubuh ataupun bahasa. Tetapi bangsa yang dimaksud adalah bangsa dalam arti politik dimana identitas kebangsaan itu diidentifikasi oleh ideologi, dan hukum yang ditegakkan didalamnya.
Walaupun kata “bangsa” sudah demikian akrab di telinga kita, tapi saya merasa bahwa hari ini kita harus ungkapkan kembali definisinya secara jelas. Seperti diungkapkan dalam pidato Dies Prof Ernest Renan tahun 1882, dan ini pula yang dijadikan referensi ketika Mr Muhammad Yamin berpidato dalam Kongres Pemuda 1928. Dalam pidato nya yang berjudul Qu’est ce cu ‘une nation? Yang berarti Apakah Bangsa itu, Prof Ernest Renan mengatakan : “Marilah kita mencoba untuk bertindak teliti dalam soal soal yang sulit ini, kekeliruan yang paling kecil, yang mengenai arti kata kata , yang dibuat pada peremulaan keterangannya, akhirnya dapat menyebabkan penyesatan (pendapat) yang paling membahayakan[1].”
Secara etnis bangsa cina adalah mereka yang berkulit kuning bermata sipit berbahasa Tiong Hwa, tetapi secara politik Bangsa Cina adalah mereka yang berkewarganegaraan RRC, setia kepada haluan politik dan ideologi negara tersebut, tidak peduli apakah mereka berkulit kuning, sawo matang atau bahkan negro sekalipun.
Didalam peristilahan Islam kata “Ummat” dan “Masyarakat”senapas bahkan lebih tegas maknanya dengan kata “Bangsa” dalam arti Ideologis tadi[2]. Ummat berasal dari kata ‘Amma yang berarti menuju dan berniat. Makna ini terdiri dari tiga arti : Gerakan, Tujuan dan Ketetapan Kesadaran. Dan kerena kata ‘Amma pada asalnya mencakup makna kemajuan (taqaddum), maka sekaligus makna Ummat ini tersusun dari empat arti : Ikhtiar, Gerakan, Kemajuan dan Tujuan[3]. Ummat Islam adalah kesatuan manusia yang dengan sadar memilih jalan Islam, bergerak memenangkan Islam, dengan satu satunya tujuan dalam bergerak maju dan membangun ini yakni semata mata beribadah kepada Allah “Sang Pemberi Jalan”.
Sayid Qutb menegaskan bahwa satu satunya ciri adanya masyarakat Islam adalah ditegakkannya hukum Islam yang mengatur masyarakat itu. Kaum Muslimin yang hidup di luar tatanan hukum Islam tidak bisa disebut Masyarakat Islam, mereka adalah “Komunitas/kaum muslimin” yang menjadi bagian dari masyarakat lain.
Untuk mempertegas inilah maka Majlis Islam tahun 1948, komunitas muslimin di Indonesia yang menyadari misi mereka membangun kekuatan sendiri mempertegas keberadaannya dengan kalimat “Ummat Islam Bangsa Indonesia”, dimana bangsa Indonesia pada kalimat itu tidak memiliki dimensi ideologis, semata mata sebagai alamat keberadaan mereka saja, sedangkan secara politik ideologis mereka membangun Ummat Islam dalam arti yang sesungguhnya, terpisah dari Republik Indonesia yang membangun “kebangsaan” Indonesia sebagai landasan kelahiran negara tersebut.
[1] Apakah Bangsa itu, Ernest Renan, ahli bahasa Prof. MR. Sunario, Alumni, 1999, Bandung, hal 3.
[2]Nation berasal dari kata Naitre yang berarti “lahir”. Dengan demikian pada asalnya penamaan ini mengungkap sendi dasar yang menjadi ikatan alami yang disucikan dan terhujam dalam perasaan kebangsaan dalam arti etnis, bahwa yang mengikat antar individu dalam sebuah bangsa adalah kekerabatan, kesatuan darah dan ras. Lihat Ummah dan Imamah, Ali Syari’ati Yapi, Jakarta, 1990. hal 32.
[3] Ummah dan Imamah, Ali Syari’ati Yapi, Jakarta, 1990. hal 36.
Tidak Ada Ummat Islam di Republik Indonesia
Apakah muslimin di Republik Indonesia adalah sebuah Bangsa Islam / Ummat Islam atau Masyarakat Islam. Jawabnya jelas Tidak, mereka adalah Bangsa Pancasila, Ummat Pancasila dan Masyarakat Pancasila. Mereka adalah kaum muslimin yang merupakan bagian dari masyarakat Pancasila. Mengapa demikian ? Karena Indonesia sebagai bangsa tidaklah dilahirkan atas dasar Islam. Pada tahun 1928 Bangsa Indonesia lahir atas dasar : sejarah bahasa dan hukum adat[1]. Demikian juga pada tahun 1945 ketika Bangsa Indonesia berhasil menegakkan negara, mereka memperjelas identitas politik bangsanya sebagai bangsa bukan Islam, dengan mengganti teks proklamasi yang disiapkan PPKI yang ditindak lanjuti keesokan harinya dengan mencoret kewajiban (negara untuk) menjalankan hukum Islam bagi para pemeluk pemeluknya[2].
Dengan diproklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, berarti bahwa Bangsa Indonesia telah manyatakan secara formal, baik kepada dunia luar maupun kepada Bangsa Indonesia sendiri, bahwa mulai saat itu bangsa Indonesia telah Merdeka. Merdeka berarti bahwa mulai saat itu Bangsa Indonesia telah mengambil sikap untuk menentukan sendiri nasib bangsa dan nasib tanah airnya dalam segala bidang. Dalam al kehidupan, kenegaraan, berarti Bangsa Indonesia akan menyusun negara sendiri. Sedangkan dalam hal hukum, Bangsa Indonesia akan menentukan hukum sendiri, yaitu hukum Bangsa Indonesia sendiri, serta akan melaksanakannya sendiri.
Oleh karena itu pernyataan kemerdekaan, berarti bahwa mulai pada saat itu telah berdiri negara baru, yaitu negara Republik Indonesia. Bersamaan pada saat itu berdiri pula Tata Hukum beserta dengan Tata Negaranya[3]. Proklamasi merupakan Norma Pertama bagi Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan sejarah proklamasi ini menegaskan bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa Islam.
Semenjak itu tumbuhlah bangsa Indonesia ini sebagai bangsa kufur yang terus membangun negaranya, membenahi tata hukum yang mengatur kehidupan warganya. Karena pengaruh dan tekanan Bangsa Belanda, maka hukum nasional RI selanjutnya mengacu pada hukum Belanda bukan lagi hukum adat seperti yang diserukan pada Kongres Pemuda 1928.
Adalah mengherankan dimana kaum muslimin rela menjadi bagian dari bangsa yang kufur ini, menjadi bagian dari satu negara yang pada saat lahirnya dengan tegas mencoret kewajiban negara untuk melakasanakan syari’at Islam bagi para pemeluknya. Dan semangat persatuan serta pengikatan diri pada kedzaliman seperti ini dikenal dalam Islam sebagai ikatan Ashobiyyah yang terkutuk dan membawa kemurtadan. Dalam banyak keterangan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alayhi wa Alihi wa sallam menyatakan : Bukan dari golongan kita orang yang menyeru kepada Ashobiyyah (kebangsaan) dan bukan dari golongan kita orang yang berperang atas dasar kebangsaan, dan bukan dari golongan kita (walaupun tidak ikut menyeru atau berperang, tetapi sekedar) mati di atas dasar kebangsaan. HR. Abu Dawud.
Dari Watsilah bin Asqa ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah : Apa yang dikatakan Ashobiyyah ? Sabdanya : Bahwa engkau menolong kaummu dalam kedzaliman.”HR. Abu Dawud.
Dua pertanyaan itu jelas bahwa dukungan muslimin atas Republik Indonesia, berwali kepadanya adalah pertolongan mereka atas berdirinya sebuah negara yang tidak berhukum kepada hukum Allah, sedang Al Quran mengatakan barang siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka mereka adalah orang orang yang zalim (S. Almaidah (5) : 45.
“Barang siapa yang terbunuh di bawah panji kesesatan, ia menyeru kebangsaan (Ashobiyyah) atau menolong kebangsaan (Ashobiyyah), maka bangkainya ialah bangkai jahiliyyah.” (H.S.R. Muslim)
“Barang siapa yang keluar dari taat kepada imam dan berpisah dari jama’ah lalu ia mati, maka matinya itu sebagai matia jahiliyah. Dan barang siapa berperang di bawah bendera kesesatan, yaitu ia marah karena kebangsaan atau mengajak orang orang kepada kebangsaan atau menolong kebangsaan, lalu ia terbunuh, maka bangkainya itu, ialah bangkai jahiliyyah.” (H.S.R. Muslim dan An Nasai)
Dan pernikahan pada hukum Non Islam sebagaimana yang ditegakkan di Republik Indonesia, jelas merupakan keberpihakan kepada hukum Jahiliyyah seperti yang disinyalir dalam Al Quran :
Apakah Hukum Jahiliyyah yang mereka cari, maka hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi mereka yang yakin ?” S. Almaidah (5) : 50.
Ini bukan berarti bahwa anda sama sekali harus melupakan bahwa anda adalah orang Indonesia, atau tidak mau menyebut nama Indonesia sama sekali. Sebab secara etnis kehadiran bangsa di muka bumi adalah kehendakNya[4] demikian juga dengan berbeda beda bahasa dan raut muka[5]. Keberadaan suatu bangsa diakui dalam Islam, namun Islam idak mengakui kedaulatan sebuah bangsa dalam arti politik dan ideologis dimana karena mereka merupakan bangsa yang berbeda kemudian berhak menegakkan hukum hukum yang khas produk bangsa itu sendiri. Tegasnya kalau anda sebagai bangsa Indonesia ingin agar hukum hukum yang mengatur hidup anda adalah hukum buatan bangsa Indonesia sendiri[6], maka anda kafir, zalim dan fasiq, bangkai anda adalah bangkai Jahiliyyah. Tetapi bila anda sebagai bangsa Indonesia, ingin agar hukum yang mengatur hidup anda adalah hukum dari yang menciptakan bangsa ini yakni Allaz Azza wa Jalla, maka anda telah mensyukuri nikmatNya. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika seseorang bertanya kepada beliau : “Telah bertanya seorang laki laki : Ya Rasulullah, adakah termasuk Ashabiyyah seseorang yang mencintai kaumnya ? Sabdanya : Tidak ! Tetapi yang dimaksud bagian dari Ashabiyyah itu adalah jika seseorang menolong kaumnya atas kedzaliman..” H. R. Ahmad dan Ibnu Majah.
Sudahkah hal ini disadari oleh para peserta Kongres Mujahidin I di Jogja ? Untuk apa mereka berkumpul disana ? Bila – sekali lagi saya katakan ; Bila – ternyata apa yang mereka lakukan adalah berusaha memberi warna pada Bangsa Indonesia dalam konteks wadah Republik Indonesia agar terasa Islami maka jelas ini merupakan sebuah kemubadziran yang memilukan. Bukan berarti saya menuduh bahwa niat hati para tuan tuan itu yang tidak tulus, tapi paradigma berfikir mereka yang keliru. Mereka mengidentikkan diri mereka sebagai bagian dari sebuah bangsa hanya karena mereka lahir di bumi Nusantara, kemudian dengan serta merta memihak kekuatan struktural yang dikelola kulit sewarna, bahasa yang sama padahal jelas jelas menolak Islam sejak awal kelahirannya.
“Tidakkah kamu memperhatikan orang orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran (dalam konteks RI adalah mencoret kewajiban menjalankan syari’at Islam -pen) dan menjatuhkan kaumnya ke dalam lembah kebinasaan. Yaitu neraka jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk buruknya tempat kediaman” (Surat Ibrahim : 28-29)
Tidakkah mereka menyadari bahwa Republik Indonesia adalah sebuah Struktur Kekafiran yang jelas jelas menjalankan Kafirisasi Struktural dengan menjalankan Hukum Hukum Non Islam. Dan kekafiran struktural[7]tidak pernah akan menerima Islam kecuali dihancurkan. Berbeda dengan kekafiran pribadi yang sangat mungkin akhirnya berubah menjadi muslim, demikianlah Nabi kita diperintah mendakwahi mereka[8]. Adapun terhadap Struktur yang kafir maka yan harus dipersiapkan adalah kekuatan[9]. Sebab mereka tidak mengerti bahasa apapun selain bahasa kekuatan.
Seharusnya mereka mengerti bahwa mentaati, memberikan loyalitas walaupun hanya sebagian, dipilih yang dirasa sesuai dengan syari’at Islam misalnya, tetap saja merupakan kemurtadan, sebab apa yang sedang dilakukan bukanlah membangun sistem Islam yang seharusnya mereka utamakan.
“Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (set back, riddah) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa, dalam konteks ini adalah talbisul haq bil bathil) dan memanjangkan angan-angan mereka (fikiran mereka.
Dipenuhi impian bahwa inilah jalan terbaik untuk secara evolutif dan lembut menerapkan ajaran Islam setahap demi setahap) Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka.
Bagaimanakah (keadaan mereka) nantinya apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul mukul muka mereka dan punggung mereka?
Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka (tidak berdampak apa apa -pen). Surat Muhammad :25 – 28 |
Namun apabila – dengan penuh harapan saya katakan sekali lagi ; Apabila – Kongres ini benar benar merupakan upaya kearah kebangkitan Bangsa Islam di Indonesia, sebuah perjalanan menuju kejayaan Ummat Islam Bangsa Indonesia dalam arti yang telah disebutkan di atas, maka inilah kilat harapan. Bukan kilat ketakutan, sebab petir bukan saja pertanda hujan akan datang, tetapi juga bisa isyarat kemurkaan Allah yang ditimpakan kepada orang orang yang berbantah bantah tentang ajaran Allah[10]. Semoga demikian adanya, Amin.
Tentu saja, bila arah tujuannya adalah membangun Bangsa Islam dalam arti ideologis, maka tentu paradigma berfikirnya haruslah dalam format Negara Islam, sebab dalam Negara Islam inilah Ummat Islam tumbuh dan berkembang. Sebab tidak ada Ummat Islam kecuali dalam kerangka Negara Islam, sedang di luar Negara Islam, muslimin hanyalah anak bangsa kufur belaka, bagian dari sebuah sistem buikan Islam. Dan ini berbahaya bagi status keummatan mereka di hadapan Allah, seperti dinyatakan dalam beberapa hadits :
“Saya (Rasul SAW) berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal (merasa tentram) bersama kaum musyrikin.”
“Janganlah kamu tinggal bersama sama dengan orang musyrik, dan janganlah kamu bergaul dengan mereka. Barang siapa yang tinggal bersama mereka, maka ia termasuk golongan musyrikin (minhum).
” H. R Tirmidzi[11].”
Ini bukan berarti menutup kemungkinan berjuang di kandang lawan, bertempur di front musuh. Bisa saja seorang mukminin berada di struktur kuffur, selama kehadiran mereka di sana merupakan taktik infiltrasi (penyusupan) atas dasar tugas dari front Islam (S.3 : 28). Seperti yang pernah dilakukan seorang mukmin yang menyembunyikan imannya dalam struktur elit fir’aun (S.40 : 28), atau yang dilakukan Nabi Yusuf AS, menjadi tenaga Ahli dalam Darul Kufur (lihat Lampiran 2). Sebab kata <<sakana>> yang dimaksud pada hadits di atas menunjukkan kerelaan dan pemihakan, akan berbeda kasusnya bila tinggal di sana dengan sebuah mision. Maha suci Allah yang telah menunjukkan strategi jihad seperti ini, sehingga menjadi jalan bagi kebangkitan bangsa Islam pada jaman Tholut berlanjut hingga Nabi Dawud dan Sulaiman. Demikian juga peran Abbas pada masa perjuangan Rasulullah SAW. Mengenai hal ini kita akan coba ulas pada diskusi yang berbeda di lain masa, Insya Allah. Amiin.
[1] Ibid hal 91 – 95. Lampiran 1 : Pidato Mr. Muhammad Jamin dalam Kerapatan Pemuda Indonesia tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Dimana Mr. Moh Jamin mengatakan : Kami kemukakan di sini, karena kita percaya bahwa hidupnya bangsa kita sebagian besar diatur oleh hukum kebangsaan, hukum adat, atau adat recht. Benar zaman sekarang (1928) pengaruh hukum barat lama kelamaan bertambah tambah di tanah kita, tetapi sebagian besar dari bangsa kita hidupnya bernaung di bawah adatnya dan masih percaya akan hukum yang berurat berakar dalam adat. Hukum yang tertulis dan disyahkan tiada sekali kali bersimaharajalela di tanah kita, melainkan terletak dan dipakai di sebelah hukum adat……. Sebab itu marilah kita memalingkan mata kita kepada hukum adat, yaitu hukum tempat kita dibesarkan, hukum yang diturunkan moyang kita, hukum yang kita muliakan seperti pusaka. Marilah kita berbalik kepada rumah kita sendiri dan mengenali bagaimana duduk letaknya………
[2] Lihat lampiran I (sejarah Proklamasi Republik Indonesia)
[3] Joeniarto, S. H., Sejarah Ketatanegaraaan Republik Indonesia, Bumi Aksara, 1996, hal 4
[4]S. Al Hujurat (49) : 13
[5] S. Ar Rum (30) : 22
[6] Bagaimana kalau malah menggunakan hukum dari yang pernah berabad abad menjajah Indonesia ?
[7] S. Al Baqarah (2) : 6
[8] S. Ar Ra’du (13) : 30
[9] S. Al Anfal (8) : 60
[10] S. Ar Ra’du (13) : 12
[11] Lebih jelas lihat Said Hawwa, Aksioma tentang Islam, Al Islahi Press, Jakarta, 1990 hal 76 – 11.
Mei 13, 2012 at 2:40 am
Jangan lah hatimu, di kuasai oleh fikiranmu.
Karena sesungguhnya tidak memuat Zat Allah pada fikiran dan rasamu. Penuhilah hatimu dengan NurNya.
Wahai penulis…Kasihilah dirimu dan keluargamu serta anak keturunanmu. Bebaskanlah dirimu dari fikiranmu dan dari egomu.
Mei 27, 2012 at 2:10 pm
Dzat Alloh[qaaf][1][dza wau ya]aura langit tebar-pesona di bumi
miim[2]sehabis dal, diberi tanda titik yang kemudian bersuara “dzal”.
miim[3]sehabir ra, diberi tanda titik yang setelahnya bersuara “zay”.
[2] itu aura bumi, memakai suara akal,
bidzikri Alloh[ar-rad28] bidzikri ar-rahmani[al-anbiyaa36], bidz-dzikri[fushshilat41], bidzikriHim[al-muminuwn71]
[3] itu aura langit, memakai suara hati,
az-zuburi[Al-Qamar43,52], wa-biz-zuburi[fathir25],waz-zuburi[ali imran184,an-nahl44]
proses[1][2][3] itu disebut Al Qalam, nun, al qalam dalam perjalanan suara pengabdian berupa tulisan. Al Qalam : aktifitas dan kreatifitas pena berita AjaranNya.
sudahkah “anonim” memahami dengan baik [1][2][3] dalam naungan ‘ilmu AjaranNya?
jika tidak memandang teliti proses [2], maka perbuatannya seperti menggunakan sarang-sarang pemikiran bertipe “laba-laba”, yaitu menyukai pandangan pemikiran orang-orang yang dianggap sesuai tingkatan akalnya dan dibenarkan oleh hatinya, bisa-jadi karena status sosial, kelompok, golongan, partai, negara. Al-‘Ankabuwt41-45.
dan jika tidak mengenal dengan baik proses [3], maka perbuatannya seperti mengabdi kepada tulisan dengan segudang prasangka pemikiran, yang serupa makna dengan menyembah “matahari” ciptaanNya.An-Naml20-26
al-Hud-Huda[burung bertipe Hud-Hud] : suara pemikiran yang diterbangkan dengan sayap-sayap yang menyukai kepemimpinan produk-tulisan “nama besar”, sehingga tanpa sadar terjerumus kepada perbuatan yang menyembah “makhluk ciptaanNya”, dan akhirnya berujung kepada perbuatan yang melupakan kekuatan pemilikNya, Yang Menciptakan Langit Bumi.
akibat tidak memandang secara teliti [2], dan tidak mengenal dengan baik [3] maka sudah pasti tidak menggunakan dzat Alloh. Yang digunakan adalah dzat dari kelompok[plakat nama], golongan[plakat agama], partai[plakat berita], negara[plakat pengabdian]. Jadi mereka menggunakan “nama Alloh”,”nama Kitab”, “nama Muhammad, ‘Iysa, Muwsa, ibraHim”, hanyalah sebagai perisai untuk membela kepentingan kalimat kelompok, surat golongan, pernyataan partai, peraturan negara. Payah dan sungguh payah sekali cara berpikir kalian. Kotor dan sungguh merusak nilai Keindahan AjaranNya.
Mei 27, 2012 at 4:54 pm
Kereta Dorong bayi
penjabaran diatas [1][2][3]serupa makna ‘inda babi luddan, atau fi az-zuburi Al Qamar52, bidzikriHim al-muminuwn71
‘inda itu seperti face-book[wajah tulisan], duwni itu seperti face-brain[wajah pemikiran].
‘inda babi luddan : seraut wajah tulisan berpintu suara “luddan”.Al Baqarah204 “a-lladu”, Maryama97 “lluddan”. Dan pintu suara itu [1] yang ditantang dan mereka menentang secara keras dan terbuka berita ajaranNya [2][3] sehingga tipe perbuatannya “luddan”.
‘inda babi luddan : secangkir pemikiran tulisan berpintu suara yang bernilai pembangkangan terhadap berita ajaranNya dan segala sesuatu yang terkait dengannya.
terdapat pada “dongengan beritaNya” terkait ‘iysa ibnu maryama, ‘inda al-minarati al-baydha-i [seraut wajah yang terlukis pada menara pemikiran seputih kapas yang lembut], syarqiyya dimasyqa[yang diterbitkan cahaya pemahamannya dengan kendali syari’at ajaranNya].
Dan juga terkait kata “an-naghfa”. Apakah maknanya?
ianya serupa “makhluk pemikiran” yang tumbuh dari cacing tanah yang menggemburkan nilai suatu pengabdian beritaNya, yang dapat membersihkan lendir pada hidung bernafas kepemimpinan yang buruk, dan juga untuk membuang ulat ganas yang melekat pada hidung pemikiran berkategori hidung kambing dan hidung unta. Atau bahasa kerasnya ada pada surat47 ayat 4 : suatu tindakan pemikiran yang terikat perintah untuk memenggal leher pengabdian yang mengotori ajaranNya dengan menggunakan “nama Alloh”, “nama kitabNya”, dan “nama para WaliNya” demi sesuatu kepentingan kelompoknya, golongannya, partainya, negaranya.
apakah bahasa sederhana penjelasan “annaghfa”?
yaitu menterjemahkan suatu kata yang terdapat pada lembaran AjaranNya, dengan kebebasan ekspresi “wanamiyru [yusuwfu65]” yang menggunakan makanan ‘ilmu huruf dan disetarakan dengan kondisi pemakaian ucapan sesuai jaman kehidupannya.
contoh : kata Al Mahdi, bisa diartikan sebagai “Kereta Dorong Bayi”.
kata “Al Mahdi” terdapat pada Ali Imran46, Al maidah110, Maryam29.
bayi : yang menggunakan hati[rasa] dikala tertawa dan menangis, sedang bayi dimisalkan berita AjaranNya yang baru terlahir.
siapa yang menggerakkan Al maHdi? Khalifatulloh
apakah Khalifatulloh itu? Awan perubahan yang dikendalikan singgasana AjaranNya.
[kha lam fa] :
*yang berganti jaman hidangan beritaNya -> Al Muminuwn80 “akhtilafu” [yuwnus6 “akhtilafi”]
*yang menjadi poros kekuasaan AjaranNya -> An-Nuwr55 “istakhlafa”
*yang tidak berpihak pada berita pengabdianNya -> At-Tawbah83 “al khalifiyna”
*yang menjadi asas pergantian kepemimpinan berita ajaranNya-> Al A’raf142 “akhlufni”
*yang memiliki kekuatan rotasi kepemimpinan beritaNya -> az-zukhruf60 “yakhlufuwna”
Khalifatulloh : Alloh sebagai kekuatan Perubahan perjalanan berita AjaranNya.[kitabulloh,rasululloh]
Kha[pijakan berpedoman KitabNya] Lam[yang mengatur dan mengarahkan] Fa[berita AjaranNya]
akhtalafuw : AlBaqarah176,213,253,An-nisa-a157,Yuwnus93,An-nahl64,124, Al Jatsiyah17
yang diperselisihkan[akhtalafuw], seperti “plakat nama batu nisan” yang mengatasnamakan [‘iysa]AlBaqarah253, dan seperti “plakat agama” yang mengatasnamakan asas [as-sabtu]An-nahl124
apakah ada hubungannya “menara putih” dengan kata “khalifah”?
yaa, tertulis dengan wallahu khaliyfati ‘ala kulli muslimin
apakah artinya?
Ikatan berita ajaranNya yang berhak atas seluruh kekuasaan yang berlaku pada pengabdian yang tunduk dan patuh mengatasnamakan jalan Alloh[asma KitabNya, asma para waliNya].
dicukupkan seluruh perjalanan ini, dan maryama33 sebagai penjelasan mengapa berita AjaranNya sebagian besar melekat pada “pintu luddan” milik pihak terkait anonim.
tiada satu makhlukpun yang dapat mengelak suatu perintah untuk menjalankan berita AjaranNya, apabila Yang memiliki Langit Bumi berkehendak atasnya. Dikarenakan usai kesanggupan perjalanan “penggembala kambing” yang naik turun puncak-puncak gunung yang tinggi, dan memohon kepadaNya untuk mengampuni segala kesalahan para abdiNya.
ampunilah mereka, dan ampunilah mereka yang sungguh benar ingin memperbaiki langkah yang tersesat sebelumnya. SELAMAT TINGGAL
Mei 30, 2012 at 12:28 am
Menyayangi yang seperti membenci
teori Kelapa Kopyor
[1]kulit,[2]sabut,[3]batok,[4]daging-kelapa,[5]air-kelapa
sebagai perumpamaan yang mendekatkan kepada pemerhati lembar ajaranNya :
[3] itu seperti dinding pembatas yang tersebut dengan Kitab
[2] itu terjemahan yang kaku dan kasar
[1] sebagai bahasa “ibu” kitab atau yang dikenal dengan suara istilah bahasa “arab”.
[4] itu terjemahan yang menggunakan ‘ilmuNya
[5] itu pemahaman maksud dan tujuan yang terpancar dari [4]
Al hadiid13
jadi yang enak untuk dimakan dan diminum itu bukan sabut sama kulit kelapanya, melainkan daging dan air kelapa kopyornya.
inilah yang termaksud dalam surat111 ayat5.
atau yang termaksud dalam kata “saqar” yaitu tidak membiarkan dan mengekalkan yang pokok itu hanya pada tulisan yang diterjemahkan dengan bahasa kehidupan, melainkan diterjemahkan dalam bahasa pengabdian yang mengikuti Keilmuan AjaranNya.
tidak ada sedikitpun rasa benci secara pribadi kepada pihak abuqital dan senior, karena sesungguhnya yang dibenci adalah perbuatan yang durhaka pada nilai Keagungan AjaranNya.
aku menyayangi kalian, karena aku saat awal mendaki “puncak gunung ajaranNya”, melewati jalan setapak yang bertanda “leluhur bumi” yaitu SMK,atau Jayabaya, Siliwangi, kemudian naik lagi kepada leluhur langit yaitu nama-nama yang digunakan AjaranNya seperti Muhammad, ‘Iysa, Muwsa, IbraHim, Nuwh hingga Adam, kemudian naik lagi kepada Kepemilikan AjaranNya yang satu, yaitu Pencipta langit bumi.[Al-hijr41]
Mei 30, 2012 at 4:45 pm
Belahan Jiwa[nisfu sya’ban]
sudah jenuh?jangan khawatir, ini yang terakhir!!!
untuk menjelaskan, apakah “islam” itu benar dan sungguh sebuah “agama”?
[sin lam mim] : suatu jalan kebersamaan AjaranNya[1], yang memiliki arah bersumber dari pengetahuan yang datang sebelumnya[2], yang mengendalikan aktifitas dan kreatifitas pengabdian disetiap jamannya[3]. Hamamayu[1wadah panah] hayuning[2panah] bawana[3anak panah].
Lengkapilah jati-dirimu dalam dunia pengabdian yang harmoni[satu suara] pakaian AjaranNya walaupun bishayna[menggunakan alas pemikiran yang bahasanya berbeda]. Karena kelengkapan pengetahuan tentang pakaian Ajaran adalah wajib diterapkan terhadap langkah pemikiran “muslimin”.
kata “muslimin” ditujukan bagi suatu perbuatan yang mengikuti “musliman”.Ali Imran67 [mmusliman]dengan dua mim atau dress code tangan Ajaran[generasi panutan], Yuwsufu101 [musliman]dengan satu mim atau dress code kaki Ajaran[generasi penerus].
Ali Imran67 ; IbraHim bukanlah nama yang sebenarnya pada kitab[yaHuwdiyyan] dan wali[nashraaniyyan], melainkan nama-panutan yang meluruskan jalan pandangan kitab dan pendirian wali AjaranNya.[haniyfan mmusliman]
mengapa kata “yaHuwdiyyan” dan kata “nashraaniyyan” oleh kebanyakan orang yang “buta ‘ilmu AjaranNya” diterjemahkan yahudi dan nashrani?
At-tawbah111
[4]at-tawrati[ta wau-ra ta] : pijakan berupa tulisan ajaranNya [suara kitab]
[5]al-injili[alif nun-ja lam] : pintu pemikiran yang melanjutkan tulisan ajaranNya[suara wali]
[6]al-qurani[qaf ra alif] : ketentuan bacaan pengabdian yang menggunakan pintu [4],[5] [suara kitab dan wali]
[6] itu harus dan wajib mengikuti kaidah “musliman” yuwsufu101, yaitu saat melakukan aksi pemikiran yang melanjutkan tulisan ajaranNya, tidak lupa aturan kebersamaan yang berlaku diantara suara kitab dan wali.
Fathir : cipta jalan pengabdian dengan berita AjaranNya.
[6] itu harus mengikuti “fithrah” AjaranNya. [sesama penggembala AjaranNya dilarang saling mendahului, menyikut dan melupakan aturan yang telah diberlakukan]
[ha za ba] atau hizbu atau al ahzab, bukan artinya “golongan bersekutu”, melainkan kriteria terkini dari pemberitaan AjaranNya yang jalan pengabdiannya bercorak ragam suaranya.
“fithrah” nya tersebut pada Al-Ahzab35; inna almuslimiyna wal muslimati, yang arti dan maknanya adalah suatu yang mutlak dilakukan pada perbuatan aksi pemikiran yang menyuarakan kitab dan waliNya wajib mengikat dengan tulisan pokok AjaranNya[wal muslimati]
*pemahaman kaidah “yaa” dan kaidah “taa” [sudahkah dimengerti?]
*adalah suatu kesalahan apabila penulisan kata “muslim”[tanda tanwin] diikuti dengan kata walmuslimat”. Mengapa? Karena akan bermakna perbuatannya diperbolehkan mengganti tulisan pokok AjaranNya[KitabNya] dan meniadakan jalan kebersamaan waliNya.
[sya ain ba] : aturan pembentukan cabang pengabdian dalam pohon jaman aktifasi AjaranNya.[syaHru sya’ban]. Al A’raaf85-89[berita kitab syu’aib]
diantara yang pokok, terdapat yang lebih pokok!!! Yaitu Pencipta Langit Bumi.
al-masad1-5
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. naik ke Bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah bersabda: “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.” Berkata Abu Lahab: “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?”
intinya : yaqin dan percaya pada tulisan pokok AjaranNya, jangan melupakan dan meremehkan Kekuatan dan Kekuasaan PenciptaNya.
sadarlah wahai saudaraku, kalian MilikNya CiptaanNya!!![nisfu-sya’ban]
Mei 13, 2012 at 8:57 am
Menghidupkan Lembaran yang Mati
apakah maksudnya?ianya adalah seperti melanjutkan “tabir kata” qs66:2,3
yaitu mengenai pernyataan terkait “Sang Pengajar Perkasa”.
Sang ->jalan menuju Alloh pemilik Ajaran
Pengajar -> dengan menggunakan Kitab Ajaran
Perkasa -> seruan sebagai Wali Ajaran
When I take the time to translate,That’s what I’m talking ’bout :
Al Baqarah61 dilanjutkan yang 61,akan berlabuh pada 14[61:14], yang kemudian jika melanjutkan rasa “pengabdian-kata” maka akan menemui “IbraHim”[surat 14].
dan proses seperti “tha’amin wahidin” atau Petunjuk Kitab yang Pokok, maka lihatlah “peristiwa AjaranNya” disaat “Muwsa”->yang menjelaskan tekad sms497832 berposisi [‘Isa]
dan seperti menjaga posisi ‘Isa dengan pengabdian yang seruannya berposisi [IbraHim]
*sms497832 : batas aturan berita berderajat Nabi sebagai lembaran sujud yang pokok
and my hearts starts pumpin’s->pumpkins : labu ->
[perasaan yang menjalar seperti memakan “makanan kesukaan” yang lezat]
qs62:6,qs108:1,qs92:19,qs63:5,qs100:6
gitchee gitchee go?
gitchee gitchee go : means That I Love You
She says : I Gitchi Gitchi Goo You Too!
Don’t need a Dictionary [Karena Alloh yang langsung menterjemahkan kepada WaliNya]
AHli badar : wartawan,juru-tulis beritaNya, reporter peristiwa AjaranNya
‘ala thaha rasulillah : menuju kepada KitabNya ->bahasa ibu[yang melahirkan] : disifatkan mati
‘ala yaasin habibilah : menuju kepada para WaliNya->bahasa ayah[yang memimpin] : disifatkan hidup
[1]terkait Al Baqarah258 : IbraHim;
[2]terkait Al Mumtahana4 : illa qawla IbraHim liabiyhi
Kitabulloh itu Kitab kebersamaan Tawrat , Injil , Al Quran yang direkam At-Tawbah111
Nah, [1] itu seperti suara “mereka sanggup menghidupan kitab yang disifatkan mati”, dan Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat”.
Nah[2] itu, jika dilihat keatas akan menghasilkan bahwa yang menulis sms497832 dengan bahasa ibu itu diposisi ‘Isa. Sedang yang kata “illa qawla IbraHim liabiyhi” itu dalam keilmuanNya bermakna : terkecuali yang mengatakan nama IbraHim = bahasa ayahnya. Dan itu berada pada posisi yang memberi nafkah bahasa ibu.
Jadi yang timur itu bahasa ibu yang diposisi ‘Isa atau Petunjuk Kitab Pokok yang ditulis dengan sms497832 , sedang yang dibarat itu bahasa ayah yang diposisi Muhammad yang ditulis dengan sms888 atau kondisi Al Falaq.
sehingga jika mendengar dengan hati suara “jayabaya” maka sangat dekat terasa sama dengan suara “Muhammad”. Jadi semenjak dahulu dua “suara” itu memang berasal dari bumi Indonesia.
Sangat Tidaklah mungkin, bisa membaca Kitaballoh jika tanpa kehendakNya. Seperti senandung “phineas and ferb”, yang didalamnya ada peristiwa kata “gitchee,gitchee go” yang secara kebiasaan tidak terdapat pada kehidupan yang umum, namun ianya dapat diterjemahkan jika menyukai perjalanan acaranya. Sehingga didapat maknanya “I love you” : ) habibillah.
Keseimbangan Bahasa Ruwh : ha mim qs46:17 : qs46:10
jadi Al Quran itu suatu Istilah bagi lalat yang hidup dan sedang membawa Ajaran KitabNya. Jadi Al Quran itu bukanlah bacaan semata, namun ianya bacaan berbahasa pengabdian, jika ruwh itu Alif ra mim, jika jasad itu ain ra ba.
Dan sudah terbukti bahwa pencipta “Kitab fiqh”, Kitab “tafsir”,serta pengikutnya adalah pendusta, pembohong, yang mengatakan pengikut “Muhammad”. Apakah bisa mereka beriman dari tempat yang jauh? Lha, “IbraHim,Muwsa,’isa,muhammad” itu kan simbol yang digunakan AjaranNya. Bedakan bahasa ibu dengan bahasa ayah tidak bisa, bagaimana mengaku kenal KeilmuanNya, HukumNya.
haHahaHa…ada ada saja [Seriously this is gonna be great day]
*dilanjutkan, saat berangkat bertemu suara kodok, saat pulang diperdengarkan dengan suara burung yang indah dekat rumah.
ingat kodok menjadi Ingat CiptaanAlloh dan menjadi ingat Muwsa terkait suara kodok yang berbisik Kenabian yang mengingatkan pula kepada Muhammad yang mengajarkan “qaf ta lam” kepada Thabiyb.
Alloh adalah pemilik,pembina sekaligus pelindung Yayasan Pengabdian Para Nabi[air], yang mendirikan “UniversitasPengabdian Para Thabiyb”[darat]. Kodok itu bisa di air dan didarat. Ketika Pemimpin “Universitas [darat]” mengajukan permohonan jabatan di “Yayasan [air]”dengan makalah “membunuh[qaf ta lam] kodok” maka Pemimpin Nabi yang “hidup” dan aktif dijamannya mengatakan dengan jawaban tegas “Tidak bisa sayangku” karena jabatan itu hanya atas KehendakNya dan anda serta yang lainnya harus mengikuti Peraturan yang ditetapkan oleh Pemimpin Yayasan Para Nabi.
dan suara burung yang indah dekat rumah seakan menjelaskan bahwa Pemimpin “yayasan air” sudah dipilih oleh para nabi dirumah AjaranNya.
Penjelasan Bahasa Roh yang memiliki angin lembut dan keras yang dibawa para WaliNya dalam mengharumkan AjarannNya. Bahasa Jasad itu terbentuk dari rasa yang tercipta dari hembusan bahasa roh yang terbawa angin AjaranNya.
Fushshilat44 ‘ajamiyun wa ‘’arabiyun
karena memikirkan berita berbahasa sms497832[roh] kemudian membuahkan pemahaman yang dihimpun dan dituliskan dengan berita berbahasa sms888[jasad]
bahasa pengabdian langit[roh]: irama, bahasa pengabdian bumi[jasad] : ’arab yang ditulis dengan sms888 seumpama Nabi ‘Isa turun dari Langit. Nah proses ‘ajamiyun wa ‘’arabiyun itu seperti menulis sms888 dengan kode spasi “jayabaya/lam” spasi “Muhammad/kaf” spasi “siliwangi/ba”. Nah yang spasi muhammad itu yang menjaga dengan memberi nafkah pemikiran, serta melindungi “bahasa ibu”. Sedang spasi jayabaya itu seperti ‘aisyah, spasi siliwangi seperti hafsyah. [qs66:3]
dan buka pintuNya dari suara ‘Isa itu seperti memberi kesempatan lalat melanjutkan sms888, sehingga lalat itu bersuara :
hayoo, siapa yang mau jadi rektor dan jajarannya di Universitas Pengabdian para Thabiyb?
dan Abu Hurairah seakan mengangguk tatkala abdullah bin salam menjelaskan “Itulah!!!”.
This could possibly be the best day ever(Today’s Gonna be a Great Day)
Mei 13, 2012 at 9:52 am
Kabut Yang Nyata
qs44:10 bidukhanin mmubiynin
Yayasan air itu disimbolkan dengan penduduk irama, sedangkan Universitas darat itu disimbolkan dengan penduduk quraisy.
Apakah Maksud dari KABUT YANG NYATA?
Yang bertengkar lalu terdiam dan sadar ternyata mereka memperebutkan pepesan kosong, sebab tanah sudah habis oleh mereka yang memiliki Gedean[ilmu ghayb]. Para penguasa lalu menyusup, yang bertengkar ketakutan, ketakutan kehilangan negara, lalu mereka mencari anak gembala, yang rumahnya di ujung sungai yang pintunya setinggi batu, yang rimbun oleh pohon handeuleum dan hanjuang. Semua mencari tumbal, tapi pemuda gembala sudah tidak ada, sudah pergi bersama pemuda berjanggut, pergi membuka lahan baru di Lebak Cawéné!
Lebak Cawéné = Bejana IbraHim dan Muhammad
anak gembala sudah baligh menjadi pemuda gembala dan memiliki Suri Tauladan Bejana, sehingga sudah bersama pemuda berjanggut[para nabi] sebagai penduduk irama sekaligus dinobatkan sebagai Pemimpin Yayasan Para Nabi.
TUMBAL :
pihak si ibuqital itu takut kehilangan negara, takut kalau tidak mendapat kehormatan, kasihan mereka, tidak sadar diri, sehingga yang dilawan kekuatan yang Mencipta lalat. Tumbalnya itu seperti staement mereka “tidak ada ummat islam di republik indonesia”. Padahal mo RI, NKRI, NII, Saudi arabia, amerika, negara di seluruh dunia semuanya sudah sia-sia perbuatan hidupnya, karena timbangannya tidak bisa melebihi sayap nyamuk Al Khafi105.
inilah Kabut Ajaran WaliNya yang sudah jadi Kenyataan dipenghujung Kebangkitan AjaranNya di Akhir Jaman.
Al Qiyamat13,14,15 Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya, Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri ,meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
sudah terliputi la’natulloh, masih aja cari alasan…kasihan banget…kasihan sekali…
Al Mursalaat47,48,49,50
Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’
Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan
Maka kepada perkataan apakah selain berbahasa lalat [Al Quran] ini mereka akan beriman?
Mei 13, 2012 at 10:23 am
qs44:11 yang meliputi perbuatan mereka, Inilah Pandangan Keilmuan yang Nyata: Kabut Pembeda : AlBaqarah22
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air [hujan keilmuan] dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan pemikiran bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
si ibuqital memakai tandingan-tandingan dengan menggunakan pemikiran manusia yang dianggapnya boleh digunakan dalam Lingkup Keilmuan AjaranNya. Kasihan sekali, bahaya sekali, sangat cilaka sekali.
qs43:62
syaithan itu yang bisikan yang bersumber dari “andad” atau tandingan pendirian pemikiran yang dapat membuat kerusakakn Ajaran para WaliNya.
AlBaqarah165
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa [secara berita]pada hari ini, bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya niscaya mereka menyesal.
Mei 13, 2012 at 10:49 am
Assalamu’alaikum
Mei 13, 2012 at 12:49 pm
Perangilah Pemikiran Yang bukan Dari WaliNya
shad7 : fiy Al millati al akhirat?
memberikan nafkah pemikiran pada lembaran pengabdian bukanlah hal yang terlarang. Yang menjadi terlarang jikalau hulu hilir tujuan tulisannya bukan untuk menjaga dan menghormati AjaranNya. Dan yang sangat terlarang adalah memberikan “copyright” atau kepemilikan terhadap tulisannya. Syaria’t pokok pewarta beritaNya adalah menjaga “nama” terbaik yang diberikan waliNya, dan menghormati batasan yang tersebutkan pada kitabNya yaitu jika bukan dalam ikatan perwaliannya maka dilarang Keras menuliskan berita AjaranNya. Itulah Islam yang sesungguhnya, tunduk bukan karena ucapan belaka, melainkan dengan kesadaran pengabdian, apabila tidak diperkenankan, maka lebih baik diam.
walaupun kalian gunakan, nama-nama terbaik dari kehidupan duniawi, untuk membantu “bobot tulisan” agar terkesan “bonafit, tetap saja tidak dapat menembus Kekuatan Pemikiran Para WaliNya.
Karena banyak yang tidak mengenal cara Ajaran WaliNya yang sesungguhnya, sehingga dapat menjerumuskan perbuatan yang Fatal dan berbahaya bagi pelaku yang melanggar aturan ajaranNya.
Pengabdian Pemikiran Yunus3 bagi Pandangan KitabNya :
Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. Yang demikian itulah Allah, Pemberi Aturan.
ayat yang terdapat pada Kitabulloh, sebagian besar bermakna khusus. Tidak diperkenankan dibuka “penulisan hilir”, tanpa persetujuan WaliNya. Jika memaksa dan melampaui batas, akibatnya seperti membuat-buat pola pemikiran sendiri, seperti : ilmu manthiq, ilmu ta’arudh dst dlsb. Ingatlah!!! Walaupun semua ilmu kreasi yang bukan dari waliNya, sudah pasti menyesatkan.
Apakah kalian pernah menemukan “hadits” waliNya yang seperti, mengajarkan “nahwu sharaf”, mengajarkan “fiqh”,…apakah ada? Yang ada adalah perbuatan Riba. Contohnya nahwu sharaf, yang meminjam istilah pada Kitab Suci, namun mencuri kata “sharaf” menjadi bagian trademark ilmu nahwu sharaf, yang jelas-jelas bukan Keilmuan para WaliNya. Mereka secara sadar melakukan riba dan tetap mempertahankannya hingga saat ini. Bahaya sekali, celaka sekali.
Mei 13, 2012 at 1:19 pm
si Anunya-minim, asap yang kotor
seperti tulisan#5 anonim menuliskan kata “Assalamu’alaikum”, sudah pasti karena kebiasaan yang memandang baik, padahal ianya berdampak buruk pada pelakunya.
al jumuah10 itu memberitahukan “Penghormatan AjaranNya” yang sudah dicontohkan langsung dalam perbuatan-simulasi “shalat 5 waktu”. Tahiyyat Akhir kemudian melakukan dua salam itulah makna sesungguhnya dari ayat Al Jumu’ah10.
Salam yang dilakukan setelah ada persetujuan yang didapatkan dari “yawmil jumu’ati”. Salam kekanan : berjanji kepada aturan Kitab salam kekiri : berjanji menjaga aturan wali.
yaumi = yang memulai aktifitas dan kreatifitas
al jumu’ati = yang menjalankan dan mengumpulkan “yawmi”.
yawmi itu bisa jadi makhluk, al jumu’ati itu juga bisa jadi makhluk, maka bisa jadi “yawmil jumu’ati” berarti Perhimpunan Ajaran Para WaliNya. Apakah Perhimpunan itu tidak ada pemimpinnya?
jika tidak mengerti hal ini, maka sering bertindak seperti binatang liar yang tidak mau diikat dengan aturan majikannya.
itulah contoh perbuatan si anunya-minim.
sama halnya dengan orang-orang yang sangat “sombong”, tidak mengerti apa itu “isbal”. Contohnya, karena merasa “sudah dalem banget pengabdiannya” akhirnya bertegur sapa dikomunitasnya dengan kata “akhi”, “ukhti”. Apakah mereka tidak menyadari hal itu dilarang WaliNya dengan kata “isbal”.
Alif kha ya itu jalan-cipta perhubungan pemikiran atau pendelegasian pendirian Ajaran. Tidakkah cukup “Muwsa” mengajari kalian lewat KitabNya pada thaha?
kasihan sekali anda semua, menganggap baik hal yang sia-sia perbuatannya.
Mei 13, 2012 at 1:41 pm
Bagaimana?
heran?kenapa “yawmil jumu’ati” berarti Perhimpunan Ajaran Para WaliNya?
tidak setuju? Atau tidak punya keberanian membantah?
kalian semua seluruhnya disegala penjuru bumiNya, sudah tidak takut kepadaNya. Anda hanya takut kepada kebiasaan turun temurun. Kalian hanya takut sama manusia saja dalam melakukan pengabdian dijalan seperti jalanNya. Anda dan kalian adalah pecundang surga, maka lebih pantas masuk dan kekal di dalam jaHanam. Ath-thuwr7
Mei 13, 2012 at 3:04 pm
Lanjut?Ath-thuwr7
salah satu makna “shirath”[12] adalah ketetapan jalan pemikiran pada perbuatan pengabdian
jannah[surga pengetahuan]: kebun-kebun pemikiran atas kehendakNya dan ijinNya.
batu “ja nun nun” dipecah dengan “tongkat Muwsa” akan memancarkan air yang menerpa kata : , surga [sumber pengetahuan] ,janin [sumber-pemikiran], kebun [pola pandangan], ular [pemikiran liar], jin[adab pemikiran], tameng/perisai[pembatas pandangan], seperti nikotin-tembakau [pengaruh pemikiran], seperti fans-club [komunitas satu pemikiran].
dua “nun” pada batu itu, dibagi menjadi :
nun1 sebagai “manna” :
pola pandang pemikiran dengan lisensi[naungan] kehendakNya {golongan Alloh}
nun2 berpredikat “salwa” :
ijazah pemikiran yang dikeluarkan proses “manna”.
Tidak diciptakan sesuatunya terkait jin[adab pemikiran] dan manusia [tradisi pengetahuan] terkecuali tujuannya kepadaKu
oleh-oleh berita ajaranNya yang dibawa semut10 “jannun”[pemikiran liar] : Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku.
Ketentuan otoritas pemikiran : nun1 : manna ->
yang memproses lisensi pemikiran Kitab harus atas kehendakNya
Ketetapan kendali pemikiran : nun2 : salwa ->
yang mengeluarkan ijazah pemikiran harus dengan wali KitabNya.
jiak tidak memahami hal ini maka akan bertindak “anarkis” kepada pola pemikiran waliNya. Sehingga tindakan yang dilakukan adalah seperti laba-laba yang membuat sarang pemikiran yang liar.
contohnya yang sangat jelas :
catatan kaki tulisan si ibuqital, yang menyandingkan “sumber pengetahuan suci/KitabNya” dengan pemikiran liar dari manusia yang memiliki cap : Joeniarto, S. H. Said Hawwa dan banyak lagi deh pokoknya. Perbuatan ini bukanlah bernilai Idiot, tapi semakin melancarkan arus ke lubang JaHanam yang penuh dengan la’natnya.
dicukupkan saja, salam perpisahan untuk selama-lamanya.
Mei 13, 2012 at 9:01 pm
Yang
[Huwd11] Yang[dza wau yaa] fadhlin[1] fadhlahu[2]
dilanjutkan cahaya ar-raad13 dilanjutkan dan diberi pembatas keseimbangan “pembawa cahaya” dengan besi4, dan dijelaskan;
[3][Kaf][ba] al falaq : Ketetapan Alloh{masyriq} matahari
Ajaran -> Pagi : Adam
Berita Ajaran -> Sore : Ibrahim[mim], Muwsa[lam], ‘Isa[lam]
-> Kitab Ajaran [1]
[4][Lam][dza] al ahad : Syari’at Alloh{wau} bulan
Pengabdian -> Pagi : Nuwh
Berita Pengabdian -> Sore: generasi Tawrat[da], generasi Injil[ya], generasi Al Quran[nun]
-> Wali Ajaran [2]
[5][Ba][ba] an nass : Ketentuan Alloh{maghrib} bintang
surat Qaf ta lam ->Pagi dan Sore : Ajaran Kitab dan Wali [Muhammad]
faInna khayra Al Hadiytsi Kitabulloh
Aturan Mutlak AjaranNya adalah yang berpedoman pada ketetapan Alloh.
Tawrat, Injil dan Al Quran itu simbol tradisi dan adab AjaranNya sesuai Generasi KebangkitanNya.
maksud dan tujuan qs2:258, qs6:76,77,78 -> Kitab AjaranNya[‘Isa] yang digunakan Wali AjaranNya[Muhammad] untuk melanjutkan perjalanan Hadits AjaranNya. Qs3:68,69,70
Bahaya sekali, CELAKA sekali, perbuatan orang-orang yang membuat “Kerusakan” dengan melanggar dan mengingkari Ketetapan Alloh. Mengacaukan Pandangan dan Pendirian AjaranNya dengan membuat istilah “Al Quran dan Terjemahan/dlsb” sehingga mengaburkan kedudukan Kitab AjaranNya yang sesungguhnya.
Mei 14, 2012 at 6:39 am
Yang Memiliki Nama Terbaik
Al Baqarah [ba qaf ra] : yang terhubung dengan perjalanan pengabdian Nabi Muwsa.
dan statement tersebut mengandung makna :
[1] suatu wawasan pengabdian [Ajaran Kitab]
[2] suatu ketentuan pengabdian [Muwsa]
[3] suatu kebiasaan yang ada pada perjalanan pengabdian.[Ajaran Wali]
sapi betina[71] : [1]yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, [2]tidak bercacat, [3]tidak ada belangnya.
Asma-u Al Husna : seruan dalam AjaranNya yang memberikan langkah pengabdian yang baik.
asma itu bagian dari makanan [sin mim wau] yang diperuntukan untuk memanggil “langit” di surat Huwd44[wayasama-u].
hasan[ha sin nun] itu perhubungan yang bernilai baik.[seperti sambungan persendian lutut]
Ar-Rahman31,32dan33,34
kemudian silahkan digiring sapi betina[72][73]menuju hamparan berita waliNya tentang 71,72,73 golongan, dengan terlebih dahulu dihimpun dengan sapi betina[71]. Niscaya anda mengenal maksud dari Ajaran para WaliNya.
dari minuman lezat yang berupa susu “sapi betina[71]” menyehatkan pandangan :
[1]Ajaran Kitab dijalankan seperti menjauh saat “buang hajat”, atau tersembunyi dalam hakikat wawasannya[al ghayb]
[2]tidak bercacat : sesuatu memberi aturan agar tidak memberi “tanda jasa” berupa nama yang melekat pada pelakunya.[nasehat agar yang dipakai kata “Wali” dan bukan kata “Muwsa”]
[3]tidak ada belangnya : sesuatu yang memberi aturan agar tidak memberikan “copyright” atau kepemilikan suatu ajaran.[nasehat agar yang dipakai kata “Ajaran Wali” dan bukan kata “Ajaran Muwsa”.
Huwd44 : adalah seperti penekanan “sikap Ajaran” yang pelaksanaannya harus bernilai “Harga Mati”. Yang diseru Ajaran Kitab[memanggil langit] dan Ajaran Wali[memanggil bumi] tanpa cacat ataupun belang. Jadi bukanlah “tanda jasa” maupun “trademark keilmuan”. Namun demikian kata “al juwdiyyi” bagian dari susu [ja wau da]atau yang dikenal dengan istilah “tajwid”, ianya adalah nasehat untuk melangkah dalam kebersamaan dalam naungan AjaranNya[surat Huwd] dengan memanggil ikatan yang pokok secara berurutan. “tajwid” pertama yang harus diseru, ianya ada pada kata “Alloh”.
Pemikiran ini seperti susu “kuda liar”, maka harus dikembalikan kepada sesuatu yang terhubung dengan KitabNya. “susu kuda liar” harus diperhatikan penggunaannya seperti pada shad31 kata [al jiyadu] yang merupakan bagian susu “ja wa da”.
dan yang selamat adalah Al Jama’ah. Yang menjadi teringat kepada ajaran wali “sayyidu al ayami” atau tuannya segala hari. Jika bicara kepemilikan “hari” maka ianya tertuju kepadaNya. Dan jika bicara tuannya maka iaanya tertuju kepada KuasaNya yaitu Ajaran Kitab Wali dalam NaunganNya
Sehingga Hasil Akhir dari Al Jama’ah adalah Alloh dan segala KuasaNya dengan berlabuh pemahamannya pada bukit “al jawdiyi”.
Ar-Rahman33[Keseimbangan Aturan Yang berada dalam langkah yang berketentuan]
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus PEMIKIRAN disegala penjuru langit dan bumi AJARANNYA, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.
Nama-nama yang dibuat dan terdapat dalam AjaranNya, bukanlah ianya digunakan sebagai Penghalang Tujuan Kebersamaan dalam mengabdi kepadaNya. Namun jadikanlah ianya sebagai sesuatu perbuatan yang menjaga agar “lutut” pada persendian Ajaran WaliNya tidak terluka. Adam, Nuwh, IbraHim ,Muwsa, ‘Isa dan Muhammad, hanyalah nama-nama terbaik yang penuh kemuliaan yang terdedikasi pada perjuangan mereka Menteggakkan AjaranNya. Dengan mengenal keilmuan yang disandingkan kepada mereka, maka akan menimbulkan rasa santun dan hormat didalam hati para penerusnya, penerus AjaranNya.
itulah makna terdalam dari persembahan hati Asma-ul Husna.
dan dari balik gunung ajaranNya yang terselimuti kabut seolah terdengar Seruan Nabi Sulaiman, yang seperti seruan yang terdapat pada Semut20-31…
suara kata yang merujuk istilah dikehidupan manusia seperti [yahudi, nashrani], pada AjaranNya, ianya hanyalah sebagai predikat yang ditujukan pada perbuatan :
jika “yahudi” sebagai sesuatu yang memberi “cacat” pada Ajaran Kitab
jika “nashrani” sebagai sesuatu yang memberi “belang” pada Ajaran Wali.
dan dipadukan dengan suara kisah “kulit belang ,kepala botak yang cacat, dan buta”.
maka diperoleh sajian makan dan susu berupa :
rasa keberpihakan terkait “nama yang terikat ajaran” dengan menggunakan “kulit belang” akan menyebabkan “cacat Pemikiran” sehingga buta dengan Kemuliaan AjaranNya.
bukankah sudah diajarkan bahwa yang “buta” selamat karena tidak merasa ingin memiliki AjaranNya, maupun mengharapkan tanda jasa untuk dikenang. Yang akhirnya diberikan kekuasaan dalam menggembala Kata[Kalimat dalam perbuatan AjaranNya]. Yang sudah pasti harus seuai periode nafas-HIDUNGnya, jika sudah berhenti dan pendek, ya lupakan saja ianya, dan yang diingat ya Kemuliaan AjaranNya.
pemimpin semut seakan berkata : Silahkan lanjutkan Seruan Nabi Sulaiman, seperti Yang diatas.
Mei 14, 2012 at 7:09 am
bukan dia tapi aku
Al Falaq dalam triple 8
Seruan Nabi Sulaiman : An-naml:30
surat seruan AjaranNya dengan : bi-ismi Allohi Ar-Rahmani, Ar-Rahiymi
Ar-Rahman adalah wujud perwakilan Ajaran KitabNya [Al Hayyu]
Ar-Rahiym adalah wujud perwakilan Ajaran WaliNya [Al Qayyuwmu]
Keduanya disatukan kepada aliran darah Kepemimpinan keluarga AjaranNya : Ali Imran2 Huwa Al Hayyu, Al Qayyuwmu {inilah maksud perjananan Alif lam mim menuju alif mimta}
dan pula rupa “tuannya dikala itu[alif mim ta]” dan “tuannya yang akan datang[alif mim ta]”
Hajji wada ->Al Maidah3 ->Hidangan Para Pembesar AjaranNya->terkait “darah”
dan Alloh Yang maha Hidup ->mengalir menuju jantung AjaranNya.
dan hatta bersuara “bukan dia yang dulu” tapi aku yang ada saat ini”,
Aku yang ada saat ini mewakili dia yang dulu dalam mewakilkan AjaranNya KitabNya para Pembesar AjaranNya. Atau aku yang memimpin Yayasan Para Nabi di Akhir Jaman ini.
jika tidak mengikuti langkahku, maka sama saja tidak beriman kepada yang menciptakanKu. Alloh Yang Maha Asih, Maha Penyayang, Yang Memiliki Kekuasaan Seluruh Generasi AjaranNya, Alhamdulillahi rabbi al’alamiyn
Mei 14, 2012 at 10:06 am
Gemuruh Langit ajaranNya
sajdah7 [min thiynin]Tanah – AjaranNya
An-Naba78 “kuntu turaban” : Tanah Pengabdian dengan bingkai waktu Kehidupan
dan Al kafiru[jaman kehidupan] berkata: “Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah.”
terkait kepada hadits tentang “ungu” perpaduan-warna : sorban biru dan tanah pengabdian.
terkait Luqman27: Kalimatullohi ->naungan proses perpaduan yang terjadi pada “ungu”.
terkait hadits “sayap lalat” : “racun” : “penawar”,
racun harus diberi penawar berupa “obat”, yang terhubung dengan kata “madu”, sedang ianya keluar dari perkataan WaliNya dan terhubung dalam naungan AjaranNya. Hal ini urutannya harus dari “Alloh” Yang memiliki Ajaran yang kemudian diteruskan kepada suara Ajaran.
sorban biru seakan melekat dikepala “Nabi Luqman”, yang serupa Perhiasan[dz kh ra fa] ajaran yang digunakan dalam proses pemikiran. Tumbuh dan berkembangnya suatu pemikiran dilambangkan dengan kata “rambut”.
pemikiran liar dalam kehidupan, dijaga dengan pemahaman yang bersumber dari : perkataan Ajaran Kitab yang berlaku pada Musa[qs2:65] dan perkataan syari’at Kitab[qs5:60]
Kera [qa ra da] : dilambangkan kepada sesuatu “pemikiran liar” yang melanggar perintah Muwsa untuk selalu bersatu dalam naungan AjaranNya. Dan perbuatannya seperti bulu rambut yang menutupi tubuh “kera” yang menghalangi pandangan “rambut AjaranNya”.
Babi [kha nun-ja ra] : dilambangkan kepada suatu “pengabdian liar” yang tidak mengikuti syari’at KitabNya, dengan lebih mengutamakan “hidung”pemimpinnya, serta sesuatu yang menggembala pengabdian tanpa menggunakan “rambut AjaranNya”.
Keduanya disebut pengabdian berpola “ath-thaghuwta” yaitu pengabdian yang dilakukan dengan pemikiran yang liar sehingga pengabdiannya juga liar.
silahkan dikunjungi rumah perkataan waliNya yang tertera tulisan “kera,babi dan thaghut”.
Al Kahfi109 : kalimatu rabby->berlaku sesuai generasi AjaranNya.
*pada tulisan selanjutnya “aku” sudah dilarang untuk menyertakan “lembar perkataan waliNya terdahulu”, namun disatukan saja dalam suara perkataan Kalimat kitab AjaranNya atau Kalimatulloh.
dengan penjelasan pelaksanaannya seperti : Cukuplah Aku Yang menterjemahkan. Namun demikian harus tetap diceritakan “legenda WaliNya” dengan cara dibalik tirai atau proses verbal. Oleh sebab yang diutamakan adalah suara perkataan Ajaran yang bersumber dari KitabNya yang pokok.
mengenai “ungu” : sorban pemikiran biru[keilmuan langit] berpadu dengan dara ajaran yang berlaku pada tanah pengabdian sesuai golongan darahnya digenerasi yang sebaya.
contoh yang terlihat seperti: and my heart starts pumpin'[pumpkins serupa labu], ketika suatu perasaan menjalar seperti ingin memakan sesuatu yang lezat.
nah, ini bahasa tanah yang diberikanNya kepadaku untuk tidak TAKUT dengan segala bentuk pandangan dan pendirian yang terdapat pada kehidupan yang berlaku pada manusia seluruhnya. Istilah Kerennya “berlepas diri dari Peradaban dan tradisi manusia [live frame IbraHim]”. Atau seperti suara “Don’t need a Dictionary”.
nah,proses ini serupa pemikiran liar [sayap beracun], sehingga harus diberi obat penawarnya. Yang salah satunya terkait kata “ungu”. Dan pada KitabNya seperti ajaran Pengabdian Nabi Yunus yaitu pada qs37:140-148 atau “syajaratan mmin yaqthynin”
makanan [ya qa tha]atau yaqthiynin hanya digunakan satu saja pada KitabNya, sehingga makanan itu serupa daging kambing atau binatang ternak atau sembelihan. Mengapa demikian?yaqthiynin sejenis labu,sedang labu berupa tanaman yang menjalar menghasilkan buah berbentuk makanan. Sehingga serupa laksana makanan pengetahuan yang menjalarkan pemikiran. Menjalar kemana saja?ke Pandangan yang berbaris atau qs37:107 bidzibhin azhiymin atau sembelihan yang besar.
apakah sembelihan yang besar itu? Ianya Pandangan yang berbaris-baris mengikuti seruan layaknya Nabi IbraHim, yang dijalarkan kata “yang berbaris-baris” maka akan menemukan kata kunci “Muhammad”. Sehingga jika dijalarkan pemikirannya serupa selimut Muhammad atau surat 73, yang jika menjalarkan suara dengan surat 74 atau selimut berkain Muhammad.
dan dijelaskan bahwa kata “Muhammad” adalah simbol selimut dan kain AjaranNya atau alif mim ta yang pertama mewakili seruan terkini KitabNya, alif mim ta yang kedua mewakili seruan terkini WaliNya. Nah, ini seperti suatu yang menjalar dengan kedua “lutut”. Hingga seruan “Muhammad” cukup digunakan pada SyaHadat dan perbuatan yang menjalar bersamanya. Jika terlanggarmaka kedua lutut seperti terluka. Hal ini terdapat pada At Tawbah10 : muwmin itu waliNya, sedang waliNya bukan hanya satu, sehingga harus dipelihara hubungan kekeluargaan dalam Naungan ‘arsy.
‘arsy itu Singgasana Keagungan AjaranNya yang sudah terlegitimasi denganNya sesuai Keilmuan Langit ketiga : llahu ma fiy ssamawati wa ma fil ardhi, man dza lladzi yasfa’u indahu ilaa bi-idznihi
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya?
lho kok menggunakan translasi yang berlaku liar? Inilah prototype “tipu-daya” kode visual atau bagian minuman [kaf ya da]. Harta PusakaNya atau Al Anfaal30.
cicak 3,2,2 memberi tanda mim lam lam, atau millah atau memberi intruksi segera menjalankan Kebangkitan AjaranNya pada Generasi yang hidup saat ini dihamparkanNya di Bumi Indonesia.
Maka serupa ‘Isa yang berkata “bukalah PintuNya”, yang dijalarkan serupa suara KitabNya Ash-shaf14 : Siapakah yang mau mengikuti AjaranNya bersamaku? Dan siapakah yang mau mengikuti Ajaran para WaliNya bersamaku?dan Siapakah yang masih menantang seruanNya?
Mei 14, 2012 at 10:42 am
Suara IbraHim
Sesungguhnya, sebaik-baiknya Perkataan AjaranNya itu Katabulloh.
apakah katabulloh itu? Ianya seperti ar-rad, yaitu yang terkandung didalam barisan huruf “alif lam mim ra”. Dan menjadi serupa dengan pembawa suaraNya.
dan masihkah perlu aku memaksa?bukankah sudah jelas gelapnya pemikiran diseluruh jagad raya?tidakkah ingin keluar menuju rasa-cipta yang Terang benderang yang terpancar dari Kitabulloh. Segeralah memperbaiki-diri dan melindungi anda sekeluarga dari jalan pemikiran yang terdapat pada batu-batu di kehidupan sekitar anda.
Yang Maha Asih, Yang Maha Pengasih[qs62:9]
Mei 14, 2012 at 11:03 am
Kalendar AjaranNya[alhijr]
dan waktu bergerak dengan kehendakNya, bergulir cepat yang seolah memaksa sesuatunya hingga sujud dihadapanNya. Dan kuburkanlah shahabat kalian dengan kain kaffan, agar tak menyalahi ianya dengan sesuatu penghormatan yang semestinya tidak terjadi. Maka siapakah yang memiliki “perkuburan” yang dapat menjadi tempat berlabuhku. Cepatlah, dan cepatlah, karena semua rasa cipta sudah menyatu dengan dayaNya.
air supplly : goodbye[besi20]
Mei 14, 2012 at 5:54 pm
Dua batasan tertawa dan menangis
Pemikirannya seperti suara dua hati yang berbeda pelaksanaannya.ha-ti petunjuknya adalah perhubungan bentuk perbuatan yang dijadikan suatu pijakan langkah. Hatta menjadikannya serupa menjalani pengabdian dalam wajah Ajaran yang memiliki suatu landasan, namun berbeda pelaksanaannya. Yang disederhanakan pemahamannya menjadi satu pintu pengabdian dalam sandaran peraturan Ajaran yaitu KitabNya dan WaliNya.
Suara dalam ekspresi pengabdian kepadaNya, dilambangkan dengan perbuatan menangis dengan Kitab dan tertawa bersama wali. Menangis itu seumpama sujud dengan kedua lutut kepada syari’at Kitab, dan tertawa itu serupa ru’ku dengan pinggang yang memberi batasan jarak antara tegak berdiri diatas kedua matakaki ajarannya dengan membungkukkan-badan yang mengabdi kepada syari’at wali.
Keterangan ini serupa matahari[sya mim sa] yang “Kamiqdari miylin” atau yang disuarakan “berjarak satu mil”. Matahari dilambangkan sebagai syari’at Kitab dengan langkah Ajaran wali atas kehendak penciptaanNya. “kamiqdari” itu ketentuan jarak yang mengatur pandangan AjaranNya. Hatta syari’at kitab lebih pokok untuk diikuti daripada syari’at wali. “miylin” itu seperti suara cicak keras 1,2,5 : pijakan langkah syari’at yang dekat dengan suara CiptaanNya. Sehingga “Kamiqdari miylin” itu : suatu ketentuan jarak yang mengatur pandangan AjaranNya dengan pijakan langkah wali yang dekat suara CiptaanNya. Hal ini adalah suatu ketetapanNya yang mengatur suara ekspresi pengabdian kepada ajaranNya. Suara itu semisal cicak pelan 4,3.5 atau seperti isyarat meletakan tangan kemulut, yaitu suara syari’at pengabdian yang jauh diberhentikan dengan KetetapanNya, hatta tidak lagi dikumandangkan secara langsung. Jadi syari’at pengabdian itu harus “berkeringat” dalam syari’at kitabNya berdasarkan ajaran waliNya yang dekat suara ciptaanNya.
keringat : ianya sesuatu yang keluar dari kulit karena menempuh suatu perjalanan dari dan ke suatu tempat. Keringat pengabdian adalah sesuatu yang keluar dari kulit AjaranNya karena menempuh perjalanan yang menuju kepadaNya.
dara jangan kau bersedih, kutahu kau lelah, tepiskan keruh dunya, biarkan mereka, biarkan mereka.
dara itu wanita muda yang terjaga kehormatannya, dara itu sempat dikorbankan oleh “dukun kehidupan” namun tertolong dengan langkah ajaran wali yang memohon hujan kepadaNya, dara itu seperti cicak 3,2,2 dari kiri dan jelas : Pandangan AjaranNya yang berlaku dikehidupan terkini yang terang benderang karena dekat dengan suara ciptaanNya. Dan dara itu seperti suara surat nisa-a, yang menghubungkan tali ajaran waliNya, Muhammad berkain Fathimah yang juga berselimut Ali, Hatta dara itu bersuara Pandangan AjaranNya yang terjaga kehormatannya, karena waliNya menjaga pendirian pandangannya dengan menghormati generasi penerus Keluarga AjaranNya. Yang kelak memimpin syari’at kitab dalam kebersamaan langkah syari’at pengabdian para waliNya.
biarkan mereka : tinggalkanlah suara kepemimpinan syari’at kitab yang jauh dari syariat KitabNya dan ketetapan ciptaanNya.
biarkan mereka : tinggalkanlah suara kepemimpinan pengabdian yang jauh dari syari’at para waliNya dan ketetapan ciptaanNya.
kurangi beban itu, tetap lihat kedepan, tak terasingkan dunya, dua jiwa menyatu.
dara yang terjaga kehormatannya adalah tiang-kokoh Pendirian AjaranNya.
bersediakah anda, untuk membantu menjaga kehormatan pendirian syari’at KitabNya waliNya?
bersediakah anda, untuk mengelola “universitas para thabiyb” yang didirikan “yayasan para Nabi”?
bersediakah anda, untuk berperang membela kalimat AjaranNya bersama surat Muhammad7?
jika bersedia, penuhi kewajibanNya terlebih dahulu, lalu anda menunggu perintah selanjutNya.
Dua batasan tertawa dan menangis itu adalah pelankanlah suara pengadian anda dengan syari’at para waliNya yang terdekat dan perbanyaklah sujud kepada Syari’at AjaranNya dan hanya KepadaNya.[Al Hujuraat1,2,3]
Mei 14, 2012 at 8:18 pm
Nyamuk kehidupan
Berita sambil lalu yang terlintas suaranya dikehidupan karena perjalanan waktu,ianya dimisalkan dengan suara nyamuk.
alangkah indahnya apabila langkahnya sudah mencapai “humri an-ni’ami” atau warna kehidupan sudah menyatu dengan darah ajaranNya.[al insyiqaaq16], yang merevisi pemikiran yang pernah dijelaskan dan diutarakan sebelumnya atau radhyallohu anhu atau melekatkan dan menyambung pedang yang sempat patah.
yang demikian serupa dengan suara yang berasal dari sayap nyamuk.
Nyamuk disemisalkan berita yang dibawa perjalanan waktu,memiliki tahapan pemberitaan,yang bersumber dari suara makhluk yang terbang rendah dan awal berkembang biak diair pemahaman dengan bersayap ciptaanNya. Seekor nyamuk berdasarkan ketentuan hidupnya dengan durasi yang pendek, akan tetapi dikenali sebagai yang serupa rombongan nyamuk- ajaranNya [az-zumar]. Sedang barisan pembawa ajarannya dimisalkan dengan lalat atau ashshaaffaat atau surat 37.
pembawa ajaranNya terindikasi dengan suara nyamuk yang dekat ditelinga mata-pembaca AjaranNya. Hatta yang terdekatlah yang menjadi suara “fadlin fadhlahu” yang berada pada perjalanan bersama dengan kepemimpinan Ajaran Nabi Huwd3. bila hal ini terlanggar maka akan berlaku syari’at kitabNya pada akhir pernyataan surat yaitu Jika kamu berpaling [menolak], maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa “adzaba yawmin kabiyrn”[peringatan AjaranNya yang memiliki batas waktu atau deadline]
sebab asap tidak jauh dari panggangnya, sebab menolak berita nyamuk yang dibawa pemelihara sapibetina27 yaitu orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah, kepada mereka untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
atau orang yang menolak dan melanggar suara cicak2,5,3 : perintah pengabdian yang berbobot syariat Ajaran waliNya. Sudah pasti dengan suara nyamuk yang terdekat yang dibawa semut Sulayman untuk mematuhi suara waliNya yang berasal dari suara terdekat dengan ciptaNya..
dikarenakan sudah turun pemahaman [hidangan pembesar ajaranNya]almaidah5,6 dikeraskan cicak 1,3,2, hatta : agar setiap diri wajib mengikuti syari’at AjaranNya yang terdekat pembawa suaraNya. Sebagai wujud pelaksanaan bacaan penghormatan para waliNya[tahiyyat] dalam shalat 5 waktu. Oleh sebab salah satunya yang bersuara ‘Allohuma shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama shalayta ‘ala ibraHim wa ali IbraHim”.
dan sudah tidak boleh berdusta lagi dengan menggunakan asma-al husna.
alisra109,110:Hormatilah Alloh dengan syari’at KitabNya, atau jagalah kehormatan syariat para waliNya dengan Asma-ul husana.
Apakah Asma-ul Husana?ianya seperti nyamuk yang beroperasi dimalam hari dengan membawa alisra110 dengan suara yang mendengung seakan bergema dekat ditelinga yangmemiliki mata-hati, hatta mengenal lalat yang membawa makanan yaasin7.
Ingatlah!!!AjaranNya terbit disaat ini dihamparan bumi bernama Indonesia, dengan lalat yang membawa syari’at Kitab dan waliNya.
Mei 14, 2012 at 8:42 pm
yaasin2
‘ala yaasin habibillah : muhammad
wal quranil hakiymi : dengan syariat pengabdianNya syari’at AjaranNya
dan suara nyamuk terdekat : carilah penggembala yang berada dihamparan bumi Indonesia, dan carilah yaasin
Mei 14, 2012 at 11:06 pm
Mentegakkan dhuha
MemuliakanNya ketika syari’at AjaranNya sudah didekatkan cahaya ciptaNya, seperti cahaya Matahari yang bersinar dijamannya masing masing. Dilakukan dengan mengikuti kebiasaan di saat dingin berselimut Muhammad, dan diwaktu musm panas berkain pakaian Muhammad. Dengan asas al falaq, yaitu ketentuan suara terdekat jalan ciptaanNya yang diikuti seruanya.
sudah waktunya, sudah sembilanbelas. KaHaya’ainshad, aku mulai saat ini, yang mewakili yayasan para Nabi yang membawa AjaranNya,yang harus diikuti perintahnya jika kalian semua ingin benar dan sungguh mengabdi kepadaNya. Hanya inilah jalan satu-satunya, yang dapat menyelamatkan diri anda semua kelak menghadapNya.
apabila layar kapal terkembang, maka suara dhuha berganti arah menjadi al hawda, telaga perwalian AjaranNya. Hatta aku harus menutup tirai dari keramaian suasana-kata. Dan tak lupa diingatkan pula, bahwa syariat wali itu serupa makna syari’at pengabdian AjaranNya yang berupa syaHadat, shalat, puasa, zakkat, hajj, hatta kepemimpinannya harus dimulai dengan suara waliNya yang terdekat. Bila tidak dipatuhi maka sama saja dengan melanjutkan kedustaan atasnama Alloh dengan perbuatan yang Nyata.
CahayaNya53:tha’atun ma’rufatun, yang diberi tanda berhenti dan boleh lanjutkan suara AjaranNya. Yang sudah dikenal dengan perjalanan beritaNya dijaman ini, saat ini. Bila tidak tunduk dan patuh kepada seruan ini,mulai saat ini, maka sama saja dengan melanjutkan kedustaan atasnama Alloh dengan perbuatan yang Nyata.
kalian tahu yang datang itu? Maka dijawab “Alloh dan RasulNya lebih tau”, lalu dijelaskan dengan suara “ianya seperti jibril[suara makhluk ciptaanNya : suara cicak]”, yang memberitahukan kepada kalian Pendirian dan Pandangan AjaranNya disaat ini.
Mei 15, 2012 at 5:39 am
Konfrensi Berita ajaranNya
Nama-nama waliNya,banyak. Lantas Kenapa diributkan. Sementara mereka tidak menyatakan kepada kalian semua dengan perkataan “sembahlah aku semaksimal pengabdianmu melebhi pencipataKu!!!”.
Semua nama yang tertera, hanyalah bagian peristiwa AjaranNya. Lantass kenapa semua orang diseluruh dunia, membagi-bagi nama itu kepada pengabdian yang berbeda rasa dijalanNya.
nama yang dahulu, dibenarkan dengan yang datang kemudian. Dan begitulah seterusnya. Dan nama itu sudah ada dan ditetapkan sejak dahulu. Bagaimana bisa nama yang disebut terakhir bukan bagian nama yang tercetak dahulu. Dan apakah Kitab bisa dengan sendirinya memberi nama. Dan apakah nama bisa seenaknya memberi tanda-jasa pada kitab yang digunakannya.
Ali imran92, AlKahfi51, Mumthahanah4
[nun fa qaf] itu dasar pelaksanaan dalam memberi nafkah pemikiran sehingga menjadi pandangan dan pendirian AjaranNya Kitab Wali MilikNya. Bila ianya diberi aksi yang berlebihan dan melampaui batas KetentuanNya, maka yang terjadi adalah Kerusakan Fatal. Pelakunya Munafiqat dan Kekal Siksa Selama-lamaNya.
lucu juga dirasa, yang mengaku dalem dalam mengabdi
namun ianya tidak mengenal apa itu AjaranNya
mereka menyebut dengan nama “al quran” dan memujinya
sedang al quran bermakna “membaca dengan pengabdian waliNya”
yang sudah pasti memiliki cetakan “kitab” yang valid abadi selamanya
yaitu pada periode bernama ibraHim tercetak periode Muwsa
nama ‘isa bermaknya yang menolong langkah cetakannya
dan sudah pasti menggunakan bahasa yang mirip dengan yang asalnya
sementara disini dan disana mengagungkan kepemilikan “hadits” dengan suatu nama
padahal ianya adalah yang tercetak pada peristiwa nama ‘isa
sementara yang disini, memuji nama Muhammad dengan terka prasangka
padahal muhammad bisa untuk IbraHim, Muwsa, ‘Isa
sementara nama “jayabaya” di Indonesia diabaikan nama pengabdiannya
padahal ianya bisa bernama “muhammad” yang selama ini diterka mereka
Kasihan sekali mereka semuanya, seluruhnya dipenjuru dunia
semoga Kekal SiksaNya bagi pelaku kejahatan Kalimat AjaranNya
mereka tidak mengenal lalat ciptaNya dengan sebenar-benarnya
Mei 15, 2012 at 8:31 am
Bajana Langit Bumi
Lebak cawene : palung dalam cawan : yang kecil yang bermuatan banyak : cangkir raksasa
Langit : Ajaran dariNya : matahari, bulan, bintang, awan
Bumi : Pengabdian kepadaNya : generasi, hari, bulan, tahun, waktu
langit dan bumi disatukan dengan suara kata : bulan
bulan pada KitabNya tertulis dengan kata peruntukan : bumi[sya Ha ra]+langit[qaf mim ra]
kondisi peredaran [qaf mim ra] : malam hari : memiliki batasan waktu
kondisi pemakaian [sya ha ra] : terikat malam hari walau berbeda nama dalam perjalanan waktu
untuk menyatukan suara perkataan dari keduanya :
[qaf wau lam] : ketentuan sumber suara perkataan : KitabNya : langit
[ha da tsa] : hubungan yang menjadi perantara suara perkataan : waliNya : bumi
langit selalu diatas bumi, dan bumi tidak bisa menggantikan posisi langit
dan suara perkataan langit bumi disatukan kepemilikan dengan : Alloh al qudduwsi
Realitas Kehidupan terhubung kerusakan nilai AjaranNya
banyak orang diluar sana yang berperilaku seperti “tikus”, yang menggerogoti lembar ajaranNya dan merusak tanaman pengabdian waliNya. Hatta menjadikan ianya suatu penyakit “pes” : penyakit pengabdian dijalanNya, yaitu mengabdi dengan mengatur AjaranNya. Apakah mungkin bumi diatas langit?ini disebut melampaui batas yang tidak diperkenankanNya atau tanpa [ra dha wau] atau suatu perkataan yang dusta yang dilakukan tanpa ikatan ridhaNya.
perjalanan waktu dibumi bertanda hari, sedang ianya bisa pagi, siang, sore, malam
cipta kesepakatan langit kitabNya terhadap pengabdian bumi : nuwh, ibraHim, muwsa, ‘isa [asy-syuraa13], yang berpesan agar tidak berpecah belah dalam naungan AjaranNya, dengan metode berangkat sendiri mengikuti cara “nuwh”, saat bersama mengikuti ikatan langkah, ibraHim, muwsa, ‘isa. hatta pengabdian wali diatur syari’at KitabNya dalam naungan ajaranNya milikNya.
Lantas kenapa, saat ini, banyak orang sombong, yang mengaku mengabdi kepadaNya, akan tetapi perbuatannya seakan mengatur syari’at KitabNya.
kalian bisa bedakan tidak? Jika mengabdi kepadaNya itu bukan dengan suara perkataan belaka, namun harus mengikuti dengan apa saja yang menjadi syari’at KitabNya. Dan apakah mungkin bisa memahami syari’at kitabNya tanpa didahului waliNya?dan apa mungkin waliNya ada tanpa didahului kehendakNya?
lebak cawene : IbraHim, Muhammad
IbraHim ada untuk mewakili yang tak ada dan yang akan ada:[al mumthahanah4]
Muhammad ada untuk mewakili yang tidak ada dan yang akan ada:[al mumthahanah6]
dan itulah bejana teladan kepemimpinan dengan menggunakan misal nama waliNya dengan memakai landasan syari’at KitabNya[al ahzab33] -> [al ahzab21]
apakah yang digunakan nama waliNya atau syari’at kitabNya?
kalian telah mengadu domba dan merusak keindahan nama yang diberikanNya sebagai penghargaan pengabdian mereka yang tidak egois dan sombong dalam menjaga dan menghormati keagungan AjaranNya, karena mereka menyadari dan mengetahui posisi bumi dibawah langit.[an-nisaa13]
Mei 15, 2012 at 9:53 am
Lam lam sya
Ajaran kitabNya, pengabdian waliNya,tata-cara pengabdian dalam ajaranNya
hal ini didapat dari suara cicak dari kanan dan keras dengan ketukan 2,2,5
[qaf ta lam] cicak : khusus untuk waliNya, tidak untuk umum atau seperti suara “jangan coba-coba meniru adegan kata berbahaya ini, tanpa ada pendamping ‘ilmuNya”
hatta cicak 14 nonstop dari kiri menunjukan pemahaman : jikalau membaca dibumi maka sya, lam,Lam atau IbraHim, pengabdian waliNya, Ajaran kitabNya atau shaad7 ‘al millati al akhirati’ atau pandangan waliNya yang didedikasikan bagi Pendirian Ajaran KitabNya, atau syari’at KitabNya dipimpin dengan satu waliNya dengan mengikuti asas Al falaq yaitu suara terdekat ciptaanNya yang mewakili IbraHim untuk memimpin Ajaran KitabNya.
langit -> siang hari : matahari[sya mim sa], malam hari :bulan[qaf mim ra] ,bintang[nun ja mim]
bumi ->malam hari
pandangan bulan yang menetap di bumi : sya Ha ra
pandangan bintang yang menetap di bumi : kaf wau kaf ba
bumi ->siang hari
mewakili pandangan matahari yang menetap dibumi : awan : sa ha ba[An-Nuwr23]
al qadr : malam al qadr terpilih dari langkah 1000 [sya Ha ra] ->langit dalam pandangan bumi->
IbraHim[bulan], pengabdian waliNya[bintang], Ajaran kitabNya[awan].
malam al qadr? Malam terhubung bulan, dan bulan yang melekat pada kitabNya Al Qamar atau surat54. Dan tahukah anda Al Qamar itu? Ianya seperti perkataan pengabdian waliNya yang dtujukan bagi waliNya yang akan datang.
dan siapakah yang lebih dekat dan mendapat voting terbanyak dari perkataan waliNya yang terdahulu?Al Qamar1:siapakah yang mendekatkan berita Ajaran kitabNya saat ini?yuwsufu3,4,5,6
Mei 15, 2012 at 1:01 pm
Hari-hari Alloh
hari menurut suara cicak dari kanan 4,6,5 : suatu yang tetap adalah milikNya, yang berjalan dikehidupan dengan KetentuanNya, hatta pelaksanaannya mengikuti AturanNya.
anda hanya bisa merencanakan yang terkait dengan “hari”, namun anda tidak bisa memiliki “hari”. Nah ini disebut dengan pintu kehidupan, yaitu aturan dan ketentuan yang berlaku pada kehidupan. Hatta hari-hari kehidupan yang seakan bisa dimiliki seseorang , namun hari-hari AjaranNya secara ketentuan tidak bisa dimiliki seseorang.Al Anbiyaa4 suara perkataan WaliNya pada KitabNya dengan mengembalikan kepemilikan kepadaNya.
tuannya hari : jum’at
Al mujaadilah7 “nnajwaa” : gossip antar generasi kehidupan AjaranNya
bicara kepemimpinan beritanya [3]kuti ketetapan KitabNya [surat20]
bicara aturan pemberitaannya [5] ikuti ketentuan waliNya : yang melangkah mengikuti syari’at KitabNya dan pengabdian para waliNya
jum’at[ja mim wau] itu hariku, sab’ti[sin ba ain] itu hari Muwsa, ahad[alif ha da] itu hari ‘Isa.
tsumma : tuannya ajaranNya itu wali KitabNya, penerus waliNya dalam naungan AjaranNya.
nah ini Alfatihah6 : Ketetapan yang berlaku sebagai syari’at kitabNya.
kalau hanya mengandalkan kata “jalan yang lurus” yang menempel dimulut yang akal-akalan, yang ditemukan adalah jalan yang lurus sesuai selera masing-masing.
dan serulah nama-kelompok anda, atau serulah nama-pemimpin anda atau serulah siapapun yang anda sanjung dikehidupan ini, jika pengabdian anda hanya menempel dimulut yang akal-akalan, sangat mustahil bisa selamat kelak saat nafas kehidupan anda terhenti.
tuan ajaranNya? Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya
[wau tsa mim]: laba-laba17,25: awtsanan, Al Hajj30 Al awtsani : patung kata; atau pemuja nama-nama, pemuja tulisan diatas kertas.
duwni Alloh : selain yang terikat diJalan AjaranNya
[ra za qaf] rizqi : Ketentuan berita AjaranNya yang didekatkan pengetahuannya atas KehendakNya.
jangan hanya bisa bernyanyi “jagalah hati jangan kau nodai”…namun perbuatannya menodai Kesucian AjaranNya. No women No Cry, tidak ada “dara” maka tidak sujud kepadaNya.
Mei 15, 2012 at 5:05 pm
Batu yang menangis
batu [ha ja ra] dipecahkan pemahamannya dengan tongkat kitabNya maka menjadi :
kamar-kamar [al hujuraat : prespektif pemikiran KitabNya],
batu [pijakan pengetahuan, kontekstual], akal pemikiran,yang dibatasi,larangan,yang memelihara, halangan,alhijr
Al Furqaan22,53 hijran mmahjuwran
hijran kanan 1,5 [yang dijadikan sandaran pemikiran]: ketetapan bacaan[kitab]
mmahjuwra Kiri 3,7 [yang mengendalikan suatu berita] : aturan perkataan[wali]
tidaklah menangis seseorang tanpa sesuatu yang menjadi penyebabnya.
menangis dilambangkan KitabNya sebagai aksi “sujud”.
batu yang menangis : prespektif pemikiran AjaranNya yang mampu menjadikan seseorang melakukan sujud pengabdian kepada KitabNya?
sujud itu seperti “pinggang” yang membatasi badan yang membungkuk didepan sebagai tanda penghormatan kepadaNya sehingga “dahi” menempel pada Ajaran KitabNya, dan kaki yang berlutut dibelakang sebagai tanda tunduk dan patuh kepada aturan wali sebelumnya.
dahi itu lambang pemikiran terkini, sehingga sujud kepadaNya tidak perlu takut dengan suatu perubahan pandangan karena ada “pinggang” yang mengarahkan berita AjaranNya.
pinggang itulah yang tersebut dengan “ummatan wasathan”Al Baqarah143.
pinggang itulah yang tidak memihak antara badan yang membungkuk dengan kaki yang berlutut, dan pinggang yang mensejajarkan maksud dan tujuan.
pinggang itu bukanlah alat perpalingan, namun ianya sebagai perantara proses kaki yang berlutut dengan badan yang membungkuk. Seperti itulah proses kepemimpinan dalam AjaranNya. Sehingga yang memimpin dan yang dipimpin tidaklah melanggar “kode etik” persujudan.
ummat : dipimpin dan yang memimpin [budak dan majikan]
wasathan :yang terikat tujuan dengan perkataan kitab dan pengabdian para wali pendahulunya.
sujud itu tidak sedang berjalan atau diam tidak melangkahkan pemikiran.
Kebanyakan manusia melakukan sujud dengan melangkahkan kaki seraya membusungkan dada sambil melakukan pujian kelompoknya, memuliakan ajaran golongannya,mengkultuskan pengabdian nenek moyangnya, yang kesemuanya adalah batu pemikiran yang terpancar dari pinggang mereka. Apakah mungkin pinggang mereka akan sujud kepadaNya dengan Kesungguhan hati yang sebenar-benarnya? Sungguh tidak mungkin, karena dahi mereka melekat pada peraturan kelompoknya, golongannya, partainya, negaranya. Bagaimana mungkin hati yang dikendalikan tiap-tiap pemimpinnya dan akal yang dikendalikan masing-masing kelompoknya dapat mengarahkan kepada perintah yang satu yaitu hanya sujud kepada syari’atNya.
inilah yang dimaksud cipta pengabdian untuk sujud dijalanNya.[Al haqqah32]
batu menangis itu sama makna dengan “hijran mmahjuwran” dalam prespektif pemikiran AjaranNya.[IbraHim31]
Mei 16, 2012 at 4:11 am
aslmklm,ustadz
kenapa anda begitu yakin apa yg anda publish disini benar?intinya knpa anda yakin NII itu benar dan eksis?kalo kita bicara negara,tentunya negara harus memiliki wilayah?dimana wilayah NII?
apakah sudah ada proklamasi lagi?masa NII SMK bukanya sudah habis?dan wasiat beliau bukanya kembali ke masa awal,yakni masa sebelum masa proklamasi?
Mei 16, 2012 at 5:27 am
Dara hati
love “Alloh” like there’s no tomorrow, akan menjadi suatu kesungguhan hati mengikuti AjaranNya[1], hatta pengabdian kepadaNya akan berjalan dengan hati yang terdalam[2], tsumma menjadi santun dalam menjaga hubungan dengan para leluhur AjaranNya [thaha7,8]
Membaca ajaranNya dikehidupan yang jauh dengan [1]atau sujud badan ajaran kitabNya, sehingga membaca pengabdian dikehidupan yang dekat dengan[2]atau sujud kaki ajaran waliNya.
saat sendiri dikehidupan Ajaran: milikNya dan saat bersama dikehidupan pengabdian: milik kuasa AjaranNya. Karna tidak ada pengabdian tanpa AjaranNya[tidak ada ‘amal tanpa ‘ilmu].
Apakah al waHn tu? [ini suara ajaranNya yang jauh, jadikan ianya sebagai berita AjaranNya bukan sebagai seseorang yang kala itu menyuarakannya], jika tidak memahami maka perbuatannya seperti mengikuti suatu ajaran karena trend yang berlaku pada peradaban manusia. Sehingga tujuan yang dijalankan menjadi salah arah yaitu tujuannya nama-nama kebendaan. Alloh yang tertulis pada kertas[tujuannya yang dekat : kuasaNya], berbeda dengan Alloh yang tertulis dikehidupan{tujuannya yang jauh: Yang Menciptakan}.Al baqarah186
KuasaNya itu : Ajaran KitabNya: yang membawa kala itu tiada dan yang akan datang ada[AjaranNya]
KuasaNya itu : pengabdian WaliNya : yang dibawa kala itu ada dan yang akan datang tiada.[berita AjaranNya]
inilah yang dimaksud : baqiyyatulloh [huwd86] dan kalimatan baqiyatan[dzukhruf28] atau jika melangkah bersama Ajaran dengan KitabNya, jika melangkah sendiri gunakan pengabdian seperti ajaran para WaliNya. Hatta kebersamaan dalam satu tujuan dan kesendirian yang menjaga kebersamaan pada jalanNya yang satu.[fathir10]
dara itu ajaran KitabNya {yang harus dijaga kehormatan tujuannya]
hati itu mengikuti pengabdian waliNya {yang harus dijaga tujuannya yang satu]
aku saat ini diposisi dara, sehingga aku harus tiada, sedang kalian semua adalah hati yang menjaga tujuannya yang satu, dan kalian harus ada dan bersatu untuk menjaga tujuan Ajaran kitab dan para waliNya. Dan siapakah yang akan menolongku untuk menguburkan keberadaanku, hatta aku tidak melanggar ketentuanNya dalam melanjutkan suara AjaranNya. Dan sebab aku harus bersama dengan para walinya kala itu, menjadi bersama dalam berita AjaranNya.
Al haqqah38,39-52
Mei 16, 2012 at 6:58 am
saudaraku #25
buta[ain mim ya] : suatu prespektif pandangan yang dapat mengendalikan pemikiran. Disebutkan dengan kata “prespektif” untuk membedakanposisi langkahnya yaitu; dasar pengetahuan yang berada sebelumnya yang mengikat jalan pemikiran setelahnya. Ni kendali pemikiran yang dapat membutakan Kepemilikan Tujuan yang sesungguhnya. Sehingga pengabdian yang dilakukan menjadi buta syari’at KitabNya, syariat pengabdianNya, dan syari’at AjaranNya.
syari’at ajaranNya : tujuan kepemilikannya adalah yang Menciptakan
syari’at KitabNya : satu wali di satu generasi ajaranNya, dan harus menjadi bagian berita AjaranNya.
syariat pengabdianNya : harus mengikuti pengabdian waliNya sebelumnya dengan suara pengabdian waliNya setelahnya dengan ikatan syari’at AjaranNya dan syari’at KitabNya.
saat ini, dijaman ini, tidak ada satupun yang memahami AjaranNya dan syari’atNya, sehingga sudah pasti tidak ada nilai pengabdian diseluruh penjuru dunia yang diakui AjaranNya. Karena mereka seluruhnya mengabdi kepada nama-nama “kebendaan” belaka.
Yang Menciptakan tidak memerlukan kata “Alloh”. Dituliskan pada kitab dan ajaran waliNya agar tidak melupakan tujuan Kepemilikan yang sesungguhnya.
Manakah yang anda yaqini : Ibrahim, Muwsa, ‘Isa, Muhammad sebagai seseorang, ataukah sebagai bagian Kemuliaan berita AjaranNya?dan manakah yang lebih kuat sebutannya dengan kata “Alloh” atau Yang Menciptakan Langit dan Bumi? Sudah pasti Yang menciptakan Langit dan Bumi, disebutkan dengan kata “Alloh”. Beritanya jelas, kepemilikannya jelas dan tujuannya jelas.
Proklamasi? Yang menciptakan Langit dan Bumi tidak butuh PROKLAMASI, sebab mudah bagiNya menggulung hamparan bumi dengan kekuatanNya, untuk digantikan dengan para pengabdiNya yang setia yang serupa Telandan para WaliNya. Cukup dengan hantaman bencana yang berlaku diseluruh dunia, untuk memperingatkan seluruh manusia, bahwa mereka semua adalah CiptaanNya, bahwa langit bumi adalah milikNya. Qul huwa Allahu Ahadu.
hormatilah keberadaan berita AjaranNya, niscaya anda mengenal peristiwa AjaranNya yaitu “isra mi’raj” dengan sebenar-benarnya.Al infithaar5 Ali Imran9
Mei 16, 2012 at 9:41 am
ketapel angry birds
Al Fiil3 Thayran abaa-biyl
burung[tha yara] : burung pada Kitab yang terbang membawa berita peringatan dibawah naungan AjaranNya.
kata “abaa-biyl” [alif ba lam]: pasukan berita bernilai onta seperti barisan kendaraan perang pada AjaranNya. [3]Agar memahami kata “al ibili”[alif ba lam]: pada al an’aam144, al ghasyiyah17
[1]abaa-biyl diterjemahkan dengan kata [2]yang berbondong, yang bertubi-tubi.
al an’aam144 : dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: “Apakah dua yang jantan yang “harrama” ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?
harrama [ha ra mim]: yang boleh dipakai, yang boleh dihubungkan beritanya.[ikatan peraturannya tidak boleh dari satu, seperti satu suami dengan dua istri yang masing-masing terikat aturan perkawinan,namun ikatan peraturan perkawinan hanya satu].
[1] itu betina : sesuatu yang melahirkan berita
[2] itu jantan : sesuatu yang dilahirkan berita
[1][2] itu sepasang atau yang memiliki keterikatan satu sama lainnya.
sedangkan “onta” lambang kendaraan yang menjalankan berita ajaranNya yang pokok, dan “kerbau” lambang mengikuti unta, atau yang membajak “ladang pemikiran unta” .
nah ini bisa juga dimaknakan sebagai bulu pemikiran domba, dan daging pemikiran kambing, yang menggiring “opini” kepada suatu tujuan yang ingin dicapai pada pemberitaannya,milikNya.
ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?
[2]yang berbondong, yang bertubi-tubi. Ini berbahasa kulit, sehingga bisa dikembangkan pemahamannya dengan mencarikan jodoh terjemahannya seperti barisan pawai kendaraan berita atau yang sejajar maknanya dan memudahkan maksud penyampaian kata.
dan [1]abaa-biyl seperti perbuatan yang menghubungkan [3] dengan [alif ba lam] yang mengandung maksud : suatu metode yang dapat mengarahkan berita.
[1][2][3] harus satu ikatan peraturan perkawinan sumber pemikiran yaitu KitabNya.
sehingga bisa juga disebutkan makanan kata “Thayran abaa-biyl” sama dengan ketapel angry birds, karena pelaku berita menggunakan sumber pemikiran dari KitabNya.[bulu domba]
ketapel angry birds : pelontar berita dengan menggunakan pemahaman KitabNya, untuk menghancurkan balok-balok pemikiran yang mengatasnamakan AjaranNya.[daging kambing]
burung itu identik dengan suara pengabdian IbraHim[Albaqarah 260], Dawud[shaad17], Sulaiyman[An-naml16] yang dibuatkan beritannya pada Kitab Suci, untuk dipahami bentuk pengabdian para waliNya dalam naungan Yang Maha Pemurah.
aku pamit dalam kesendirian ini, karena harus berada dibalik tirai kebersamaan Kemuliaan dan Keagungan berita para waliNya yang MilikNya.
Mei 17, 2012 at 12:22 am
Alif mim-lam mim
[Al-Anbiyaa63]KabiyruHum : [kaf ba ra]
Ajaran wali IbraHim pada KitabNya : hai Api menjadi dinginlah”ba ra da”[Al-Anbiyaa69]
Apakah Alim mim-lam mim?
oleh-oleh dari suara “cicak” kanan keras 1 3,2, 3 [‘ilmu 12 Kepemimpinan harf”ha ra fa”]
maksud dan tujuannya?
menyejukkan[ba ra da] hari para pembaca, sebab panasnya “patung kata” dikehidupan manusia, menjadi dingin dengan “wasalmin ‘ala IbraHim”[menggunakan metode wasalaman ‘ala IbraHim atau Ajaran wali IbraHim pada KitabNya]. hatta, seluruh manusia yang mengabdi didunia mengetahui sebab-musabab dari segala bentuk “omong kosong”, perkataan dusta, perbuatan durhaka, yang mengatasnamakan AjaranNya. Dan menjadi menyadari bahwa : satu-satunya yang mengendalikan yang mengarahkan adalah yang Mencipta Langit Bumi.”alif[1] mim[2]-lam[3] mim[4]” atau yang mereka kenal dengan kata “allohu akbaru”.
whats the furqan[fa ra qaf]?
[alif lam-mim] adalah tujuan dan arah berita yang naik[1][3][2] dan turun[1][3][4] dikehidupan.
jika Alloh tertulis pada lembaran kertas dikehidupan maka : [alif lam-lam ha][alif kaf ba ra]:azh-zhaHir :yang terlihat : landasan tujuan
jika Alloh yang tertulis pada lembaran makhluk dikehidupan : [alif mim-lam mim] :al ghayb :yang tidak terlihat : tujuan
apakah penjelasan “Allohu Akbaru”?
[5]Alloh yang tertinggi pada tulisan, ada pada lembaran Suci : Kitab dan Wali [al’alaa19]
[6]Alloh yang tertinggi pada suara tulisan, ada pada seruan suci : AjaranNya.
[5] Allohu, [6] Akbaru yang keduanya memiliki maksud dan tujuan : Besarkanlah,Luaskanlah seruan suci AjaranNya, dan gunakanlah lembaran suci KitabNya, WaliNya sebagai landasan tujuan pengabdian kepada Yang Menciptakan Langit dan Bumi.
mengapa terhalang pandangan?
sebab mengabdi tanpa keimuan AjaranNya.
Iman[alif mim nun] : sesuatu yang mengendalikan Ajaran
kafir [kaf fa ra] : sesuatu yang mengendalikan pengantar pengabdian, sehingga harus menggunakan 2 aturan[rabb],rabb langit[allohu] dan rabb bumi[akbaru]
apakah rabb langit dan rabb bumi?
rabb langit : rabb+[y]:Kitab =rabb+[nun], rabb+[Ha,mim], Ajaran Kitab => Allohu
rabb bumi : rabb : wali = rabb+[ha], rabb+[kaf,mim], Ajaran para Wali => Akbaru
Petilasan dokumentari AjaranNya :
Al kibaru : Al baqarah 266, Ali Imran40, Al Hijr54
Al kibara : al israa23
Apakah sudah sejuk?
dan sara hatiku telah habis[Al Fath8][An-Nuwr41]
Mei 17, 2012 at 1:07 am
Allohuma shaliy ‘ala muhammad =Ajaran Kitab = Muhammad
ya rabbi shalliy alaiyhi wasalim + Ajaran Wali =saw[ajaran para wali]
{Al qaria’ah}{Al jinn6}{Al Muddatsir16} ; kondisi “omong kosong”, perkataan tanpa ‘ilmu mengakibatkan kepada perbuatan durhaka kepadaNya.
Mei 17, 2012 at 1:21 am
SyaHadat
Sumpah AjaranNya
tidak ada Landasan tujuan selain dari Kitab Suci
Ajaran Kitab dan Ajaran Wali sebagai satu Seruan Yang Suci
AsyHadu an laa ilaha ilaa Allohu
wa asyHadu ana Muhammadu rasululloh
[Asy-syu’araa63,64,65]:the voices of syaHadat
Mei 17, 2012 at 1:28 am
Shalat Ajaran : Kitab Suci dan AjaranNya :[nun fa qaf] : ‘ilmu
Shalat PengabdianNya :Ajaran para waliNya : [shad da qaf] : ‘amal
Al infithaar 17,18,19 Albaqarah24 at-tahrim6
Mei 17, 2012 at 6:02 am
Al Hasyr [Bersih-bersih biar rapih]
AjaranNya mengarungi lorong waktu
melewati dua negeri dibawah awan ‘arsy
negeri yang satu : negri verbal
yang awal :bani adam, yang akhir:bani Israil
dan negeri yang satunya lagi : negri visual
atau negri tulisan berita AjaranNya
yang zhaHir :al ‘arabi, yang bathin:quraisy
lorong waktu itu : Al KaHfi
masihkah ingin mengabdi bighayri ‘ilmi
yang membaca pengabdian tanpa millah IbraHim
at-tawrata[mim=yang mengendalikan=pengabdian pada Kitab Suci]
al-injil[lam=yang mengarahkan=pengabdian para wali suci]
al-quran[lam=yang melanjutkan arah=pengabdian wali terkini]
tidak mengerti arti, maka berjalan diatas ‘ilmu berduri
dan jika memahami, seakan memakan sate kambing, minumannya sususapi murni
sudahkah kalian menyadari?
bukankah setelah mati pasti ketempat kembali?
ataukah ada yang lebih perkasa dari Yang memiliki Langit Bumi?
maukah bersamaku menjunjung awan ‘arsy.
memurnikan ketha’atan kepada AjaranNya yang kekal abadi
dan menjaga kehormatan ajaran para waliNya yang tinggi
tanyakan kepada pihak abuqital, sebab ia memegang informasi
jadilah pengikutNya dengan melangkah bersamaku.
jangan takut sama densus88 atau yang sejenisnya,
mereka semua makhluk hina, nyawa minjem,mbunuh seenaknya
tenang saja, disini ada ‘ilmu lalat
yang kurang ajar, akan segera dilawat…
Ksatria kalimatNya : Kitab Suci Ajaran Suci, para wali yang disucikanNya.[qaaf20][Al-hujuraat17,18]
Mei 17, 2012 at 6:18 am
istilah yahudi itu bagi yang terperangkap dengan ajaran sesat yang mengatasnamakan Ajaran Kitab Suci
istilah Nashrani itu untuk yang terperangkap oleh ajaran sesat yang berdalih dengan Ajaran Suci wali tinggi
azh-zhaHir : Kitab Suci
al-Bathin : hadits suci
seluruh dunia sudah sesat, mengapa diikuti.
ikuti ajaranNya yang suci ya harus bersamaku,
ini sudah harga mati
Al An’aam46 Ar-raad26
Mei 17, 2012 at 8:19 am
AjaranNya yang satu sedjak dahulu
dimisalkan nama “Adam” agar ummat tidak berseteru
dengan kata batu diberi istilah nama agama yang diikuti kata satu persatu
dan mulut bussuk berkoar “toleransi agama” indah itu
padahal “tolol generasi” yang menghina Pemilik ajaran yang satu
dasar manusia sesat dan menyesatkan
makan ikan tidak ingat sama Yang menciptakan
bisa bernafas tidak ingat sama Yang memberikan
yang diingat Cuma kelompok dan golongan
yang disanjung hanya segerombol batu nisan
yang diikuti para pemimpin durhaka yang memainkan umpan
pengikut yang buta-hati menjadi sasaran
sungguh kasihan, sungguh sangat kasihan
mengharap surga yang tiada harapan
Yang Memiliki tak membutuhkan peradaban
Yang Menciptakan tidak membutuhkan kehidupan
Yang Pemurah hanya menurunkan Kitab Suci dan Ajaran
Yang Penyayang mengiringi generasi dengan wali Ajaran
mereka lupa tanda Al-Humazah3
dan mereka diseluruh pelosok dunia telah lupa dengan Yang memiliki Kekuatan
Al-Qashash72
hai pemuja-pemuja nama kebendaan
yang menempel dibatu nisan, maupun yang mengatasnamakan mulut awan
ketahuilah, tiada ampun bagi yang masih melanjutkan,
teori manusia yang sesat dan menyesatkan
Fushshilat19
Mei 17, 2012 at 9:08 am
Al Muthaffifin28,Dukhan10,11
Kabut Peringatan beritaNya yang Nyata
“Sebaik-baik hari dimana matahari terbit adalah hari Jum’at. Pada hari Jum’at Adam diciptakan, pada hari itu dia dimasukkan ke dalam Surga dan pada hari Jum’at itu juga dia dikeluarkan dari Surga. Dan hari Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jum’at.”
“Sesungguhnya sebaik-baik hari kalian adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan. Pada hari itu juga Sangsakala ditiup dan petir bergemuruh.”
siapakah yang dapat mengelak hari pengumpulan[jum’at]
dapatkah kalian semua menghindar dari Yang memiliki kekuatan
masihkah ingin terus melawan Keagungan Ajaran
Yang Maha baik selalu memberi kesempatan
hanya saja kalian yang menyia-nyiakan
Adh-dhuha11,at-tiin3,Al Muddatstsir3,4,5
aku pergi saja
Mei 17, 2012 at 10:07 am
Besi13
Gunung itu : syaratnya kitab
Kabut itu : syaratnya perkataan wali[hadits]
kiamat itu : kebangkitan AjaranNya
jum’at itu : pengumpulan ummat Ajaran
jum’at eksplorasi dari kata jalla,jamil,ja-a
yang mengarahkan proses rupa berita hingga ke bentuk yang dipahami
ikan itu hubungannya laut, seperti gunung yang tersilimuti kabut
sementara bernafas itu hidung pemberitaan, yang terkait pelaku atau mengikuti panutan dari suatu suara ajaran.
sudah yaa..dan aku pergi saja[Al Kahfi106]
Mei 17, 2012 at 10:36 am
disini sesat disana sesat
dimana-mana mereka sesat
menyembah plakat bertindak nekat
tak sadar mereka kena la’nat
la.la.la. lalala [ayo melangkah masuk kandang]
Bulan31 Petir7,8,9 Al ahzab46
mari tobat.yang skarat
ayo tobat.yang dilaknant
jangan terus berperilaku maksiat
Al Balad7
Mei 17, 2012 at 6:29 pm
Pintu dan kaki [dan=imaginer=pelaku]
kaki yang sakit terbentur pintu saat hendak menutupnya [ada rupa-> ada rasa]mim
bila terkena siraman air muncul kembali sakitnya [tiada rupa-> ada rasa]lam
dan terganggu pikiran, jadi sebab melangkah tak bisa [tiada rupa tiada rasa]
teringat pintu, teringat kakinya [tiada rasa-> ada rupa] mim
teringat saat itu, teringat rasa sakitnya [rasa-> tiada rupa]lam
pintu[qaf] dan kaki[lam]
tiada kejadian, tak ada hubungan cerita[ta]rupa
tiada selembar peristiwa, tak ada suara kata[ya]rasa
tiada pelaku, tidak ada selembar cerita[wau] satu alur dua arah [berbentuk,berasa]
[1]rupa[ta]: Kitab
serupa seseorang yang naik perahu menuju dermaga
perahunya dibocorkan penulis, dan tenggelam bersama penumpangnya
ada seorang lagi yang bertanya sambil membaca
mengapa perahu diberi tanda lubang dalam cerita.
[2]rasa[ya]: Wali
dan semisal seorang anak yang dibunuh pada lain cerita[dua kejadian satu peristiwa waktu]
tanpa dijelaskan dari keturunan siapa, dan asal mula waktunya [dua peristiwa waktu satu pelaku]
yang ditanyakan pembaca mengapa penulis menghilangkan nyawanya
[3]daya[wau]: suara kitab dan suara wali
seumpama dijaman yang berbeda, didapati penduduk yang bersengketa [aksi]rupa : prespektif pemikiran-> simbolnya pengabdian tawrata : suara muwsa sebagai perkataan Kitab [a]
dan penulis membuat solusi bagi masalahnya, walau tak diminta [reaksi]rasa : yang mengendalikan permasalahan-> simbolnya pengabdian injil : suara ‘Isa sebagai perkataan Wali [b]
mengapa penulis tak meminta tanda jasa, begitu asumsi yang baca [aksi reaksi]daya : apresiasi intelektual->simbolnya pengabdian quran : suara Muhammad sebagai perkataan Ajaran [c]
dua langkah[1][2] satu tujuan cerita[3]
al qashash84
terkait suara berita “3 kebohongan IbraHim” yang dipadukan dengan Al Kahfi [yajuwj dan majuwj]
*pokoknya seru banget suara cicak malam ini
intinya beritaNya gini saja :
[1][2][3] keseluruhannya ada pada Lembaran IbraHim, yang memuat ajaran para pendahulunya.
Al Ikhlash3, Dzukhruf28
suara Ajaran=suara Kitab + suara Wali
suara Kitab[a] ->dilambangkan Muhammad : status berita Nabi :improved detection
suara Wali[b]->dilambangkan saw : status berita Rasul:improved protection
suara Ajaran[c]-> simbol ikatannya :Muhammad saw :status berita Alloh dan rasulnya:improved stability
3 kebohongan IbraHim = 3 tokoh Imaginer = Muwsa, ‘Isa, Muhammad
yajuwj itu [a], wau itu[c], majuwj itu[b]
Al ‘Alaa19 : IbraHim dan lembar ajaranNya[yang disebut muwsa]
sehingga IbraHim simbol persatuan waliNya dan Muhammad simbol persatuan AjaranNya
jika yang 3 imaginer =seluruhnya imaginer termasuk IbraHim
makanya jangan memuja nama-nama kebendaan belaka, yang menjerumuskan perpecah belahan ummat. Karena para waliNya selalu menekankan “aku bukanlah penjaga AjaranNya yang abadi”, namun gunakanlah AjaranNya untuk menuju kemurnian pengabdian kepada pemilik yang Abadi disegala generasi.
lonceng kematian mulai berdentang{Al-‘Alaq5}[Al-Bayyinah6]
Mei 18, 2012 at 3:06 pm
Pemuja plakat nama
tidak disini, tidak juga disana
bukan hanya mereka yang disini, namun juga disana
dibumi ini, dibumi nun disana, semuanya, seluruhnya
tidak sadar mereka menyembah plakat nama
hingga lupa kepada Penguasa yang sesungguhnya
berjalan dalam mengabdi tidak waspada
sampai batu-nisan diletakkan dihati selamanya
padahal belum tentu nama yang tertera sama maksudnya
karena suka mengikuti kebiadaban para pemuka durhaka
yang berdusta dengan perisai kata “agama”.
sepandai-pandainya monyet melompat, akhirnya makan pisang juga
sehebat apapun pengetahuan manusia, akan kembali kepada AjaranNya
sudah diulang berluang kali dengan mitsal nama umpama
bahwa “adam” itu hanya satu sumbernya, satu penciptaNya
mengapa dipecah menjadi batu kerikil yang bernama agama
bukankah ini perbuatan durhaka yang mengatasnamakan namaNya?
sebutlah nama-nama kitab kalian jika dapat menolong anda selanjutnya
sebab lembaran dikatakan suci bila sudah ada berita tanganNya
karena sujud kepadaNya bukanlah hanya suatu permainan manusia
sudahilah perbuatan hidung kerbau yang dicocok ilmu petaka
dan biarkanlah ummat tetap selalu menjadi MilikNya
kaki beritaNya, tertahan melangkah, hanya karena si “gara-gara”
mohonkan kemudahan kepadaNya agar segera terbuka pintunya
agar yang tertutup debu kehidupan, menjadi melihat karenanya
agar yang terikat rantai peradaban, menjadi bebas langkahnya
agar yang terseret ombak kemewahan, menjadi sadar karenanya
dan agar setiap diri, menjadi yaqin akan kebaikan Yang Mencipta
janganlah lagi saling bersikut berita, berjotosan pandangan tentangNya
janganlah lagi berkelahi pemikiran dan membunuh hanya karena prasangka
egois karena membela plakat nama, hanyalah percuma saja
tidak ada agama didunia, sebab yang ada hanyalah satu AjaranNya
berkasih sayang dengan sesama, semua makhluk dengan beritaNya
sadarkanlah, bahwa batas waktu kehidupan ada ketentuanNya
hai para pemuja plakat nama diseluruh dunia
buanglah jauh-jauh batu nisan yang melekat dihati anda
cukuplah Yang Mencipta, sebagai satu langkah tujuan akhir hidup anda
jangan lagi berpegang pada kitab yang diucap pendurhaka, lagi pendusta
sebab pada mereka tiada lagi nilai keselamatan sebagai bekal ke surgaNya
bila turun tangan kuasaNya, janganlah ianya diberi nama-nama selera
ikuti saja anjurannya dengan hati terbuka, hatta berbuah patuh rasanya
biarlah yang dibalik tirai kata ini, seakan memeluk mata anda semua
sebagai pelampiasan kasih sayang dari yang tertinggal masa disana
nama-nama terindah yang berarak diawan AjaranNya
bersyukurlah terhadap kemurahan yang Kuasa
sebab sebentar masa, bumi pertiwi akan terharu bangga
oleh pemuda-pemudi berita yang menjunjung keagungan AjaranNya
sebutlah namaNya, semudah apapun mulut anda mengucap bicara
Yang Agung, Yang Mulia, Yang Perkasa, Yang terindah nama apa saja
jauhkanlah seruan dengan kata seperti toko pecah belah nun dimana-kata
karena tak sampai tujuan, perahu yang berlayar dengan para pendusta
Ibrahim, musa, isa, muhammad hanyalah slogan beritaNya
usah ditarik leher puji-puja atas nama mereka
namun jadikanlah ianya sebagai pengantar para pembesar AjaranNya
yang berlindung dibalik nama-nama mereka
untuk menghindari pemujaan yang tidak semestinya
dan begitu juga untuk kata “sidharta gautama”
jangan lagi diseret dilantai pengabdian yang bernoda
bukankah terdapat dalam ujar teori kata “jayabaya”
yang mencuri harap mengembalikan kata yang dicurinya
tak usah lagi semuanya dipuja-puja
karena Yang abadi hanyalah yang berhak dipuja
sapibetina yang tidak muda dan tidak tua warnanya
adalah makna AjaranNya yang berlaku ditiap-tiap masa kehendakNya
yang tunduk kepadaNya, dengan mengikuti jejak-leluhur yang bermata
dan tidaklah diciptakan adab kehidupan dan jalan pemikiran selain untuk mengabdi kepadaNya
jangan lagi jadikan taurat, injil, quran, sebagai urat kesombongan
sebab ianya, hanyalah lambang pengabdian wali berjarak hikmah semata
dan bertahanlah saudaraku, kelak kusir kereta kencana membawa obor pembeda
dan kembalikanlah hati anda kepada AjaranNya
karena itulah satu-satunya jalan keselamatan Akhir masa
sebelum melangkah ke jaman yang jauh berbeda rasa cipta
sebab dayaNya yang mengendalikan kehidupan manusia
Mei 19, 2012 at 9:27 am
123,125,128
badr,bdila[4,3],badani
yang memegang kendali : tali kendali : yang mengarahkan kendali
perbuatan107 : 5,6 pembeda-berita25:14 secara waktu102:7
topeng pengabdian dibalik suara ajaran mereka
dimulai dari kelalaian mereka memahami sumber yang memiliki tujuan ikatan yang satu[pasti], yaitu Yang menciptakan Ajaran. Kemudian berpecah suara-pelaksanaan dengan meninggikan perbuatan pemikiran masing-masing, yang sarat kesombongan, pamer pengabdian, gaya ugal-ugalan hingga tanpa sadar terlepas dari tali kendali Aturan. Sedikit-demi sedikit, pita merah pengabdian mulai menjadi plakat penghargaan, yang mereka sebut dengan istilah Agama. Hingar-bingar seruan bagaikan letusan kembang api peradaban, yang dikemudikan selera perasaan yang muncul dari para pemuka yang mengatasnamakan gengsi pendirian.
bermegah-megahan membangun plakat Agama, telah melalaikan pengabdian mereka. Karena dengannya tujuan hidup, mereka bawa hingga melekat dalam piagam kelompoknya, jalan setelah kehidupanpun mereka tutupi kepemilikannya. Padahal mereka sadar sepenuhnya, saat nafas terlepas dikala meregang-nyawa, mereka sudah tidak dapat berkoar, menyuarakan puja-puji kepada piagam kelompok dari plakat agamanya. There’s no choices, sudah tidak ada nilai pengembalian akibat penyesalan yang tertunda kesadarannya. Janganlah begitu, kelak mereka akan mengetahui akibat dari perbuatan hidupnya. Janganlah begitu, kelak mereka akan mengetahui akibat dari pengabdian busuk yang berkedok pengabdian atasnamaNya. Dan Janganlah begitu, kelak mereka akan mengetahui akibat kesombongannya, yang disebabkan tidak tunduk dan patuh kepada Aturan ajaranNya, mengakibatkan siksa kekal melekat pada mereka tanpa bisa melepasnya.
pembeda langkah-beritaNya[al-furqan14]:
tidaklah mereka seluruhnya disegala penjuru dunia, yang masih bernafas hingga saat ini, mengharapkan suatu kehancuran salah satu plakat agama yang tidak dibelanya, melainkan harapkanlah kebinasaan seluruh plakat agama yang bernisan batu nenek moyangnya.
badr,bibadanika, adalah tabdilla[berubah]. Saat Yang Perkasa berkehendak memberhentikan awan pada generasi selanjutnya, maka singgasana AjaranNya berada pada kuasa “badr” dan sudah pasti bersuara “laa tabdilla”. Dan Ingatlah : Kesempatan itu ada batasannya, ada aturanNya, ada kepemilikan waktunya. Jangan sia-siakan ianya dengan kesombongan pengabdian tanpa ‘ilmu AjaranNya. Ketahuilah : kalian semua yang diseluruh dunia saat ini,sudah tidak ada nilai pengabdiannya dimata AjaranNya.
niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim[pemberitaan keras yang berkonten seperti membelah topeng kebusukan atasnama pengabdian yang didasari ilmu petaka],
dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan.
hai pemuja plakat nama Agama, yang mengatasnamakan kelompok-kelompok pengabdian sesat menyesatkan diseluruh dunia, hentikanlah perbuatan anda semua yang telah menghina, mengadu domba, Keindahan AjaranNya. Kalian telah mencuri “harta pusaka” AjaranNya, dan menggunakannya untuk memperindah dan menghiasi gedung-gedung pengabdian yang berpita merah. Dangkalnya otak anda semua, mengakibatkan terlupa dengan Yang Mengetahui segala.
Keringnya hati anda, mengakibatkan kebusukan suara pengabdian kalian, yang menyanjung dan menghormati sesuatunya yang bukan pada tempat kembalinya.
Ingatlah!!!dan Ingatlah!!!Keras SiksaNya tidak dapat digantikan dengan segala harta benda kalian, bila tetap terus menunda dan melawan suara AjaranNya diawal Kebangkitannya.[Al-Ahqaaf8]
Mei 19, 2012 at 1:22 pm
Tungku Pengabdian didapur umum Kehidupan[at-tannuru]
sepasang seruan dalam jabat- tangan mereka yang memiliki ikatan irama langkah kaki pengabdian , yang mengikuti suara hati yang terletak dibadan. Leher yang dijadikan suara tempat peribadatan dalam kendali kaki-tangan kepala pemikiran yang menyatukan.
pita merah suara yang menyerukan “rumah peribadatan”, keluar dari tenggorokan pemuka demi menguatkan plakat pengabdian. Dimana kedustaan dibajak, disitulah peribadatan agama dipijak. Dan semakin menguatkan tarikan garis warna perbedaan, namun yang disayangkan melupakan Kemurnian Ajaran yang hanya mempunyai satu tujuan.
ada pemimpin, ada pengikut, ada yang dianut, ada yang manut, ada gula pengabdian, ada kelompok yang merumput, saling berkoar, saling membetulkan mulut, sementara tali ajaran yang satu menjadi kusut. Ribut perselisihan, ribut perdebatan, entah apa yang diperebutkan. Padahal mereka semua hanya satu Yang Menciptakan dan Yang memberi Kehidupan. Lantas Kenapa, seolah ucapan mereka membuat pengabdian memiliki banyak tali tujuan. Perjalanan kehidupan, warna-warni peradaban, seakan meniup perbedaan pemikiran dalam buhul tali ikatan pengabdian. Hatta, membenci, mendengki, mencaci, menumpahi sindiran, sudah menjadi hidangan pencuci mulut para pemimpin yang menyulut persengketaan.
jikalau lalat, semut, nyamuk tidak satu yang menciptakan, silahkan saja mereka ungkapkan perbedaan tujuan. Seharusnya, satu Ajaran kebaikan yang dikuatkan, sehingga kasih sayang bersemi dihati yang terdalam. Tanpa perlu memicingkan mata kepada yang berbeda haluan. Sebab benar dan salah bukanlah jalan kehidupan manusia yang menentukan. Aturan kitabNya yang satu, yang menjadi kesepakatan bagi makhluk yang bernafas dikehidupan.
Islam,Katolik,Kristen,Budha,Hindu dytt, adalah permainan kata kehidupan, yang dipupuk dan dipelihara perbuatannya oleh banyak-orang yang lupa dengan pemilik tujuan. Dan kitab mereka dipuja-puji setinggi awan, namun sayang tak mengerti arti maksud dan tujuan. Lembaran kitab disebut suci, apabila tangan-KehendakNya yang mengajarkan secara langsung disetiap generasi Kebangkitan Ajaran. Dan sudahilah pertikaian, sebab “air bah” yang akan menyelesaikan.
ke pasar peribadatan, mencari naskah ikan yang segar untuk bekal pengabdian
mata-hati yang jeli akan dapat segera melihat busuknya suara lembaran
Mei 19, 2012 at 3:40 pm
Jalan Keselamatan segala jaman
[1][al maidah3] : [2][ali imran85, ash-shaff7] : [3][ali imran19]
langkah Kitab : aturan AjaranNya : aturan para waliNya
mulut busuk yang berkoar dimana-mana menyerukan kata “Al- Islam” pada [1][2][3] dengan istilah agama Islam. Ini sumber gara-gara yang memakai ilmu petaka.
padahal mereka[pemuka pendusta] memahami kata “Al Islam” yang digunakan [1][2][3] merupakan kata mengandung makna “yang sudah dikenal sejak masa lampau” atau didahului lam alif.
Yang sesungguhnya, yang seharusnya diberitakan adalah “al islam” yang dipahami sebagai jalan keselamatan segala jaman, dahulu hingga yang terkemudian. Yang didalamnya terdapat pelajaran terbaik dari para waliNya, yang berserah diri total, tanpa ego kepemilikan suatu “aliran pengabdian”, yang berkasih sayang dengan memegang teguh prinsip AjaranNya, yang tidak berpecah belah pemikiran dengan kesombongan kedudukan yang dianugrahkan, yang tidak melupakan para leluhur yang hadir sebelumnya, yang selalu memiliki misi dan visi untuk kesejahteraan dalam dekapan AjaranNya, yang tunduk dan patuh terhadap perintah dari pemilik AjaranNya, yang tidak gelap mata melupakan Tujuan yang seharusnya.[Al-hijr9]
yang lebih fatal yaitu anggapan nama kitab “at-taurat ,al-injil, al-quran” yang disematkan oleh mulut-mulut durhaka, untuk memecah belah, menceraiberaikan, pengabdian yang satu. Mereka tidak memahami dengan baik dan benar, dari kata “at-taurat ,al-injil, al-quran”. Ketiganya adalah simbol membaca pengabdian yang memiliki hikmah perjalanan disetiap perbuatannya.[thaha4]
“at-taurat[yang memberikan aturan perbuatan bersumber dari suara Kitab] ,al-injil[yang melangkahkan perbuatan yang bersumber dari suara Ajaran], al-quran[yang memegang kendali perbuatan yang bersumber dari pengabdian para wali]”
tulisan kitab itu bisa disebut dengan “nabi”, yang didalamnya terkandung pengajaran suci yang disebut “malaikat”, hatta dijalankan beritanya maka disebut dengan “rasul”. Tidak boleh “predikat Ajaran” melekat pada pelaku, bisa membuat luka dijalan AjaranNya.[Ali Imran80]
malik[mim lam kaf] : yang mengendalikan serta mengarahkan kepada satu tujuan kalimatNya. Bisa jadi kekuasaan atas kehendakNya, bisajadi AjaranNya, bisajadi kekuatanNya yang tidak terbatas oleh waktu. Karena baginya, segala perubahan adalah mudah bagiNya untuk mengendalikanNya.[semut9]
mereka selalu mengajarkan keindahan pribadi wali, padahal para waliNya mengajarkan Keindahan AjaranNya. Mereka yang berbusa kedustaan lebih suka menyembah nama-mati yang sarat dengan ilmu prasangka. Bagaimana mungkin mereka yang memiliki batas umur pendek, dapat mengetahui dengan pasti umur ajaranNya yang sudah menempuh jarak yang panjang? Mereka seperti memakai ilmu “tebak buah manggis”, hanya menerka dari kulit luarnya saja, tanpa merasakan asem-manis buah pengabdiandijalan AjaranNya.[Ali-Imran64][yaasin4]
banyak yang ingin disampaikan, namun telaga terjaga dengan ketentuan, hingga yang bersuara dibalik tirai-kata, hanya bisa berpesan kepada yang menggunakan mata-hati ajaran.
satukan langkah kebersamaan dengan pijakan KitabNya, jagalah selalu Aturan AjaranNya, dan hormati jalan pengabdian para waliNya. Tidaklah perbuatan pemikiran dapat memutus hubungan Ajaran, apabila tikus-tikus pengabdian yang mengerogoti lembaran dimusnahkan.[Fushshilat6]
Mei 20, 2012 at 7:29 am
Bener, jejeg, jujur
pohon[1] : pohon[2] : pohon[3]
suara nabi : suara malaikat : suara rasul
yang dari kitab : yang dari ajaran : yang dari wali
nisa-a : insana nafsan : nassa
[nun sin wau] : [alif nun sin] [nun fa sin] : [nun wau sin]
[1][3] : pengabdian kepadaNya dariNya[wattiyni] terhadapNya[wazzaytuwni]
[2] : Ajaran dariNya [wathuwri siyniyna]
[1][2][3]wa Hadzal-baladal-amiyni
[dua kebun] :
yaasin34 : al-baqarah266 : almu-minuun19
kebun kurma : dan pohon IbraHim : kebun anggur
[dua laut] :
al-kahfi61 : an-naml61 : fathir12
ar-rahman19: ar-rahman20 : al-furqan53
tawar,segar : wa hijran mmahjuwran : asin,pahit
laut-langit : tongkat muwsa : laut-bumi
[pohon adam]
Albaqarah35,36: al-a’raaf19,20: thaha120,121
dijelaskan dengan pertanyaan : mengapa harus si”anu” disyaratkan untuk di”sunat”?
agar bener, jejeg, jujur, atau menyampaikan suatu pandangan [nikmat,syahwat] tidak ditutup-tutupi sumbernya dan tidak mengotori pijakan pemikirannya.
terhubung : buang air kecil dan buang air besar
“nabi saw menjauh saat membuang hajat”, “rasul saw berlindung dibalik dua pohon saat membuang hajat”. Ath-thariq5,6,7
“buang air besar”[paket3] sudah pasti “buang air kecil”[paket1] = [paket2]
seluruh manusia sudah pasti terikat paket2
maksudnya apa?
agar pelaku yang “mengeksekusi suatu ajaran kitab” tidak memberi jejak pada sumber pandangannya atau pijakan pribadi pada pemikirannya, karena bisa “bau pesing”.
dan-agar pelaku yang “mengeksekusi suatu ajaran wali” tidak memberi jejak pada sumber pendiriannya atau pijakan pribadi pada pengabdiannya, karena bisa “bau sangat tidak sedap”.
bukankah saat ini yang terjadi diseluruh dunia, berlaku seperti “bau yang pesing” atau “bau yang sangat tidak sedap”?. Mengapa mereka tidak menyadari hal ini? Karena mereka tidak memahami maksud kata “disunat”, yakni kitab dan wali bagian ajarannya yang harus diberlakukan secara umum, sehingga tidak boleh ditutup-tutupi dengan kepemilikan khusus dari kitab maupun wali. Yang khusus adalah tujuannya, yaitu hanya kepadaNya. Karena hanya Yang Menciptakan yang bisa mengendalikan perbuatan dari si”anu”.
apakah bisa, kalian mengatur aktifitas “buang air besar” dalam sehari tetap hanya 5 kali selama lamanya dan diberlakukan kepada seluruh manusia?
apakah bisa, kalian memberhentikan aktifitas dan kreatifitas “buang air kecil” yang berlaku pada seluruh manusia?
yang khusus atau tujuan kepadaNya dilakukan sendiri dalam kebersamaan seluruh manusia.
yang umum atau terikat ajaranNya, dilakukan bersama seluruh manusia yang disikapi dengan kesendirian yang memahami dengan bener, jejeg, jujur, bahwa kendali kekuatan hanya terletak pada tangan-kehendakNya.
yang terasa asin akan menjadi tawar [tidak memihak], apabila sudah ada KeputusanNya.
yang tercipta pahit akan menjadi segar [tidak merusak], apabila sudah ada KetetapanNya.
dan yang berada dibalik tabir-kata ini, dengan segala kerendahan hati, menyampaikan :
yang keras terucapkan sebelumnya, jika ada yang baik maka ambilah manfaat darinya,
dan yang lembut terucapkan sesudahnya, jika hanya melalaikan kewajibanNya maka hindarilah.
AjaranNya yang satu semendjak dahulu, pertahankan kemurniannya, agungkanlah ianya kepada tujuannya yang satu, yaitu hanya KepadaNya, Yang Menciptakan langit bumi. [saba’27][yunus10][albayyinah4]
Mei 23, 2012 at 12:17 pm
Ini Komentar… apa lagi cerita ngaco..!!
SAMA SEKALI TIDAK ADA NYAMBUNGNYA DGN AJARAN DINUL ISLAM..!! FARAAAAAAH..Pisan ieu mah..!!
Mei 23, 2012 at 2:43 pm
coba dodol terangkan apa itu dinul islam…
dan dodol, berbicaralah dengan persaksianNya, dan apabila dodol sudah yaqin, katakanlah, dan bila ternyata dodol hanya berdusta, tunggulah dalam waktu 3 hari dari saat ini, dan pastikan apakah seseorang yang dibalik nama “dodol” masih hidup, atau sudah mati…
gitu aja kok repot…
Mei 23, 2012 at 3:57 pm
Dodol berbicara “dinul islam”?
sudahkah dodol memperhatikan dengan ‘ilmuNya Al bayyinah5?
mengertikah dodol, maksud dan-tujuan kata “ad-diyna hunafa-a”?
sebab yang demikian adalah syarat “diiynul qayyimat”.
binatang-ternak, dijaga dan diperlihara
binatang ternak bukanlah raja-singa.
ternak binatang juga bukan singa raja.
al-bayyinah : yang jelas dihadapan dodol berupa tulisan yang dilembaran kitab yang pokok.
apakah ada satupun yang terangkai kata “da nun ya” kemudian diikuti “sin lam mim” atau yang menurut ocehan mulut dodol “dinul islam”?
dan ternyata memang tidak ada. Karna diyn bukanlah milik para wali, melainkan milikNya.
ini saja sudah salah, bagaimana pemahaman yang lainnya.
maksud dan-tujuan “ad-diyna hunafa-a” : tidak boleh, dilarang keras, merubah susunan “tulisan kata” yang terdapat pada lembaran kitabNya seenak lambungnya, sesuka ocehannya, seselera kehidupan jamannya!!!
diluar sana, berkeliaran binatang buas, yang menganga mulutnya, menanti mangsa yang bodoh untuk dimakan, padahal binatang buas adalah ciptaanNya.Sadarlah!!!
Rasulluloh, Al Hujuraat7 : tata berita AjaranNya yang selalu dijaga dengan tangan berkekuatan kehendakNya.
Mei 23, 2012 at 6:36 pm
tik[1],tuk tak[2], tek tak tek tuk[4]
ketukan diantara dua sujud.
cicak-cicak di dinding, diam-diam merayap
datang seekor nyamuk, hab-lalu ditangkap.
[4]ain[wawasan keilmuan] ra ba = vertikal : Kitab
[7]sin ba ain[pijakan pemikiran] = horisontal : wali
Al-Baqarah29 : 7 langit : wali-kitab = yangmemberi ikatan-langkah[wali] pada jalan-AjaranNya[kitab].
yang memberi ikatan langkah itu yang utama,bukanlah pelaku, melainkan pijakan yang terpancar dari berita AjaranNya yang bersumber pada kitabNya.
tik[1]=gerbang tujuan -> syariat Yang Menciptakan langit Bumi : AlBaqarah44
tuk tak[2]=lonceng tujuan -> suara Kitab [wawasan keilmuan yang sudah dikenal kepemilikannya] AlBaqarah38
tek tak tek tuk[4]=pintu tujuan->suara wali [pijakan pemikiran yang sudah dikenal jalan kepemilikannya] AlBaqarah50
pintu sembilan :
[4]->kepemilikannya, bukan mengatasnamakan kelompok, partai, negara
[5]->jalan kepemilikannya, bukan mengatasnamakan pelaku, batu nisan, plakat agama, pemukanya.
bukankah sudah jelas perbedaannya? Ini disebut alfatihah6 atau shalat ibraHim, mentegakkan pandangan dan pendirian sumber AjaranNya.[dzukhruf28 kalimatan baqiyatan][huwd86 baqiyyatulloh]
shalat muhammad itu al fatihah7 atau kalimatu sabaqat, mentegakkan pandangan dan pendirian jalan AjaranNya.[yunus19][huwd110][thaha129][fushshilat45][asy-syuura14] kalimatu sabaqat ”min rrabbika”, [al-anbiyaa101]sabaqat laHum mminna [ash-shaaffaat171] sabaqat kalimatuna
rabbighfirli :
warhamni [ra ha mim]: [yunus19]->pengabdian dalam Ajaran yang satu
wajburni [ja ba ra]: [huwd110]->wawasan pengabdian dalam kebersamaan ikatan yang satu
warfa’ni [ra fa ain]: *[thaha129]-> bersama meninggikan ikatan Ajaran yang satu
warzuqni : [al-anbiyaa101]->memelihara pandangan dan pendirian jalan persatuan para wali
wahiduni[wau ha da] : [ash-shaaffaat171]->menjaga jalan persatuan para wali
wa’afini [ain fa wau]: *[fushshilat45]-> saling memberi pesan persatuan
wa’fuani [ain fa wau]: *[asy-syuura14]->saling mengingatkan tujuan persatuan
“ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK ‘ALAA MUHAMMAD WA ‘ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BARAKTA ‘ALAA AALI IBRAHIIM, INNAKA HAMIIDUM MAJIID.”
ath-thalaq1
dikarenakan ibadah shalat “5waktu”, saat ini dijadikan ajang perpecahan pengabdian, maka mulai saat ini, detik ini juga, tidak diwajibkan untuk dilaksanakan, sebelum terbentuknya ummat AjaranNya yang satu, hingga terbit matahari dari sebelah barat.
silahkan saja bagi yang tidak berhasrat untuk mematuhinya, bukankah yang Menciptakan Sungguh Melihat dan Mengetahui segala perbuatan terkecil didalam hati makhluk ciptaannya.
Mei 24, 2012 at 12:47 pm
Wudh’u[wau dha ain] : pondasi rumah AjaranNya [Ali Imran96 “wudhi’a”]
[1]mulut
[2]hidung
[3]wajah
[4]tangan
[5]rambut
[6]kuping
[7]kaki
Ar-Rahman7 [wawadha’a al miyzana]: pijakan/tolak-ukur pandangan dan pendirian Ajaran.
[1][2] Alloh dan RasulNya = [3]terletak pada kitab AjaranNya.
[4][6]sami’na{sin mim ain}, [5][7]atho’na{tha wau ain} ->wa[3] An-Nuwr51
gerakan simulasi pengabdian[shalat 5 waktu] Al-Ahqaaf4,5
sebelum wajib dilaksanakan, harus wajib dipahami dasar keilmuannya.
[1] mulut yang mengkumandangkan “kepemilikan jalan Ajaran” dengan seruan kata “adzan”
[2] hidung yang memanjangkan “nafas berita Ajaran” dengan seruan kata “iqamat”
[1][2] dengan pijakan KitabNya[3], bukan dilaksanakan dengan pijakan kitab pemikiran kelompok, kitab peraturan golongan, kitab tata politik partai atau kitab hukum masyarakat negara.
jika tidak memahami hal ini maka :
tangan yang berbuat sudah pasti mendengar seruan selain dari Ajaran KitabNya[4][6]
kaki yang dilangkahkan sudah pasti mengikuti pemikiran selain dari Ajaran waliNya[5][7]
dan wudh’u ini syarat pokok yang menentukan langkah pengabdian selanjutnya, atau tidak mengenal maka tak menyayangi keindahan pondasi AjaranNya.
adzan itu bukan suaranya yang diperkeras, melainkan yang diperbesar adalah seruan ikatanNya. “MESJID” yang harus pertama kali didirikan adalah didasar hati yang tunduk dan patuh dalam mengabdi kepadaNya. Sehingga “iqamat” akan menghasilkan perbuatan yang menuju kepada Yang satu, dengan ikatan ajaranNya yang satu sejak dahulu.
shalat 5 waktu itu hanyalah simulasi pengabdian, yang mempunyai maksud dan tujuan, agar pelaku yang terikat pada jalan AjaranNya, menjadi mudah memahami perbuatan pengabdian dengan memperhatikan tanda-tanda yang terdapat pada gerakannya tersebut.
raport-pengabdian kalian semua itu “KEBAKARAN”, sehingga bukan saja tidak naik-do’anya, melainkan tidak selamat kelak saat menghadapNya. Mengapa pengabdian anda sia-sia? Karena tidak menggunakan prinsip “jadilah yang pertama tunduk dan patuh kepada ikatan ajaranNya”.
Mei 24, 2012 at 9:47 pm
Jenderal 9 Bintang
Kepemimpinan tertinggi yang termaktub dalam berita AjaranNya, sebagai penunjuk arah bertanda langit[wawasan yang luas, berita yang tinggi]. Nun wau qaf atau Unta Betina.
dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Ada nama pelaku, ada berita ajaranNya. Ada “asma Idriysa”, ada “yadrusuwnaHa,tadrusuwna”.[da ra sin].
Unta Betina[naqata] tidak boleh disembelih[ain qaf ra]? Apakah maksudnya?
jika nama “idris” saja yang dijadikan “batu nisan”, maka pemikiran akan mandul[‘aqiran,’aqirun].
jika asma[jalan yang terikat] Idriysa yang dijadikan “batu lompatan”, maka akan mengetahui fungsi “yadrusuwnaHa”[ajaran yang tersembunyi dibalik asma],hatta ”tadrusuwna”[mengikuti perbuatan asma sesuai wawasan keilmuan yang terikat pada jalan ajaranNya].
batu nisan itu ya tsamuwd, atau perbuatan yang menyukai “plakat nama”, sehingga pengabdiannya menyukai “plakat agama”[kaum ‘aad,’adun], yang memiliki kriteria masing-masing menurut takaran pemikiran terhadap jalan pengabdiannya.[penduduk rass,rrass] Al Furqan38.
Nuwh,IbraHim,Muwsa,’Isa pada asy-syuwra13;
yang diseru bukanlah suara batu-nisan, namun suara Ajaran yang terkait asma Nuwh, IbraHim, Muwsa, ’Isa. Dan “Muhammad” juga jangan disembelih secara “batu nisan”, karena menyebabkan mandul pemikiran, yang berakibat perpecahan Pandangan dan Pendidikan AjaranNya yang satu.
zakkat itu membersihkan pemikiran yang terkontaminasi racun pemikiran jaman kehidupan. Caranya yaa menteggakkan dua kalimatNya, pondasi rumah AjaranNya : KitabNya,jalan para waliNya.
asma Ibrahim itu teladan yang mengajarkan nilai pengorbanan tertinggi dalam pengabdian dijalanNya. Yang disembelih[atau dijadikan leher pengabdian] bukanlah batu-nisan anaknya, melainkan “binatang ternak” Ajarannya.
jika tidak memahami, maka sama saja dengan ocehan yang mengatasnamakan “batu-nisan”, untuk menguatkan selera “plakat agamanya”, yang perbuatannya seperti membawa “kayu bakar” dalam berpidato mengobral kedustaan atasnama jalanNya, terhadapNya, dariNya.Al-Baqarah131
Mei 25, 2012 at 12:35 pm
Oksigen itu Mahal
dimulai dengan penjelasan kata “kerongkongan”[ha nun ja ra] dan “tenggorokan”[ha lam qaf mim].
pada terjemahan yang beredar luas, terdapat ketidakpahaman maksud dari kata “kerongkongan” dan “tenggorokan”. Sehingga [ha nun ja ra] gafir18,al ahzab10,disamakan persepsi pemikirannya oleh mereka, tentang makna keduanya.
what’s different?
kerongkongan itu jalur untuk perjalanan nafas[sesuatu yang tidak terlihat], tenggorokan itu jalur untuk perjalanan makanan[sesuatu yang terlihat].Al haqqah38,39
how its works?
seperti “sobekan kain” yang bertuliskan suara “dinul islam”, dimakan oleh si dodol sampai melekat ditenggorokannya, karena ia menghirup nafas kepemimpinan dari suatu pemikiran yang berlaku aktif dijaman kehidupannya. Oleh sebab udara kesesatan merajalela beritanya, mengakibatkan banyak jatuh korban keracunan makanan yang terlarang, yang salah satu korbannya yaa si dodol itu.
jadi, janganlah mengikuti suatu suara pemberitaan yang terkait suara tulisan AjaranNya, tanpa memahami kedudukan perkara yang diperkenankan syari’atNya. Didalam tulisan makanan pada kitabNya, terdapat kandungan pandangan dan pendirian AjaranNya, yang beredar seperti udara pemikiran. Sementara makanan tidak boleh sembarang selera penggunaannya.
al waqi’ah81-85, menjelaskan suatu perbuatan yang menganggap remeh tulisan perkataan kitabNya, tanpa menyadari dampak kesesatan yang dapat timbul karenanya. Mereka dengan berselera rendah mengganti “data otentik” yang terdapat pada KitabNya, dengan suara-suara yang melekat pada pemikirannya yang berlaku dijaman kehidupannya, sebagai daya tahan stamina pengabdian level tenggorokannya[al hulquwma]. Dan tanda ini ditulis pada surat al waqi’ah, yang bermakna sesuatu yang pernah terjadi dahulu, akan berulang kembali kejadiannya. Bukankah sungguh hebat tulisan pada kitabNya!!!laa rayba fiyhi!!!no doubt, isnt it!!!
“tenggorokan”[ha lam qaf mim] tertulis hanya satu kata saja pada kitabNya. Apakah maksudnya? Makanan yang berbentuk tulisan sangat banyak, sehingga butuh “filter” yang menyatukan kendali AjaranNya. Ianya adalah nafas AjaranNya, yang sudah hadir sebelumnya, dan yang dihadirkan terkemudian. Dan apakah kekuatan yang menyediakan bahan baku bernafas, bisa dilakukan oleh mereka? Padahal mereka secara sadar memahami, apabila sudah sulit bernafas karena sekarat, mereka membeli oksigen yang dijual dengan harga mahal. Bukankah bahan baku bernafas terhampar persediaannya dimana-mana? Mengapa dianggap remeh suatu kekuatan kasih sayang yang tidak ternilai harganya? Mengapa tidak diperhatikan fungsi kegunaannya dengan sebenar dan sesungguh pengabdian hanya kepadaNya? Mengapa harus sombong?mengapa!!!
Pandangan dan pendirian Ajaran KitabNya, WaliNya. Mengapa sering diulang kata-kata ini? Agar kalian memahami dan melekatkan kesungguhan pada tulisan yang sederhana, dan menyadari kepemilikan langit bumi hanya padaNya.
urutan “wau” pada kata “minuman[syarabun] dan kumis[syawariba]”.
minuman itu perlambang “nafas ajaranNya yang mengalir”, sehingga tidak diperkenankan membuat “trademark” pemikiran terhadapnya, dengan mengambil alih kepemimpinan, dan dilekatkan diatas bibir penyerunya.{potonglah kumis[sya wau-ra ba],peliharalah jenggot[lam ha yaa]}Al-Balad7,8,9
bagaimana membedakannya?
al-insan5 “yasrabuwna” : wau pada ba untuk kondisi dalam menjalankan proses pemikiran yang tidak terlihat[Huma Kafuwran], sehingga output berupa pengetahuan disertakan “data otentik” dari KitabNya, agar “copyright” tulisan tetap berada pada sumber asalNya.
jika tidak memahami “ilmu balik nalar pemikiran”, maka akan bertingkah pola seperti si dodol, yaitu menggunakan kata “dinul islam”, padahal tulisan tidak tertera pada KitabNya. Yang jadi pertanyaannya adalah, mengapa mereka hobi banget sih merubah sesuatu yang tidak diperkenankan oleh aturan AjaranNya? Bisa bedakan e dan a tidak? Tentang berbeda dengan tantang. Kalau tentang AjaranNya, itu mengikuti dengan tunduk dan patuh, dan jikalau tantang AjaranNya itu, yaa seperti kalian semua, yang durhaka, yang suka membuat aturan seenak lambungnya, seselera mulut manis yang busuk dijaman kehidupannya.
Nuwr dan Naar itu nun wau ra,
jika cahaya dari berita AjaranNya[nuwr], wau[ikatan] nya diperlihatkan atau diperkuat keberadaannya.
dan jika sinar petromak dari berita kehidupan[naar], yaa ikatannya tidak usah diperlihatkan, karena awan perubahan selalu dalam genggamanNya. Apa mungkin kalian menjalani kehidupan seperti tahun 1800, sedang kalian hidup di tahun 2012? Yang awet itu berita AjaranNya, bukan berita kehidupan yang berlaku dijamannya.
kalian itu pelaku yang curang!!!
kitabNya menulis kata “unta” untuk misal kendaraan pokok pemikiran, kalian artikan unta yang berlaku dikehidupan margasatwa. Lantas kenapa kalian tidak naik unta saja jika berpergian dikehidupan!!!
dan mengapa kendaraan pokok pemikiran kalian ganti dengan misal pesawat,mobil, motor yang sesuai merek dan labelnya!!! Kalian hanya menyukai keindahan yang tidak bertelapak AjaranNya, dan hanya mengikuti kebiasaan mulut beo yang busuk, yang durhaka, yang sungguh celaka, yang kelak akan mengetahui balasan terberat akibat seluruh perbuatannya!!!
dan oksigen itu sudah mahal harganya saat ini, karena kalian sudah sekarat berjalan pada pengabdian yang “omong kosong”!!!tidak ada paksaan untuk mengikuti AjaranNya, karena selepas kehidupan, ada kehidupan lain yang perlu klarifikasi dan pertanggungjawaban pengabdian masing-masing jiwa dihadapanNya.
Mei 25, 2012 at 6:50 pm
Sabtu
apakah yang dimaksud dengan “sabtu”?
Al Baqarah65: qiradatan khasi-iyna
Al A’raaf166: qiradatan khasi-iyna
Al-Maidah60:Al Qiradat
sin ba ain : sesuatu yang dikenal sebagai jalan pengabdian yang mengikuti “aliran darah kitabNya”.
alsabti : seperti “term and conditions” dari sin ba ain yang asas pemberlakuannya dari ujung rambut hingga ujung kaki manusia.
qiradatan khasi-iyna : sudah pasti yang menolak “as-sabti”.
mengapa disebut dengan “kera yang hina”?
yang hina: sesuatu yang tindakannya menggunakan “hati ternoda”. Sehingga pengabdian yang dilakukan, nyaris sempurna tanpa menggunakan rasa dari hati.
kera: sesuatu yang menolak pakaian, dan lebih menyukai bulu pemikiran yang berekor dijaman kehidupannya[turun-temurun].
diluar sana, diseluruh dunia, memperlakukan KitabNya serta ajaran yang terkandung didalamnya, secara main-main, dengan tipu daya akalnya. Bagaimana mungkin “sesuatu yang menjadi tempat bergantungnya segala sesuatu terkait keselamatan pengabdian dijalanNya” diobral melalui sanggar, intitusi,lembaga kajian, dan segala atribut cara pengajarannya? Sesuatu yang buruk dianggap baik?
apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasannya hal tersebut tidak dapat diberlakukan dengan cara yang demikian? Mengertikah maksud dan tujuan “saqar”?
saqar : ketentuan pendelegasian perjalanan berita ajaranNya.
jika tidak mengandung satu “qaf” dari bil-haqq, maka tidak diperkenankan menjalankan berita AjaranNya. Mengertikah kalian akan hal ini?
bilhaqqi pada Al Baqarah71 ->
AjaranNya tidak boleh dimiliki Negara, kelompok, golongan, partai, karena akan mengakibatkan “cacat” dan “belang”. [ini satu qaf], dan qaf yang satunya lagi yaa wali KitabNya.
terkait “khasi-iyna” [kha sin ain] Al mulk4 “khasi-an” : jika tidak menemukan “cacat dalam pendelegasian berita AjaranNya”, waHuwa hasiyrun atau sudah benar, tidak perlu merasa bersalah dan menyesal. Tanda ini didalam surat Al Mulk, yaitu Kekuasaan Tertinggi milik AjaranNya.
jadi, ajaranNya janganlah diatur oleh kelompok, golongan, partai maupun negara. Sebab yang berhak mengatur adalah AjaranNya. Dan yang sekarang terjadi diseluruh dunia, yaa perbuatan yang mengatur AjaranNya, yang dipaksa, diperkosa, dengan selera hati yang rendah milik kelompok, golongan, partai, Negara. Bisa bedakan e dan a tidak? Jika sudah, yaa jangan menantang ajaranNya dong. Ath-Thuwr34-49
Mei 25, 2012 at 7:16 pm
Al-An’aam50
para waliNya adalah pembawa ajaranNya yang juga manusia biasa. Tidak bisa hidup kekal, melebihi batas waktu yang ditentukanNya. Ciri khasnya adalah mereka semuanya mengikuti “term and conditions” dari as-sabti. Sehingga santun dalam menjalankan perintah pengabdian dijalanNya.
by the way,
bisa bedakan e dan a tidak? Kalau tentangNya yang cukup diketahui, dipahami, dipelajari, dan bukan untuk dimiliki menurut selera kelompok, golongan, partai, dan negara. Jika tidak berhenti, tidak tunduk dan patuh dalam mengikuti syari’at ajaranNya, maka sama saja menantang pemilik AjaranNya dengan menentang aturan yang berlaku dijalanNya.
Juni 12, 2012 at 3:04 am
ooooww
Juni 12, 2012 at 6:30 am
Tiga [tsa lam tsa]
AjaranNya,KitabNya,WaliNya
An-Nisa171 wa-Laa taquwlu tsalatsatun ->
maksudnya apabila diterjemahkan sebagai
agama yahudi, kitab taurat, walinya musa
agama nashrani, kitab injil, walinya isa
agama islam, kitab quran, walinya muhammad
lain dulu lain sekarang, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.
dalam suatu perjalanan kehidupan, terdapat tanam-tanaman diladang pemikiran yang diserupakan masa berlakunya seperti belalang yang terbang yang hidup, yang mati dan berganti namun tetap terbang sesuai waktunya, dan pelaku pemikiran seperti ikan yang hidup, yang mati, yang berganti, namun tetap hidup dengan air.
pintu[ba wau ba], rumah[ba ya ta], qubur[qaf ba ra]
#pintu ajaranNya satu yang dimisalkan dengan nama “Adam”. [al insan/alif nun sin, iblis/alif ba-lam sin], agar semua manusia mengetahui, bahwa yang menurunkan ajaranNya hanyalah Yang satu
##rumah AjaranNya[KitabNya] satu yang dimisalkan dengan nama “IbraHim”. [an-nisaa/nun wau sa, syaythan/sya ya-tha nun], agar semua manusia mengetahui, bahwa pelaksanaan kehidupan AjaranNya dalam Kepemilikan keluarga yang satu.
###kubur AjaranNya[WaliNya] satu yang dimisalkan dengan nama “Muhammad”. [an-nass/nun sin wau, al jinn/ja nun nun], agar semua manusia mengetahui, bahwa tujuan AjaranNya hanyalah satu.
sebagai penjelasan dari “tsalatsatin quruw-in” pada AlBaqarah228, yang dijalankan dengan prinsip Persatuan Persaudaraan AjaranNya yaitu “shalawati al wustha” AlBaqarah238.
Syahadati? Tidak satu jalan petunjuknya, melainkan jalan petunjuknya yang disatukan dengan ajaranNya[laa ilaha, ilaa Allohu], dan tujuan petunjuknya satu sebagai jendela peradaban AjaranNya[muhammadu rrasululoh].
ahaduHum idza kana tsalatsata fi safarin, [falyuw-maruw] -> fa lam ya “wau/alif” alim mim ra “wau Alif”, atau buatlah langkah pemberitaan yang mengatur urusan AjaranNya atau ketua rombongan yang mengatur pemberitaan urusan AjaranNya.
safar[sin fa ra] itu seperti lain dulu lain sekarang, atau perjalanan cipta berita AjaranNya.
cipta itu ada tiga, “kha->dengan ajaranNya”, “fa->dengan kitabNya”, “ba->dengan waliNya”, atau abu-bakar ash-shidiq[10 tahun], umar bin khaththab[10 tahun], utsman bin affan[8 tahun] yang bersatu langkahnya dalam keluarga ajaranNya “Ali bin abi thalib”[2 tahun]. Atau yang tertulis perkataannya pada Al Qashash27.
diam itu ada dua yaitu saat bertahan[shad mim ta]7:193 dan saat melanjutkan[sin kaf ta]7:142 atau terminal pemberangkatan AjaranNya, ada terminal kedatangan[saat menunggu] dan kepergian[saat berangkat]. Bagaimanakah tanda penjelasannya? Al Qalam48, yang menjelaskan proses pena AjaranNya mencapai tahap perhubungan kitabNya tidak menggunakan seruan “perut ikan” atau menyeru dengan hati kepada “nama-nama fiksi KitabNya” seperti IbraHim, Muwsa, ‘Iysa, Muhammad atau tidak menujukan maksud kata “al quran” tertuju untuk nama kitabNya, melainkan untu perbuatan yang terkantung dalam tulisan-ini, yang membacakan perkataan Ajaran kitabNya.[3:79,37:9]->mengusir dampak yang tidak baik dari “nama-nama fiksi kitabNya” pada pemikiran AjaranNya yang hidup pada dinamika kehidupan, yang tegak berdiri sesuai pada jaman berlakunya dan terikat surat keluarga Urusan AjaranNya. [Allohu, Laa ilaha ilaa Huwa Al Hayyu Al Qayyuwmu 3:1,2]
bukankah sudah ada yang menuliskan bahwa “Muhammad itu Kuburan”?
tahukah maksud dari [qaf ba ra] itu?tahukah maksud dari kata “pada saat itu Adam dihidupkan, Adam dimatikan”?pahamkah dengan maksud “syajarati al khuldi”20:120?mengapa Adam tidak boleh mendekati “asy-syajarata”2:35?
AjaranNya tidak boleh melekatkan “nama-nama”, yang terdapat pada tulisan KitabNya untuk slogan utama AjaranNya atau ”istilah-istilah” ucapan dimulut belaka dan meninggalkan tempat yang menyatukannya[lembaran yang bersatu pada kitab ajaranNya].mengapa?dan mengapa?
bukankah sudah jelas akibatnya?perpecahan, pemutarbalikan fakta bernilai akuntabilitas AjaranNya yang menjadikan ianya ternoda, yang yang menjadikan ianya terhina dalam pandangan kehidupan manusia. Mereka Menyepelekan tulisan perkataan AjaranNya[56:81], padahal hanya padanya melekat tujuan pokok setelah kehidupan. Mereka mencoret dinding dengan kata-kata yang semestinya berada pada lembaran yang menjadi pondasi pemikiran manusia dijagad raya. Mereka mencetak sticker, pamflet, undangan, buku-buku, yang menceraiberaikan “kata pokok” dan yang merupakan tanduk kata pemikiran ajaranNya. bahaya!!! Sungguh celaka!!!
tidur itu perbuatannya tidak bisa didinding, dan tidak baik juga perbuatannya apabila dilantai.
“ash-shalawtu khayrun mina na-uwm”? tahukah anda maksud dari kata “nun wau mim”?Laa ta khudzuhu sinatun[wau sin nun] walaa nauwmun[nun wau mim]?apakah kalimat yang mendahuluinya? Allohu, Laa ilaha ilaa Huwa Al Hayyu Al Qayyuwmu. Tahu tidak maksud dan tujuannya? Untuk generasi penerus jaman tulisan AjaranNya, tidak boleh melekatkan cara penulisan yang sama dengan “wujud awal” tulisan perkataan ajaranNya. tidak boleh membuat Kitab dengan tulisan yang sama DENGAN [nun wau mim]!!!
buatlah tikar pemikiran atau lembaran baru yang menjelaskan kandungan tersembunyi dari Ajaran KitabNya. Jalan prinsip yang mengikat pada AjaranNya bersumber dari [nun wau mim] yaitu tulisan perkataan pokok AjaranNya yakni KitabNya->inilah maksud dari “ash-shalawtu khayrun mina na-uwm”. Lantas mengapa hanya menjadi “ocehan subuh” yang tanpa dibekali perbuatan Keilmuan ajaranNya? kasihan kalian semua, sudah sia-sia mengabdi, dan kelak pasti mendapat siksa dariNya, padahal kalian menyangka telah berbuat baik dijalanNya.
posisi kalian seperti perbuatan “muawiyah”.tahukah anda maksudnya?mengapa “Ali ra” berteriak lantang dengan suara “yang pasti, yang sungguh benar, yang membatasi tujuan hasil perbuatan aku[Ali] dan kamu[muawiyah] adalah kematian?mengapa?
mengapa kata “rumah[ba ya ta]” harus diikuti kata “Alloh”?mengapa kata “kubur[qaf ba ra]” tidak ada kata “Alloh” yang mengikutinya? Karena kata “Alloh” berlaku pada saat kalian masih hidup dikehidupan, sebagai kata Pemersatu dijalanNya. Dan jika kalian sudah memasuki proses “Kematian” maka kalian akan menemui pemilik kata “Alloh” Yang sesungguhnya, yang sebenar-benarNya!!!
muawiyah?apakah artinya?berasal dari akar [alif wau ya] yang berarti perbuatan paling benar, pasti benar, sungguh pasti kebenaranNya. Jika di kehidupan seperti kalian itu yaa “muawiyah” yang merasa perbuatannya paling benar, bagaimana dengan sikap wali-KitabNya? Ianya terdapat pada kata “iy[alif wau ya]” yang “hidden wau/tidak sombong menampakan ikatan pada ocehan di mulut manusia belaka” yang diterangkan pada tulisan perkataan yuwnus53.
aku menulis ini, karena aku merasakan beratnya perjuangan kalian, wahai “pihak abuqital dan senior”. Untuk menjadi Pembeda dijalanNya, selalu membutuhkan perjuangan yang tidak mudah!!! Seperti ujar perkataan pada “siliwangi” Lilana saban jaman, sarua jeung waktuna nyukma, ngusumah jeung nitis, laju nitis dipinda sukma.[al-layl4]
dalam menggotong “berita AjaranNya” agar royong, membutuhkan perjalanan waktu, yang berubah namun tetap satu tujuan, yaitu KepadaNya dengan JalanNya.[an-naml9,10,11].
aku dan kalian adalah manusia biasa, yang membedakannya hanyalah aku pertama kali menempuh dengan “tha” kemudian “sin” yang terikat dengan lam mim-> *sin lam mim->jalan AjaranNya yang satu dengan KitabNya yang satu, yang dijalankan dalam ajaran waliNya yang bersatu di rumah dan kubur milikNya, hanya milikNya.[9:56,95:6][65:9,6:59]
dan tidak ada satupun makhluk yang dapat mengelak apabila telah datang kehendakNya. Seperti aku yang ingin menulis perkataan bertajuk “rumah dan kubur” seperti ini semenjak hari sabtu yang lalu. Namun baru bisa menjelaskan apabila telah dibukakan petunjuk pemikiran atas KehendakNya. Atau seperti yang terdapat pada ujar perkataan “meludahi kedua mata Ali”, yang bersuara : Kemudian Ali ra. Berkata “apakah saya harus memerangi mereka sehingga mereka seperti kami ini?” jawab beliau “Laksanakanlah dengan tenang, sehingga engkau masuk didaerah mereka”. Kemudian serulah mereka kepada [*sin lam mim] Al Islam, dan beritahukanlah mereka min haqqi Allohi ta’ala fiyhi.
atau seperti bentuk kejadian pada maksud tulisan ini.
4:59 Alloh[Ajaran KitabNya], dan rasulnya[berita waliNya], ulil amri? Yaa ketua rombongan urusan ajaranNya yang saat ini dibelakang tulisan.
bukankah tulisan ini seperti maksud dari header wasiat anda, wahai pihak abuqital dan senior?
Rasululloh saw[ berita AjaranNya] dan ulil amri.
Allohu Akbaru!!!
teritori[batas perbuatan pemahaman] pada tulisan perkataan kitabNya.
teritori wilayah perjalanan perkataan pada surat
teritori kekuasaan perjalanan perkataan pada ayat
teritori kepemimpinan perjalanan perkataan pada kalimat
orang-orang yang curang, adalah orang-orang yang memperlakukan teritori pada tulisan perkataan kitabNya menjadi “amburadul” atau berantakan. Sementara orang-orang itu membuat struktur organisasi dengan koordinasi bertingkat dengan menggunakan kekuatan pada tulisan perkataan kitabNya. Sungguh celaka tipe orang-orang yang perbuatannya seperti ini. Berjalan dengan kepentingan mereka diatas penderitaan Kalimat AjaranNya. Sungguh pantas jika orang-orang itu mendapat siksa dua kali lipat, sebanding dengan sikap dan perilakunya yang melampaui batas ketentuan AjaranNya, layaknya binatang yang buas, menerkam dan memakan daging setiap tulisan pada perkataan AjaranNya demi kepentingan perut kelompoknya, golongannya, partainya, maupun negaranya. Celakalah orang-orang yang seperti itu[surat83].
tahukah anda maksud dari “83:29”? ianya adalah suatu perbuatan yang menyukai[akal/tertawa] “nama-nama” yang terdapat pada KitabNya. Alif mim nun atau yang dikenal dengan “iman” itu maksudnya pintu yang memiliki kendali AjaranNya, atau tulisan perkataan pada KitabNya. Perbuatan yang melangkahkan pandangan pemikiran dengan menggunakan tulisan perkataan AjaranNya dipanggilnya dengan suara “ya-ayyuHa lladziyna amanu”.
jangan bodoh lagi, nanti tambah sesat lho!!!
sedangkan tulisan perkataan yang berlaku dikehidupan, dilambangkan dengan [kaf fa ra] atau yang dikenal dengan kata “kafir”. Dan perbuatan yang memperlakukan tulisan perkataan itu disimbolkan dengan “zha lam mim” atau yang dikenal dengan istilah “zhalim”.
contoh : kata “ja-a” diartikan hanya sebatas kata “datang”. Padahal ianya bisajadi bersatu dalam pemahaman datang bulan, datangnya petunjuk, datangnya makanan yang lezat. Sehingga ketika datang bulan dimaknakan dengan “munculnya putra sang fajar”, menjadi tidak kaku dan kasar dalam memperlakukan kata.
penjelasan dalam bentuk tulisan perkataan yang lain tersebut dikenal dengan “fasiq” atau [fa sin qaf]. Kalau kata [nun fa qaf] itu bedanya hanya pada “congor/mulut/ocehan”, atau tulisan perkataan AjaranNya diperlakukan secara “suara mulut” atau ngoceh-beo. Munafiq itu dilarang, kenapa masih dilakukan!!!
berakit-rakit kehulu, berenang-renang kemudian
walaupun terasa sakit didahulu, bukankah sudah menang dikemudian…hahahahaha
Juni 12, 2012 at 7:53 am
Kisah Qiradh
saya terangkan pemahaman yang berada pada “diagram perjalanan nun fa qaf”.
Ali Imran92 : menyampaikan pesan AjaranNya dengan menggunakan tulisan perkataan KitabNya, waliNya, tidaklah mencapai proses “al birra[ba ra ra]” apabila penjelasannya tidak mengunakan bahasa yang berlaku secara luas.
apakah “al birra” itu? Seperti majikan yang memerintahkan kepada budaknya, “jangan dekati api, jika tidak paham dengan perbuatan “api”. Budaknya kembali bertanya, apakah maksudnya dengan “api”? kemudian dijawab:”ianya Sesuatu yang perbuatan yang berbahaya, yaitu perbuatan tanpa ikatan yang jelas”. Seperti kamu, wahai budak, yang diikuti adalah perintahku, bukan perintah majikan yang disebrang sana”. Seperti tulisan kitabNya dengan “nuwr”, waunya jelas, saat dijalankan dikemudian menjadi “nar”, waunya tersembunyi. Berhatilah dengan tujuan yang terdapat dan terkandung dalam tulisan “nar” itu. Karena banyak orang yang diluar sana, menulis “nar” dengan bahasa bertuliskan “nuwr” atau menyerupai huruf yang digunakan tulisan perkataan kitabNya. Ini dilarang wahai budakku”.
majikan itu pemilik aturan KitabNya, sedang budaknya adalah aku, pengabdiNya, yang harus jujur menjaga sikap dan perilaku dijalan AjaranNya. by the way “al birra” itu perbuatan yang dilakukan sesuai dengan perintah ajaran KitabNya. Itulah makna kebajikan dalam bersikap dan berprilaku dijalan AjaranNya.
“hatta tunfiquw[nun fa qaf] mimma tuhibbuwna[ha ba ba]”? ekspresi penjelasan dalam penulisan dengan bahasa kehidupan yang dijalani saat ini, seperti bahasa dalam tulisan ini. Sehingga yang namanya manusia, memahami maksud dan tujuan dalam berita ajaranNya.
[nun fa qaf] atau yang dikenal dengan perbuatan kata “infaq”, “al munafiqat”.
nun dijalankan dengan [nun tha fa] atau nuthfah. Apakah nuthfah itu? Ianya al hadiytsi atau tali perkataan KitabNya dan WaliNya, yang menggunakan bahasa ibu AjaranNya. atau orang bodoh diluar sana menyebut dengan nama “al quran” dan “hadits shahih” tanpa mengerti KeilmuanNya.
fa dijalankan dengan [fa tha ra] atau fathir. apakah fathir itu?ianya Ajaran yang melekat pada KitabNya yang dijadikan landasan pemikiran dijalan AjaranNya.[19:20->90,42:5]
qaf dijalankan dengan [qi ra dha] atau qiradh. Apakah qiradh itu? Ianya perbuatan yang mengatur dan menata bentuk pengabdian dijalan AjaranNya yang menggunakan ajaran waliNya terdahulu. Maka pilihlah yang terbaik [2:245][57:11]
ekspresi [nun fa qaf] perjalanannya menyatu pada [qaf ra tha sin] pada 6:7,91 atau seperti perbuatan pada tulisan ini atau seperti maksud dan tujuan perkataan “hatta tunfiquw[nun fa qaf] mimma tuhibbuwna[ha ba ba]”.
sehingga dapat dijelaskan “infaq” itu perbuatan menuangkan suatu pemikiran yang menggunakan KitabNya atau sumber pokok AjaranNya dengan mengikuti aturan yang berlaku dijalanNya. Sedangkan “al munafiqat” adalah tindakan yang menandingi tulisan pokok AjaranNya, walaupun mengira, menyangka telah memberi pengabdian yang terbaik dijalanNya. Contoh nyata seperti KITAB SESAT yaitu KITAB FIQH, KITAB TAFSIR, dan segala keilmuan yang menyalahgunakan “pinjaman pemikiran” sumber pokoknya. Jenis kesalahannya adalah andad.[2:22] untuk tipe Kitab Fiqh,[2:165] untuk tipe kitab tafsir.
dan ditutup dengan pernyataan “Ali ra.”
yang membedakan aku dengan kalian[muawiyah], yang merasa paling benar dijalanNya, adalah saat nafas berakhir dikehidupan”. Kalian akan jelas melihat siapa yang sedang berada dijalanNya, siapa yang sesat dan akan mendapatkan siksaNya yang sungguh tak terhindarkan dan tak termaafkan.
Juni 12, 2012 at 10:54 am
Empat [ra ba ain]
58:3,4,7 “raqabatin”, “fashiyamu syaHrayni,faitha’amu sittiyna miskiynan”, “min [n]najwa tsalatsatin illa huwa rabi’uHum,wa Laa khamsatin illa Huwa sadisuHum”.
dunnia ini, panggung sandiwara, ceritanya mudah berubah.
tulisan perkataan AjaranNya, direpresentasikan dalam “drama kehidupan”, agar mudah dilacak dan dipahami bentuk pemikiran yang terkandung didalam kisahnya.
khaulah[kha wau lam] binti tsalabah[tsa lam ba] dan aus[alif wau sin/lam ya] ibn shamit[shad mim taa].
khaulah? Seperti “maksud pemikiran” atau hadiah berupa makanan atau tulisan yang dapat membantu proses pemikiran.
aus? Seperti “tujuan pemikiran” atau hadiah berupa minuman atau mengawinkan “khaulah” agar mendapat tujuan pemikiran yaitu mengalirkan pemahaman untuk pengetahuan.
zhiHar? perbuatan yang Seperti membelakangi bentuk tulisan pemikiran awal demi tercapainya penjelasan berita ajaranNya.contohnya seperti yang diatas, kata setelah 58:3,4,7 atau tulisan kata “khaulah” dengan barisan huruf yang berbeda atau seperti “pemimpin pengganti” dalam ujar bertanda “siliwangi”.
Suatu saat nanti akan banyak hal yang ditemui, sebagian-sebagian. Sebab terlanjur dilarang oleh Pemimpin Pengganti! Ada yang berani menelusuri terus menerus, tidak mengindahkan larangan, mencari sambil melawan, melawan sambil tertawa. Dialah Budak Angon.
najwa itu hubungan tulisan perkataan dengan pemikiran.
tiga yang mengendalikan “AjaranNya, KitabNya, Walinya”, keempatnya yaa tulisan yang menjelaskan pemikirannya. Lima itu yang menciptakan tulisan pemikiran tersebut, yang menggunakan “sin da sin” yaitu tulisan kitabnya, tulisan walinya. Inilah yang dimaksud “puasa dua bulan” atau mengikat pemikiran dengan dua keterangan tertulis AjaranNya. dan penjelasan tertulis dari hasil pemikiran tersebut perbuatannya seperti memberi makan 60 orang miskin[sin kaf nun]. Atau perbuatan yang sakinah[sin kaf nun], menentramkan pemikiran dalam satu tujuan pemahaman.
mengapa enam menggunakan [sin da sin], sementara 60 menggunakan [sin ta ta]?
[sin ta ta] itu ketentuan AjaranNya yang tertulis atau tempat.
[sin da sin] itu yang menjalankan pemikiran [sin ta ta] atau pelaku Al KaHfi22 -> sunan Kaf lam jaga[ba nya] atau menjalankan AjaranNya dengan menjaga tradisi tulisan “kaf-> ajaran KitabNya”, “lam-> ajaran waliNya”.
shalat[shad lam wau] itu perbuatan yang melangkahkan pemikiran dengan mengikat pada AjaranNya, bukannya dengan mengoceh bak “burung beo”. Kalian itu menyembah “patung kata”, akhirnya terjerumus kepada pemikiran yang sesat dan membahayakan kelak saat mempertanggungjawabkan perbuatan dihadapanNya.
percaya deh, kalian tidak akan bisa memahami ajaran kitabNya disaat ini tanpa perantaraNya.[6:59],
kasihan kalian, menyangka sudah naik “buraq” padahal naik “mayasari bakti, alias tujuannya hanya dalam kota kehidupan manusia belaka.
Juni 12, 2012 at 10:54 am
kata kenangan dariku;
nantikanlah ahad,17 ramadhan 1433H, itulah saatku.
Juni 13, 2012 at 11:41 am
Lieur ah… Teu ngarti…
Juni 14, 2012 at 9:22 am
Maling kondang
di perkampungan terpencil, hiduplah seorang ibu yang sudah tua, yang memiliki anak yang bernama “salam”. Kehidupan yang sulit dan sering dilanda masalah kelaparan, memaksa salam untuk mencari nafkah dengan bekerja pada kapal pedagang. Kesedihan terasa oleh ibunya, tatkala melepas kepergian anaknya berlayar bersama saudagar yang mempekerjakannya.
alhasil, setelah waktu panjang berlalu, kesedihan sang ibu yang menanti kepulangan anaknya, tertebus dengan angin yang membawa kabar akan kedatangan kapal besar yang ingin berlabuh didermaga dekat perkampungan itu. Namun apa yang terjadi berikutnya…durhaka…dikutuk menjadi patung yang bersujud.
mengapa? Karena “salam” tidak lagi mengakui “bahasa ibunya” yang melahirkannya dengan “sin lam mim”, dan lebih bangga dan menyambungkan diri dengan “bahasa arab-saudi” dan menggantinya dengan nama panggilan “agama islam”, hanya karena mengikuti keinginan “saudagar/peradaban kehidupan”, yang menghadiahkan “kapal besar/golongan”, karena menyunting “anak wanita/pemuka dunia” dan dinikahi sebagai “istrinya/pendiriannya”.
dan “the real fact” saat ini, dijaman yang sarat karuniaNya, masih banyak manusia yang menyembah “patung-kata” yang bernama “agama islam”. Mereka telah lalai dan lupa diri, terhadap yang menciptakan pandangan dan pendirian pada pengabdian mereka. Mereka memuji para pemuka dan pemimpin yang paling bagus “kicauan beonya”. Padahal yang dipuji, tidaklah layak untuk bersanding dijalan AjaranNya, karena mereka[pemuka dan pemimpin sesat] adalah maling kondang, yang populer karena mencuri pemikiran yang berasal dari pandangan KitabNya, pendirian waliNya.
tulisan ini adalah lembaran ekspresi pemikiran yang dituangkan dalam gelas pemahaman yang terukir dengan keindahan keilmuan ajaranNya, atau yang tersebut dengan kata “daru[da wau ra] as-salami[sin lam mim]” pada al an’am127, sebagai pelaksana perintah pada perkataan kitabNya, pada kata “dari as-salami”, yuwnus25,26.
yasiin adalah jantung “al quran”, atau penyatu dan pemompa darah berita AjaranNya, yang dialirkan keseluruh tubuh AjaranNya. apakah “al quran” itu? Yang membacakan dengan tulisan pemikiran pada perkataan dan perbuatan AjaranNya. mengapa yasiin diistilahkan dengan “jantung al quran”? karena yasiin, yang diumpamakan sebagai “kandidat yang terpilih untuk membawa ajaran kitabNya”. Dan jika “tidak ada” yang membawa keilmuan AjaranNya, maka akan banyak “darah-pemahaman” yang kotor, yang menggumpal, yang menghambat, aliran beritaNya dalam tubuh ajaranNya.[3:25][32:5]
dha ra ra atau yang dikenal dalam aksen ucapan “mudharat”.
kebanyakan orang mengenal ucapan ‘mudharat’. Padahal ianya tidak ada satupun yang tertulis seperti itu pada kitabNya.
[dha ra ra] : tulisan pencerahan yang terpancar dari sinar ajaranNya.
Laa dhirah walaa dhirarah?- > tidak mencerahkan pemikiran dan juga tidak baik untuk dijadikan pedoman pemikiran. Maksud tujuan katanya? Untuk sesuatu perbuatan yang “makruH[ka ra Ha]” yang mengandung nilai pro dan kontra atau yang terbentuk karena kondisi pengetahuan yang berlaku pada jalan kehidupan manusia. Seperti Kitab fiqh, kitab tafsir, ilmu manthiq, ilmu takhrij hadits, ilmu ta’arudh adlila, dlsb dst. Sebagai penjelasan surat22 ayat11,12,13.
“mudharat”? yang baik nilainya “mukhdharratan”. Surat22 ayat63,64
jadi [dha ra ra] itu suatu perbuatan tulisan pencerahan yang nilainya tergantung dari pelakunya. Jika ianya terliputi “kha”, maka hiduplah tulisannya dan dapat bersanding dijalan ajaranNya.
penjelasan tentang terjemahan surat22 ayat13:
maksudnya adalah tulisan mereka lebih diminati dari tulisan yang tercipta berlandaskan sumber manfaat pemikiran dari KitabNya. “the real fact” mereka lebih cenderung pro terhadap tulisan berinisial “ibn katsir, ibn taimiyah” daripada tulisan perkataan berinisial “siliwangi, jayabaya”.
dan siapakah yang mengganti istilah [dha ra ra] menjadi ucapan kental jalan sesatnya, seperti “mudharat”.
Laa dhirah walaa dhirarah? Mereka gunakan perkataan tersebut untuk melarang perbuatan “merokok”. Apakah mereka tidak mengenal huruf “dha”?atau tidakkah mereka memahami maksud kata “al hawdhi”? kendala teratasi dengan putra petir, itulah salah satu maksudnya. Atau telaga pemikiran pada lembaran wali kitab AjaranNya.
kahsyi’uwna pada surat23 ayat2
kalo tidak memahami [kha sya ain] itu artinya perbuatan yang tertib, yaaa akibatnya menjadi kacau-balau berita yang diterima masyarakat ajaranNya.
tulisan perkataan pada ajaranNya, jadikan ianya “ruwh” pada kehidupan, jadi jangan “ngoceh beo” pake bahasa “arab saudi”, jangan terjemahkan perkataan itu untuk perbuatan itu.
contoh kata [sin kaf mim], atau yang dikenal terjemahannya dengan perkataan “orang miskin”.
dan terdapat terjemahan “memberi makan 60 orang miskin”, kemudian diterjemahkan dikehidupan menjadi “membeli beras sekarung, membeli mie-instant satu dus”.
60 itu [qaf] yang dijalankan, seperti tidur maka dijalankan dengan [qaf] menjadi kasur, tikar, bantal, kamar tidur.
jadi maksud dari “memberi makan 60 orang miskin” itu adalah seperti menjelaskan maksud dan tujuan kata [dha ra ra] seperti tersebut diatas. Sehingga bahaya kelaparan pemahaman, dan penyakit kekurangan gizi pemikiran menjadi teratasi dengan adanya “putra petir” atau penjelasan dan pencerahan pemikiran yang terpancar dan bersumber dari kitabNya. Sehingga masyarakat ajaranNya, yang tadinya [sin kaf nun] miskin, menjadi [sin kaf nun] sakinah/ tentram.
kalian benar-benar dalam kondisi yang sama seperti dahulu, gelap gulita melanda pandangan AjaranNya, namun canggih berpandangan secara duniawi. JaHiliyah persis!!![7:36,73:6][36:7,3:67]
Juni 14, 2012 at 10:28 am
Ki-Ain SyaQaw and Cahaya AjaranNya= lieur DIA nya?? DIA euweuh bedana jeng syetan..boga maksud ngabengkokeun jalan nu puguh leumpe’ng..Tungguan we ku DIA nya..
Juni 14, 2012 at 4:09 pm
Air susu dibalas air keringat
aku dan kalian semua, membaca tulisan kitabNya yang sama.
mengapa menjadi sangat berbeda? Aku sendirian melawan kalian yang berjumlah tiada tara.
apakah aku takut? Tentu tidak sayang….
karena aku sangat mengenal Pemilik jiwaku.
aku singkat saja, dan sudah muak dengan segala kebohongan kalian yang mengatasnamakan pengabdian tanpa aturan AjaranNya
aku tanya kalian; apakah makna dari perkataan “bismillah”?
aku tanyakan kalian, apakah makna dari kata “Alloh”?
aku tanyakan kalian, apakah perbedaan maksud dari “birahmani,ar-rahmani, ar-rahmana, ar-rahmanu”?
aku tanyakan pada diri kalian, apakah nama yang menciptakan diri-anda bernama “Alloh”?kapan anda berbincang-bincang dengannya, sehingga tau namanya Alloh?
aku tanyakan pada diri kalian, apakah nama nabi yang menciptakan pengabdian-anda berpapan-nama “agama islam”?kapan anda berbincang-bincang dengan nabinya, sehingga tau papan-namanya agama islam?
aku tanyakan pada diri kalian, apakah nama rasul yang menciptakan kepatuhan-anda bernama “Muhammad”?kapan anda berbincang-bincang dengannya, sehingga tau namanya Muhammad?
apakah nabi dan rasul itu manusia?
dan mengapa “a-rahmani ar-rahiymi” pada al fatihah diulang dua kali?
apakah benar “al fatihah” berjumlah tujuh ayat?
apakah benar, kitabNya sudah dinamakan suratnya, dan disesuaikan urutan ayatnya sejak pertama kali dibuat?
Alloh itu AjaranNya, bismilah itu sumber perkataan ajaranNya, ar-rahmana itu tulisan perkataan pada lembar ajaranNya.[17:110] mau tau yang selanjutnya…
bukankah anda sudah merasa nyaman dengan cara membawa diri dengan berkelompok, bergolongan, berpartai, maupun bernegara?tapi apakah anda sudah yaqin, seyaqin-yaqinnya akan selamat? Sudah pasti tidak, kali ini…..
Juni 15, 2012 at 5:52 am
Tukar guling
36:69 ->
bagaimana jika diucapkan dengan mulut anda, kata “asra” pada 17:1,8:67, apakah akan sama hasilnya apabila dikatakan dengan tulisan yang menggunakan pemikiran?
bagaimana jika menyikapi hanya dengan mendengar perkataan “berperang dijalan Alloh”, apakah akan sama hasilnya apabila perkataannya dengan melihat dan menjelaskan perkataan “wajaHiduw fi sabilillah” dan “waqaatiluw/yuqatil/yuqatilu/yuqatiluwna fi sabilillah”?
dan bagaimana dengan “jahaduw” pada 11:59, dan “jaHaduw” pada 9:16 apabila diucapkan dengan mulut dan didengar oleh pengikut ajaran, tanpa diberikan penjelasan pemikirannya?
mengapa, kebanyakan orang diluar sana lebih menyukai menyanyikan “tawassalna bibismillah”, tanpa memahami maksudnya? Apakah tawassalna itu?dan mengapa bibismilllah? Mengapa dilanjutkan dengan kata Wabil-Hadi rasuwlillah?dan apakah mereka memahami “biaHli al-badri”?
yang dituliskan setelah “wakulli muja-Hidin lillah”?
jiHad yang besar memerangi hawa nafsu?apa itu hawa nafsu? Apa itu jiHad yang besar? Apa itu jiHad? Apa itu yang besar?
anda dilahirkan dengan perantara “kedua-orangtua”?sudah pastikah kejadian itu berlaku?bagaimana jika pelacur, melahirkan anak tanpa ikatan pernikahan?apakah anak itu dilahirkan tanpa terjadi hubungan laki-laki dan perempuan?apakah yang melahirkan laki-laki ataukah perempuan?apakah esensi dari “kedua-orangtua”?
mengapakah yang terhubung kisah “luwth” diserupakan dengan perbuatan menyukai “hubungan sejenis”, laki-laki dengan laki-laki? Sudahkah ada yang menerangkan “tamu-tamu ibraHim kepada anda?apakah sudah ada yang menerangkan apa itu “kedua-orang tua, laki-laki, perempuan, anak” dimata pemikiran ajaranNya?apakah maksud dan tujuan 31:14,15?mengapa surat didahului “alif lam mim”?mengapa urutan surat diangka31?mengapa suratnya dinamakan “luqman”?dan mengapa jumlah ayat 34?apa maksud dengan ayat terakhir dari surat luqman?sudahkah ada yang menerangkan dengan sejelas-jelasnya penerangan?
yang jadi pertanyaanku, kok bisa yaa anda mengabdi kepadaNya, dengan menggantungkan pandangan dan pendirian yang “absurd”, gak jelas maksud dan tujuan cara mengabdinya atau ghayri al maghduwbi?
mengapa tertulis ummatan wahidatan? Dan bukannya “wahidatin” atau “wahidatun”?apakah ummatan itu?dan apakah ummatan wasathan itu?
jika yang memberi nama anda adalah “kedua-orangtua”, apakah benar nama tersebut benar dari pemberian langsung dari “kedua-orangtua anda”?
janganlah suka menukar dan mengganti nama yang diberikan “kedua-orangtua” bermata AjaranNya.
ar-rahmani pada 25:63,43:19,36,45
ar-rahmana pada 17:110,36:11,50:33
ar-rahmanu pada 2:163,19:61,75,88,[96->hajji wadda],25:59,60
bir-rahmani pada 13:30,19:18,43:[33->ummatan wahidatan/satu pemahaman pemikiran dengan wadah kitabNya]
ar-rahmana pada 17:110,36:11,50:33
sebelum tulisan ada pemikiran, dan setelah pemikiran ada pemahaman.dan diantaranya ada keilmuan yang tersembunyi.
aku dahulu dilahirkan dengan istilah “agama islam”, kemudian aku mencari “negara islam”, dan dengan menelusuri jejak “pemimpin islam”. Namun dalam perjalanannya, aku diajari “ketukan cicak”, “suara burung” dan menanam pohon yang baik. Sehingga aku memahami “al islam” itu diletakkan didalam dada ksatria AjaranNya, bukan pada mulutnya.
kemarin aku menemukan perkataan :
ridha Alloh, ridho Islam, ridho Muhammad
dituliskan pada lembaran perkataan milik seorang yang bergelar “al habib al hafizh” yang akan berangkat “hajji” kesaudi arabia.
dan aku hanya bisa memohon kepadaNya, akhirilah kekisruhan ini, sungguh memalukan tingkah orang itu. Mencuri kata “habib” “hafizh” untuk kepentingan popularitas diri pribadinya.
wau harus ada jika “alif lam” dilekatkan pada kata [ha ba ba]. Seperti seseorang yang berkata : inilah tali pengabdianmu yang harus digunakan.
ridho[ra dha ya], seperti legalisir atau ijin resmi publikasi.
Alloh -> AjaranNya, bil-islamu->perangkat pemikiran dijalan AjaranNya,muhammadin->pemersatu tulisan,perkataan,pemikiran,pandangan,pendirian AjaranNya[47:2 “muhammadin”]
dan janganlah menukar maksud dan tujuan kata pada jalan AjaranNya, hanya untuk kepentingan pribadi maupun golongan. Tahukah anda hutang[gha ra mim] Alloh? Itulah kepentingan AjaranNya. jadi kepentingan perbuatan pengabdian hanya satu, untuk kepentingan Ajaran[N]ya.
apakah ianya? [Ha wau da] -> Kitab dan Ajarannya, [nun shad ra] -> jalan wali dan ajarannya. itulah “thariq mmustaqiwm” dan “sabilillah” yang bersatu pada Al Fatihah5,6 [ash-shiratha al mustaqiyma].
aku menghormati “IbraHim, Muwsa, ‘Iysa, Muhammad”, sebatas nama yang berlaku pada lembar perkataan AjaranNya. yang aku ikuti ‘ajaran” yang berada dibalik penamaan itu. Karena aku makan bukan dengan tulisan “kue” diatas kertas, namun dengan kue yang bersatu dalam kehidupan. Namun apa jadinya jika aku tak mengenal kata “kue”, dan wujud “kuenya”?bisa jadi ketika perintah KitabNya mengatakan “perhatikanlah kuemu”, maka yang dilakukan adalah memperhatikan “kue” milik si Pencuri yang memalsukan gelar “al habib al hafizh” itu.80:24 -> makanan[tha ain mim] ->tha’amin wahidin 2:61-> sumber perkataan dijalan AjaranNya satu wadah satu suara satu kendali.
bukanlah pelaku atau tempat,melainkan sesuatu yang teratur terpancar dibalik pelaku dan tempat dijalan AjaranNya.
untuk saudara yang mencaciku, inilah jawabanku, karena tulisan yang sebelumnya, terpahat karena tanda cicak 13 ketukan, yang bagiku, teruskanlah pemberitaan ajaranNya. namun saat ini aku datang untuk yang terakhir kalinya. Dan pesanku, peluklah guling yang kalian kenali sebagai guling, bukan besi yang panas yang serupa guling.
Juni 16, 2012 at 5:05 am
sekatan berita sujud[497832]
bahasa itu seperti leher manusia.[17:13]
#[ain nun qaf] yang diterjemahkan sebagai :
[ain] : perkataan/perbuatan
[nun] : bahasa/waktu
[qaf] : pelaku/tempat
dengan menggunakan kamus Keilmuan dijalanNya[ismuhu al masiyhu ‘Iysa], an-nuwri itu bahasa pokok keilmuanNya[bahasa “adam”], sehingga yang disebutkan pada 24:35 “Allahu Nuwru” : Pokok AjaranNya adalah bahasa persatuan KeilmuanNya, atau ajaranNya adalah bahasa.[n]nuwrun ‘ala nuwrin. Ajaran waliNya diproses menggunakan ajaran kitabNya.
dikarenakan AjaranNya diberlakukan dikehidupan manusia, maka digunakan kata “an-nari” sebagai penghubung dari perbuatan bahasa.baik an-nari maupun an-nuwri, terletak pada wadah pemahaman yang satu yaitu [nun wau ra].43:33[ummatan wahidatan]
tingkatannya dijelaskan pada 49:13 [akramakum”kaf ra mim”] yang berhak mengumandangkan suara AjaranNya atau adzan.[itaqakum”qaf wau yaa”] yang paling dekat dengan Keilmuan AjaranNya.
##contoh pelaksanaannya :
yang paling dekat itu, bukan dengan menuliskan kata “muqadimmah”, melainkan yang menjelaskan [qaf da mim] itu strata kendali penyeru AjaranNya. seperti urutan hadiyts bersandi “aisyah” didahulukan daripada hadiyts bersandi “siliwangi”.
jadi bahasa AjaranNya itu bukanlah bahasa yang melekat pada suatu wilayah negara dikehidupan, melainkan, bahasa yang digunakan pada “perkataan waliNya”.
inilah maksud dari hadiyts yang bertutur “ashobiyah”-> bukan arab saudi, bukanpula indonesia, bukan juga perancis,inggris, bukan sunda, jawa, melainkan “bahasa” yang digunakan pada perkataan waliNya. Yang bagaimana? ‘inda sidrati al muntaHa[53:14], menuliskan jalan pemikirannya dengan menggunakan arahan dari ajaran KitabNya. Yang prosesnya dengan [ba ra qaf], ba-ra nya al masjidil harami[lembaran sujud pada kitabNya], ba-qaf nya al masjidil aqsha[qaf shad wau] atau lembaran sujud pada walinya yang ujung/terkini yang mengikuti perbuatan akhir waliNya terdahulu.
pada tanda ## itu seperti pelaksanaan 14:1 az-zhulumati ila an-nuwri. Atau #, terkait “kalimatan thayyibatan” pada 14:24,25
saya jelaskan tentang cara menggunakan perkataan “ruwh”.
Al Maidah38 [was-sariqu ->sebab],[was-sariqatu->akibat]
jika kalian pindahkan kedalam undang-undang kehidupan maka, sama saja memindahkan “lembaran ajaranNya” ke tempat lain. Ini tidak boleh, atau sangat dilarang.
yang diperbolehkan adalah melekatkan pada perbuatan yang terkait dengan perkataan “ruwh” nya. Jika melarang pencurian, bukan dengan membuat peraturan, melainkan membuat sistem kehidupan yang saling tolong-menolong, tidak berpihak kepada yang memiliki harta berlebih dikehidupan saja. [kisah umar bin khaththab]. Dan Untuk perbuatan ini dan itu, gunakan asas “batas 3 kebohongan IbraHim”, jika sudah diperingatkan tiga kali, maka resiko ditanggung oleh masing-masing pelakunya. Bukankah setelah hidup sudah pasti berlaku yang namanya kematian?
AjaranNya itu keindahan, keharmonisan, kasih sayang, yang berselimut perbuatan saling menghormati, saling menghargai, dengan sekatan berita sujud tentunya.
jika tidak mau ada pencurian terhadap “nilai” yang terkandung dalam maksud dan tujuan AjaranNya, maka sebarkanlah berita AjaranNya ini. Ingatlah!!! Kebanyakan mereka yang diseluruh dunia, bersikap dan berprilaku durhaka kepadaNya, diawali oleh sebab “kelaparan pemahaman” dengan sedikitnya yang memberitakan keilmuan AjaranNya. buatlah mereka tentram pemikirannya [sakinah]. Sebab dengannya akan menjadikan ianya tertatur dan tertib dijalan ajaranNya.
dan aku tutup, dengan mengingatkan, bersegeralah melakukan “istighfar”, atau memberi penjelasan terkait nilai-nilai yang terkandung dalam keilmuan AjaranNya, untuk memutus jalan kesesatan yang sangat banyak sekali berlaku disaat ini. Tentunya harus mengikat dengan perkataan waliNya yang diujung atau terkini. Lakukanlah segera, sebelum datangnya waktu yang tidak ada sedikitpun nilai keraguan tentang peristiwanya. Yaitu HARI PERINGATAN BESAR ALAM RAYA!!![39:4][33:57]
Juni 16, 2012 at 8:41 am
Keilmuan jeruk dan delima
menerangkan kaidah “yaa” dan kaidah “taa” pada ‘ilmu huruf.
dengan landasan keilmuan 7 langit yang kelima :
waLaa yuhithuwna bi-syai-in m[m]in ‘ilmihi il[l]aa bi-maa syaa-a
yaa itu rasa, atau perkataan yang mengawali, yang melandasi
taa itu cipta, atau perbuatan yang mengakhiri, yang memberitakan
daya? Qaf, dan ha
contoh :
jeruk itu yaa, harum, manis, busuk, asem, manis,biji,kulit,serat,pohon itu taa
qaf : yang menciptakan jeruk
ha : yang menanam jeruk
keduanya bersatu dengan perbuatan biji,kulit,harum[ar-rahman12]
hatta, yaa itu seperti mata air yang memancarkan[7:160]->12 itu [shad ra tha] atau kesepakatan tempat[shad] yang memiliki data/berita[ra] yang menjadi satu pembawaan diri[tha]->
shad->jeruk, ra->biji,kulit,harum, manis, tha-> biji jeruk, kulit jeruk,jeruk harum, jeruk manis
shad-ra -> ini yang dimaksud dengan kata “al ‘ashfi[ain shad fa/tiupan atau kulit perkataan]” atau disebut dengan ungkapan/istilah “manna[mim nun nun]”.
shad-tha -> ini yang ditujukan dengan kata “war-rayhanu[ra wau ha/ruwh atau aroma perbuatan]” atau disebut dengan ungkapan/istilah “was-salwa[sin lam wau]”.
manna was-salwa terdapat pada 2:57,7:160,20:80.
dan seluruh proses yang terikat dan terkait “shirath” harus dengan [qaf wau ya] pada3:102 [ataquw Allaha haqqa tuqatihi]
*******
‘ilmu 12 kepemimpinan huruf
1.alif -> kemudi
2.lam -> navigasi
3.mim -> control
4.shad -> kesepakatan tempat
5.syaa -> syarat dan kondisi
6.qaf -> ketentuan yang berlaku
ra itu “shad + syaa + qaf”.
dikarenakan “saqar[sin qaf ra]” atau ketentuan yang berlaku dijalan AjaranNya yang tidak boleh memberitakan secara detail yang lengkap, yang dapat memutuskan “tali interaksi dengan yang hidup”, atau hanya sepihak dari sisi bacaan pengetahuan semata, maka cukup enam saja yah.
kata “saqara” ada pada 74:26,27[saqaru],28 dan pada 54:48
*******
dan dilanjutkan;
jadi tiupan perkataan dan aroma perbuatan harus satu pembawaan-diri.
diterpakan “shirath” pada tsa lam tsa [77:30]
tsa*shad itu kitabNya, ra itu berita, tha itu Ajaran kitabNya
lam**shad itu waliNya, ra itu berita, tha itu ajaran waliNya
tsa***shad itu AjaranNya, ra itu ajaran KitabNya, tha itu ajaran waliNya
* dan ** shirath dengan lanjutan kata “mmustaqiym”, sedangkan *** shirath dengan lanjutan kata “Alloh”.[42:52,53]
hatta * itu dengan alif mim nun[iman], ** itu dengan qaf wau yaa [itaquw], *** itu dengan ha sin nun [ihsan].
dan proses pelaksanaan *[3:19],**[5:3] dengan sin lam mim [al islam] ->***[3:85,61:7]
[sin lam mim] itu suatu perbuatan aktif, yang wajib, yang harus berlaku.
jadi bukan buat nama panggilan!!!no talk action only!!!
seperti yang pasti berlaku pada diri anda, yaitu dilahirkan orang-tua. Dan karenanya menghormatinya dengan tidak memanggil “namanya” melainkan dengan perwakilan kata lainnya seperti memanggil dengan sebutan “ayah”, “ibu”.
dan apabila anda sebagai anak ajaranNya, maka ayah ajaran anda perkataan waliNya, ibu ajaran anda perkataan KitabNya. Tidak perlulah memanggil dengan sebutan “iman”, “taqwa”, “hasan” ataupun “islam”. Cukup katakan dengan : AjaranNya[16], KitabNya[17], WaliNya[18], karena yang terpenting adalah anda memahami maksud dan tujuan anda dijalan AjaranNya.[49:16,17,18]
mengapa diberi tanda angka?
pelaksanaan perjalanan AjaranNya seperti 16 -> an-nahl
pelaksanaan perjalanan KitabNya seperti 17->al isra
pelaksanaan perjalanan waliNya seperti 18 -> al KaHfi
sehingga anda mengerti maksud perkataan “hendaklah kalian membaca 10 dari al KaHfi”, yang maksudnya adalah hendaknya kalian memperhatikan [10->tha]ajaran dari “waliNya”. Yang kapan? Dahulu, sekarang, atau? Bukankah sudah jelas tujuan perkataan yang melandasinya, yaitu ditujukan disuatu waktu yang kemudian, atau saat sekarang, atau saat ini.
siapakah gerangan? Pikir aja sendiri…
#######
tulisan pemahaman yang berkelompok ini disebut delima [ra mim nun], sedangkan aliran pemahamannya dengan menggunakan metode ‘ilmu huruf disebut dengan zaytun[za ya ta].
[6:99,141]
pada ‘ilmu huruf, yaa didampingi [ain lam mim]/’ilmu, sedangkan taa didampingi [ain mim lam]/’amal. Proses pengetahuan secara keilmuan disebut lam yaa lam/layl.
#######
kembali ke “jeruk”.
manusia bisa menanam pohon jeruk, atau melanjutkan penciptaan jeruk. Akan tetapi manusia bukanlah pencipta awal “jeruk”. Sehingga kepemilikan jeruk tetap berada pada pencipta awalnya!!![6:13] mengapa dipakai surat6 ayat 13? Karena 6[qaf], 13[alif mim][ra ain da].
yang seperti qaf itu “tidur”, alif mim itu “mimpi”, ra ‘ain da “bantal,guling,kasur”
ketentuan yang pasti berlaku adalah : anda tidak bisa menciptakan mimpi dalam tidur!!!
namun anda hanya hanya bisa “tawassalna”, atau mempersiapkan perangkat kenyamanan tidur.
atau membaringkan diri pada jalan ajaranNya, dengan beralaskan bantal pemikiran waliNya, dan memeluk guling perkataan KitabNya.
jangan guling yang berupa besi-panas[18:92-100]? Seperti kata “muqadimmah”, “takfiriyah”, “taqlid”, “tawhid”, itu bukan guling perkataan kitabNya. Itu guling perkataan orang “arab saudi”.ashobiyah itu.al fahisyah itu[29:45]!!!cilaka12!!!
wau ha da, tidak ada tertulis pada perkataan kitabNya dengan menggunakan kata “tawhid”. Mengapa? Karena wadahnya tidak usah dibuat lagi, sudah cukup KitabNya saja. Masak mau membuat kitab lagi…ada-ada saja deh…
qaf lam alif da, atau pengikut pintu AjaranNya. taqlid? Siapa sih yang suka iseng banget!!! Ashobiyah banget gitchu lho!!!
takfiriyah? Kaf fa ra itu artinya sesuatu yang tercipta dialam kehidupan, seperti bahasa. Jadi kalo “takfiriyah” itu sama saja perbuatan orang yang iseng yang suka membuat bahasa tandingan, atau mengganti istilah yang terdapat pada perkataan ajaranNya.
inilah salah satu “the real fact” -> fitnati ad-dajjal disaat ini.
dan jagalah keharuman ajaranNya, jika kalian benar dan sungguh mencintai jalan ajaran KitabNya, jalan ajaran para waliNya. [90:8,108:1,83:25]
urusan AjaranNya [al umuwru “alif mim ra”].5:75,4:59
Juni 16, 2012 at 11:32 am
Yang ringan yang lucu
mendengar[perkataan] dan melihat[perbuatan] topeng monyet, jadi ingat perkataan “sarimin pergi ke pasar”…terpaut hati dengan kata “sarmadan”28:71,72
tahukah anda apa itu topeng monyet? Ianya tersebut dengan kata “qiradatan khasi-iyna”[2:65].
mengapa bisa berlaku seperti itu?
topeng monyet itu, seperti perbuatan yang “memberi tutupan pemikiran” pada makhluk perkataan ciptaanNya. Serupa dengan perbuatan orang yang iseng, yang “zhaluwman,jaHuwlan”[33:72,73], yang suka memberi topeng pada perkataan kitabNya dengan bulu-bulu pemikiran yang tumbuh disekililing tubuhnya. Ada yang ekornya pendek, ada yang panjang, tergantung dari “gaya ikut-ikutan” mengikuti tradisi yang berlaku pada kehidupannya. Yang paling parah, yaa kepalanya, yang suka menyuarakan perkataan “arab saudi” yang dianggap dan dikatakan pada pengikutnya yang terhipnotis : akulah “perkataan kitabmu/nabi”, akulah “pengatur bahasamu/rabb”. {terkait al hadiytsi “fitnati ad-dajjala”}.
seperti apakah suara perkataan “arab saudi itu”?
seperti “muqadimmah”, “tawhid”, “takfiriyah”, “tarbiyah”, “taqlid”, “manthiq”, “ukhuwah islamiyah”, dan banyak sekali contohnya. Mereka menganggap bahasa ajaranNya itu bahasa “arab saudi”!!! ini kebodohan yang besar!!!
mereka tidak sadar telah melakukan “al fahisyah”!!!
ianya adalah perbuatan yang menciptakan suatu perkataan yang menjadi tradisi, sehingga berdampak kepada “fa ta nun” atau kesimpang-siuran pemahaman pada perkataan sumbernya yaitu pada KitabNya.[29:45] -> tulisan pemikiran ini yang dimaksud “inna shalawta tanHa ‘ani al fahsya-i wal munkari”. Bukannya dengan “komat-kamit” yang tidak jelas tujuannya.
mengapa aku dan kalian semua berbeda? Karena aku sangat mengenal kata “Alloh”. Aku mengenal aturan mainNya, yaitu untuk tidak mempelajari sesuatu yang terkait jalanNya dengan menggunakan sumber perkataan AjaranNya, ajaran KitabNya, ajaran para waliNya. {terkait al hadiytsi : perbuatan tanpa diawali bismillah”sumber perkataan AjaranNya”, segala sesuatunya sungguh tidak akan melekat dijalanNya atau tertolak lah yaw”}
bedanya kalian dengan monyet apaan sih? Akal pikiran, dan dengan “HATI”.
monyet aja tidak doyang kulit kelapa, mengapa kalian doyan banget sama “perkataan arab-saudi”.
mim wau sa[Muwsa] itu lambang kepemilikan perkataan KitabNya. Siapa yang melanggar aturan “as-sabti” maka akan dikutuk menjadi “topeng-monyet”, bukan abangnya, tapi jadi monyetnya. Abangnya bekerja keras mencari nafkah pemikiran, memutar-otak untuk mengerahkan kemampuan “magis” makhluk perkataan pada kitabNya. Tidak seperti kalian, yang seperti berperilaku layaknya monyet!!! Pencuri, perubah makna AjaranNya, yang suka mengganti perkataan dari tempat-tempatnya. Kalian pikir, kalian tidak akan menemui yang namanya KEMATIAN!!!
‘sarmadan’[sin ra mim da] atau seperti perjalanan tulisan yang panjang ini.28:71,72
mendengar itu terhubung tiupan perkataan,[sin mim ain], maka kalian seharusnya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dijalan AjaranNya.
melihat itu terhubung aroma perbuatan, [ba shad ra], maka kalian seharusnya bisa membedakan mana yang bukan dijalanNya, mana yang berada dijalanNya.
kebanyakan dari kalian itu tertipu dengan si “ustadz”, si “da’i”, si “habib yang mengaku hafizh” dan orang-orang yang suka mencuri kata “hajji”, “hajjah”. Memangnya kalian pikir perkataan Ajaran KitabNya dan WaliNya dibuat secara main-main!!![6:70,91]
kalian yang bukan pelopor perbuatan “al fahisyah”, yang suka ikut-ikutan dalam melakukan pengabdian dijalanNya, tersebut dengan kata “mim ja-wau sin” atau al majuwsa 22:17
aku menulis ini, karena ada perintah yang berbunyi [pilihlah nada-dering sesuka hatimu 888].
kalian ada yang menyukai “cerita fiksi” seperti “harry potter”, “star-trek”, “armagedon” dlsb. Kitab Legendaris AjaranNya [Al Qashash] lebih hebat penyajiannya. Samapai-sampai kebanyakan manusia terbelenggu pandangan dan pendiriannya, sehingga tidak bisa memahami apa itu “iman/KitabNya” dengan sesungguhnya pemahaman.
Isra Mi’raj, oleh si “Maling Kondang” diilustrasikan macam-macam opini, pendapat yang menyesatkan. [Shalat] yang 50[qaf] menjadi 5[sya] itu maknanya adalah keringanan dalam menyampaikan perintah ajaranNya dengan menggunakan bahasa keseharian dengan syarat dan kondisi tertentu. Agar lebih mudah pelaksanaan pemahamannya. Itu intinya!!!
orang yang hidup sudah pasti mati!!!bagaimana mungkin ada pengecualian manusia, yang bisa bertemu dengan orang yang sudah mati ribuan tahun silam!!! Makanya kalian tersesat dengan perbuatan yang oleh kalian dinamakan “yasinan” 40 hari, 100 hari, 1000 hari. Kalau sudah “mati” sudah bukan urusan manusia yang hidup!!!! Sudah tersesat, maka sudah pasti terselimuti ancaman siksaNya.
fasab[b]ih ra[b]bika wastaghfirhu, i[n]nahu kana taw[w]aba [110:3]
tidak cepat dan bersegera menghadapku, maka jangan harap mendapatkan kuasa ampunanNya.[62:3,4]
Juni 16, 2012 at 4:42 pm
Butiran debu
seumpama “kata” dimisalkan sebagai “aku”, maka dilagukan seperti :
[1]aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi,
[2]aku tenggelam dalam lautan luka dalam,
[3]aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang,
[4]aku tanpaMu, butiran debu
sebagai pendahuluan, untuk menjelaskan kata [kha ya ra] dan [sya ra ra] pada “Kalimat” yang bersuara : #watuwmina biqadari khayrihi wa syarrahi, yang kemudian disuarakan secara umum dengan perkataan fenomenal “beriman kepada taqdir baik dan buruk”.
kata “aku” pada [1][2][3] mewakili suara perkataan yang bertanda #, lalu yang [4]? Pada tulisan Ini yang menjelaskan kata “khayrihi”[kha ya ra].
biqadari berbeda dengan “taqdir”.
gelas jatuh itu bisa pecah -> taqdir
minum bisa menggunakan gelas itu->biqadari
gelas itu wajib digunakan -> biqadri
anyway, perkataan-sejarah atau yang sudah berproses dengan roda-waktu dilambangkan dengan [sya ra ra]. Atau yang sering diterjemahkan dengan kata “kejahatan”. Perbuatan ini bisa disebut “fitnati ad-dajjal” jilid2. Kesimpangsiuran makna perkataan yang menetap dan sudah menjadi tradisi tujuan kata “syarra”. Berbahaya sekali!!!
perkataan bertanda#, bersumber dari perkataan-sejarah, bertajuk “jibril”.
watuwmina -> carilah berita ajaranNya
khayrihi -> dalam penulisan yang aktif atau perkataan terkini
wasyarrahi -> yang terikat dengan yang pasif atau perkataan dalam lembaran sejarah ajaranNya.
ini sebagai jawaban [4].
sekilas tentang penggolongan beritanya atau al-ahzab :
33:73 ->almunafiqiyna wal munafiqati, wal musyrikiyna wal musyrikati?
bahasa dan terjemahan yang bergaya “arab saudi”.
al munafiqiyna[pemahaman bahasa] wal munafiqati[tulisannya],
wal musyrikiyna[terjemahan berbahasa lain] wal musyrikati[tulisannya].
wayatuwba Allahu | ‘ala al muwminiyna wal muwminati?seperti menjelaskan kata “biqadari” | terpaut tulisan aslinya.
bagaimana bisa, mereka memahami perkataan KitabNya, jika tetap meneruskan tradisi yang “amburadul’, style arab-saudi?!! Akibatnya adalah, perkataan ajaranNya menjadi barang tak berharga, layaknya Butiran debu.
Al Falaq itu penciptaan langkah pencerahan berita AjaranNya yang berproses secara waktu. Tergantung pelaku dan tempat dan perangkat nara-sumber AjaranNya yang digunakan. Dan yang terpenting adalah KehendakNya. Jangan abaikan hal ini.[4]
kata “an talida al amatu rabbattahu” atau yang mereka terjemahkan sebagai “jika budak melahirkan tuannya”. Padahal ianya adalah jawaban pernyataan surat113 ayat1.
amma ba’du ->penjelasan yang sudah disampaikan keterangannya.
ummat itu rakyat perkataan ajaranNya. dijagalah dengan baik, dengan kesungguhan yang besar.
dan aku tutup dengan pesan :
jangan biarkan kelalaian terhadap pemilik waktu, mengakibatkan kerugian besar pada diri kalian semua.[3:59][35:9]
Juni 18, 2012 at 6:25 am
Tikus
yang beraksi sebagai perusak bersenjata “cangkul” dan “sekop”.
[1]aksi “menggali” dengan cangkul itu kisah di “thaha83-100”
[2]aksi “mengubur” dengan sekop itu kisah di “almaidah27-33”.
untuk mendekatkan pemahaman, langsung ke TKP saja.
perusahaan penerbit, mengeluarkan edisi “Kitab”, yang disebut dengan “Al-Quran dan terjemahannya”. Itu sama saja dengan sekop yang mengubur tujuan-perkataan kitabNya terikat kata “Al quran”, oleh sebab menggali maksud-perkataan KitabNya, yang berbentuk “terjemahannya”.
jadi “terjemahan bahasa” yang memakai bahasa-api dikehidupan itu sebagai kemudi maksud perkataan atau alif atau cangkul. Hatta, banyak kerusakan ditimbulkan dari perbuatan seperti itu pada lembar tulisan kitabNya. Mereka, pelaku yang memasukkan perkataan bukan pada tempatnya, yaitu seperti kata “Alloh”, “Muhammad”, “Al-Quran”, “fardhu”,”tauhid”, dan banyak sekali bukti-nyata kekacauan yang ditimpakan pada maksud perkataan kitabNya.
contoh memasukkan dan mengganti perkataan bukan pada tempatnya.
kata “tauhid” pada 43:28
kata “fardhu” pada 4:103
saya jelaskan tentang kata “daHri/daHru”[da Ha ra] pada 76:1,45:24
76:1 ->
syay-an itu maknanya “definisi”, atau kesepakatan perkataan.
mmadzkuwran[mudzakuwran] itu maknanya “tempat[pelaku] yang mengarahkan pemahaman terkait kata daHri”.
dan oleh mereka kata “daHri” diterjemahkan sebagai “masa”. Apakah benar persangkaan mereka?
daHri itu maknanya adalah “maksud perkataan pada tulisan kitabNya”.
daHru itu maknanya adalah “tujuan perkataan pada tulisan kitabNya”.
atau dalam istilah perkataan rasululloh saw adalah “amma ba’du” yang berarti maksud dan tujuan.
mengapa mereka suka berbuat “melampaui batas” seperti itu? Karena mereka mengikuti tradisi yang berlaku dikehidupan, dan diselimuti dengan “bahasa arab-saudi”, bahasa yang digunakan pada “kitab tafsir” yang berada disisi keilmuan mereka. Mereka pikir dan anggap, KitabNya bisa diperlakukan selayaknya pengetahuan umum-manusia. Janganlah begitu!!![surat102]
ayat itu tanda yang berada pada perbuatan. Maksud ayat 76:1,45:24 yaa seperti yang tersebut sebelumnya.
by the way;
aksi cangkul -> kemudi perkataan atau alif atau yang mendasari atau pemberi maksud suatu perbuatan atau pasif/interaksi tidak langsung atau bentuknya [kha ya ra][sya ra ra], tulisan
aksi sekop -> navigasi/perubah arah perkataan atau lam atau yang melanjutkan atau pemberi tujuan suatu perbuatan atau aktif/interaksi langsung atau [tha ya ba][kha ba tsa], penyeru tulisan.
tahukah anda “lawhin mmahfuwzhi”[85:22] itu?
tulisan AjaranNya disegala jaman yang aktif, nyata terlihat perjalanan beritaNya.
saran dariku :
menyikapi kata [qaf bara] seperti Muhammad, ‘Iysa, Muwsa, IbraHiym, adalah pada perbuatan Ajaran yang terkandung dalam nama-nama tersebut, dan jangan diperlakukan seperti “manusia” yang masih hidup. Sama saja menandingi Kekuatan Kekuasaan Keperkasaan PenciptaNya.
Alloh itu AjaranNya yang hidup atau aktif, atau daHri dan pelakunya diistilahkan dengan “Muhammad” atau daHru, yang bermakna menyatukan suara KitabNya dan para waliNya disegala jaman, dahulu dan yang akan datang kedalam AjaranNya yang satu kepemilikan.
syaHadat itu tulisan persaksian yang mengikuti syarat dan kondisi waktu atau kehendakNya.
an Laa ilaha illa Allah ->gerbang perkataan : yang dapat mengarahkan petunjuknya yaitu Alloh yaitu AjaranNya yang aktif, dan berlaku sesuai masanya atau jamannya.
ana muhammadu rasululloh ->petir perkataan : seruannya adalah berita AjaranNya.
jadi tidak ada manusia didunia ini, yang boleh mengatasnamakan secara langsung, kepemilikan AjaranNya. secara pribadi maupun secara berserikat.
anda tahu syaythanu? Yaa itu seperti terjemahan penerbit Kitab, buku, atau segala bentuk aksi cangkul. Dan aksi sekop melekat pada ‘ulama yang buruk, si”da’i”, si “ustadz”, “si”habib” yang mengaku hafizh”.
[fa ja ra] atau walfajri
kalau memberangkatkan pemikiran, pandangan, pendirian terikat dijalan AjaranNya, janganlah melupakan atau menghilangkan “wau” nya. Nanti dikutuk jadi patung sujud, atau karena perbuatan durhaka kepadaNya dariNya terhadapNya.
saat ini banyak manusia yang mempertontonkan “kelaminnya” yaitu menyuarakan dengan ocehan mulut mereka menggunakan perkataan dari tulisan pada kitabNya atau waliNya. Mereka tersesat, sehingga mereka menerjemahkan kata “shalat” yaa seperti yang berlaku disekitar mereka. Padahal, bukan itu maksud dan tujuannya.[29:25]
dan kebanyakan mereka terjerat dalam jaring laba-laba, pandangan,pendirian yang sudah menjadi tradisi pemikiran dikehidupan sekitar mereka. Atau terkena penyakit pemahaman yang disebabkan “kesombongan ilmu dikehidupan” Albaqarah10,11,12
tidak ada kata “al Quran” dituliskan juga, parah ->Albaqarah23 ->maksudnya pernyataan pada perjalanan perkataan ajaranNya, seperti pada tulisan ini dan itu.[63:7][30:20][75:13]
Juni 18, 2012 at 7:24 am
Tawon dan judge mangga
[1]tawon, [2]lebah, [3]bee, [4]an-nahl.
yang mana kalimat Alloh, yang mana kalimat tradisi rabb?
menyampaikan maksud perkataan ajaranNya, bisa menggunakan bahasa apa saja yang berlaku dikehidupan. Atau yang tersebut pada31:27
menyampaikan tujuan perkataan ajarannya, harus menyatukan maksud dengan tulisan perkataan ajaranNya. atau yang tersebut pada18:109
dan jangan dibalik pelaksanaannya!!!
seperti yang berlaku diluar sana, saat menyampaikan maksud, mengoceh dengan “perkataan beo”, sehingga tujuannya menjadi kepada kepopuleran pelaku, atau tempat yang dituju, semisal serikatnya. Padahal sudah dicontohkan semut, membawa berita sesuai sarangnya. Seperti penyalahgunaan kata “dzikir”. Mereka menyelenggarakan “dzikir akbar”. NGOCEH BEO bareng-bareng. Memuji Alloh atau memuji AjaranNya, harus dengan perbuatan keilmuanNya, bukan dengan ngoceh gak jelas maksud dan tujuannya. Mereka sangka, mereka telah berbakti dijalan AjaranNya, padahal mereka telah melakukan penodaan terbesar pada perkataan AjaranNya.
[1][2][3][4] itu hanyalah tulisan perkataan, baik dan buruknya tergantung pada perbuatannya!!!
seperti perbuatan mereka yang menggunakan istilah “halal dan haram” untuk kepentingan terselubung. Mereka tidak memahami, namun mereka men-judge, bahasa ini baik, bahasa ini buruk dan tidak boleh digunakan.[6:70]
“masjidil harami” -> maksud perkataan kitabNya, “masjidil harama” -> tujuan perkataan KitabNya.[9:19]
anda ingin selamat dari siksaNya?
bagaimana bisa diperoleh dengan menjalankan dalam serikat yang tidak jelas maksud dan tujuan yang dijargonkannya? Mengatasnamakan “Alloh yang satu” namun berpecah belah dalam pelaksanaannya, dan saling membanggakan masing-masing serikatnya. Bagaimana bisa memperoleh hasil yang baik jika tetap bertahan seperti itu?bagaimana bisa?
hawa-nafsu itu maknanya berpecah belah, karena banyaknya keinginan maksud dan tujuan.
dan itulah anda, dan itulah kalian, dan itulah mereka, yang merasa paling benar dijalanNya, namun tidak memperhatikan aturan pokok AjaranNya. [muawiyah stay-on judge jaHiliyati].
Albaqarah186, yaa pada perjalanan ajaranNya dan tulisan ini.
ummatan wasathan itu bukan dahulu, bukan juga sekarang, namun yang bersatu dijalan AjaranNya. Fokus pada maksud dan tujuan AjaranNya.
untuk menghindari kepemilikan berita yang sepihak, maka aku memutuskan untuk mengakhiri perjalanan tulisan ini, yang kemudian akan dilanjutkan oleh pihak yang berkeinginan, bersungguh-sungguh untuk meninggikan Keagungan ajaranNya, KitabNya, WaliNya dalam satu kendali suara maksud dan tujuan yaitu KepadaNya, dariNya, terhadapnya.[52:24][11:48]
Juni 18, 2012 at 10:37 am
Edisi khusus : Bahasa
hubungan sosial paling dasar dari manusia adalah bahasa.
seperti bila seseorang mengatakan “jig geura narindak”, maka yang pasti “definisinya” adalah bahasanya, bukan penyerunya atau daerah asal penyerunya. Aku bukan sunda, bukan jawa, aku yang mencari jalan AjaranNya dengan sandaran “walaw bishayna”, atau “bahasa apapun yang digunakan, jika ianya suara dari waliNya, maka pelajarilah”.
untuk hal inilah, maka tulisan perkataan AjaranNya, dibentengi dengan keilmuan yang membedakan, mana bahasa yang berlaku dijalankehidupan, dan mana bahasa yang berlaku dijalan AjaranNya. hatta, bahasa yang digunakan AjaranNya, adalah bahasa Keilmuan KitabNya. Atau bi’ilmi allahi[11:14], faHal antum mmuslimuwna : maknanya adalah hendaklah setiap perbuatan petunjuk dengan langkah perkataan dijalanNya, tunduk mengikuti dengan arahan yang berlaku pada aturan ajaranNya.
Bedakanlah bahasa “arab-saudi” dengan bahasa keilmuan ajaranNya. Karena saat ini, kebanyakan orang menganggap bahasa “arab-saudi” adalah bahasa ajaranNya. sehingga banyak yang terbelenggu “lehernya”, dan perbuatannya seperti “buih”, yakni mengikuti kata-perkata, tanpa didasari maksud dan tujuan yang sesuai dijalan Ajarannya.
Akibatnya adalah, AjaranNya yang selalu mengajarkan untuk saling tolong menolong, dibalas dengan sikap dan perilaku yang terbatas. Dan bahkan, karena perbedaan opini atau anggapan, maka mereka “sadis” dan “kasar” hingga membunuh, atau menyiksa makhluk ciptaanNya, tanpa rasa bersalah sedikitpun. Seperti contoh nyata dikehidupan, hanya karena si”ghulam ahmad”, maka pengikutnya wajib untuk dicederai, disiksa, dibunuh dengan mengucapkan kata “Allohu Akbar”. Akupun menangis, dan akupun menangis kali ini.
Kalian semua sudah sesat, dan sama-sama sesatnya dengan si”ghulam ahmad”, maka jalan keluarnya, carilah Kebenaran yang paling dekat, bukan dengan berargumen dan jika tidak sesuai maka PERANG!!!. Bahaya perilaku seperti ini saudagar.
kalian terhipnotis atau tersihir dengan yang namanya “terjemahan ala saudi arabia”. Yang didalamnya seperti banyak “dukun” yang “mengguna-guna” pikiran anda. Sadarlah wahai saudagar.
didunia ini, diciptakan sesuatunya berpasang-pasangan, agar kalian bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Mana yang berguna, mana yang tidak berguna. Sehingga kalian bisa mengambil pilihan terbaik dari keduanya.
Ajaran lalat[22:73] ->
yang baik itu yang diciptakan Alloh, atau AjaranNya, yang tanpa kehendakNya tiada satupun manusia bisa membuatnya. Jika lalat berkata “sandi siliwangi” itu bisa digunakan, maka tak ada satupun manusia yang berhak melarangnya.dan apabila lalat berkata “kitab ibn katsir, taimiyah” atau yang beredar bernama “al quran dan terjemahannya”,tidak layak digunakan dan disandingkan dijalanNya, maka semua manusia yang mengaku pengabdiNya, harus tunduk dan patuh mengikuti perintahNya. Itulah makna perbuatan lalat.
dan Perintah “shalat” menteggakkan nilai-nilai ajaranNya, wajib untuk dilaksanakan. Sementara “shalat 5 waktu”, masih belum wajib dilaksanakan, hingga rasacipta keteraturan dijalan AjaranNya terpenuhi. Dan ditegaskan sekali lagi, bahwa, yang dinamakan “ibadah haji” yang dilakukan dinegara saudi arabia, adalah perbuatan SESAT!!!
demikian yang dapat dijelaskan, dan hendaklah tiap-tiap diri, meneliti kembali langkah yang ditempuhnya, sepanjang ianya mengaku sebagai pengabdiNya. Ambilah yang baik, dan buanglah yang buruk.
[4:101], sebagai benteng penguatan diri, diperbolehkan menjalankan “shalat 5 waktu” dengan cara digabung pelaksanaannya. 2 rakaat,Batasi dengan iqamat.[5 waktu disatukan sekaligus tidak masalah]. Jangan berselisih lagi, bukankah saat ini kalian mengabaikan perintah “shalat shubuh” atau “shalat pemberangkatan kapal AjaranNya” dijaman ini. Gunakanlah hati yang berserah diri hanya kepadaNya, dan hanya kepadaNya
Salam keselamatan kebaikan bagi anda semua.
Juni 18, 2012 at 11:36 am
Shalat
agar tidak terjadi kerancuan terhadap pemahaman makna “shalat” maka perlu dijelaskan kedudukan dan strata pelaksanaannya.
[1]shalat Nuwh[2 raka’at] atau memulai pengabdian tunggal dijalanNya yang mengikat pada tali perwalian menurut aturan ajaranNya. sudahkan anda lakukan?dengan siapa anda mengikatnya? Bukankah kalian semua sedang tersesat?
[2]shalat Yuwnus[4raka’at] -> bimbingan ajaran Kitab.[umum]
[3]shalat IbraHim[4raka’at] -> bimbingan ajaran waliNya.[umum]
[4]shalat Muwsa[3raka’at] -> kepemimpinan kitab.[khusus]
[5]shalat ‘Iysa[4raka’at]-> kepemimpinan perwalian.[khusus]
itulah dasar pengetahuan tentang “shalat” perkataan ajaranNya, atau shalat “shad”. Sedangkan yang dikenal “shalat 5 waktu”, itu shalat “syaa” atau shalat perbuatan ajaranNya. mengapa tidak wajib “shalat syaa” saat ini?. Karena belum adanya hubungan perwalian yang jelas dan nyata yang hanya satu dijalanNya. Jadi jika anda saat ini melakukannya, dan tanpa didahului ikatan dalam naungan ajaranNya, maka sama juga tidak berguna, alias sia-sia. Karena ikatan Yang terlihat harus diawal pelaksanaannya,sebelum melakukan ikatan pengabdian ke Yang tak terlihat.
dan untuk kedepannya, gunakan kata “shalat[1]” atau “shalat[2]” untuk mengganti istilah yang berlaku saat ini, karena yang saat ini berlaku dapat menyebabkan “kesimpangsiuran” pemahaman pada ajaranNya. kapan diberlakukannya shalat [1] hingga [5]? Setelah PERISTIWA BESAR ALAM RAYA.
dicukupkan, dan kelak dapat diteruskan, dengan sambung-menyambung pesan AjaranNya dengan tali suara yang satu, dengan aturan yang menyatu dijaln yang satu, JalanNya.
Juni 18, 2012 at 1:18 pm
Belajar membaca
Terkait surat111
di”copy and paste”, dari sebuah tempat digital.
_________________________________
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. naik ke Bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besok pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?” Kaum Quraisy menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah bersabda: “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.” Berkata Abu Lahab: “Celaka engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat ini (S.111:1-5) berkenaan dengan peristiwa yang melukiskan bahwa kecelakaan itu akan terkena kepada orang yang memfitnah dan menghalang-halangi agama Allah.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa istri Abu Lahab menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Nabi saw. Ayat ini (S.111:1-4) turun berkenaan dengan peristiwa itu yang melukiskan bahwa orang yang menghalang-halangi dan menyebarkan permusuhan terhadap Islam akan mendapat siksa Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Isra’il dari Abi Ishaq yang bersumber dari orang Hamdan bernama Yazid bin Zaid. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari ‘Ikrimah.)
_________________________________
rasululloh saw -> berita ajaranNya
nabi saw -> tulisan berita kitabNya
abu lahab -> tradisi pengetahuan disuatu jaman terkait jalan ajaran
istri abu lahab -> tradisi “terjemah” terkait jalan ajaran.
kaum quraisy -> tulisan perkataan pada kitab
bukit shafa -> tajuk pemikiran wali, maksud yang satu
“Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.”-> tujuan yang satu
dan sekarang, kondisikan dengan “keadaan pada jaman ini”, bukankah kalian lebih cenderung membahas pengetahuan terkait ajaran dan dijadikan berupa dongeng, kemudian dilanjutkan dengan dengan buku-buku, pengajaran universitas dll, namun tidak berjalan diatas dasar maksud dan tujuan yang satu, dan tanpa keilmuanNya. Padahal ianya, sama-persis dengan keadaan kalian saat ini.
pagi dan petang?->
pagi -> berteman dengan ajaran kitab
petang -> berteman dengan ajaran wali
musuh? Suatu yang harus dijadikan lawan pemikiran, sehingga dapat ditundukkan pemahamannya.
bukannya diterangkan dengan ilmu, malah ditambahi keterangan yang membikin simpang siur seperti “agama allah”, “permusuhan terhadap islam”. Padahal mereka sendiri yang merintangi dan menghalang-halangi maksud perkataan Ajaran waliNya KitabNya.
sebelum menuduh orang lain sesat, periksalah perbuatan kalian!!! Sudah lurus, apa masih bengkok!!! Hati-hati yaa, nyawa bisa melayang kapan saja. Segeralah berbenah, dan memperbaiki pengabdian.
Juni 18, 2012 at 4:28 pm
Cara membaja perkataan kitabNya
[ain qaf da] : bi-al’uquwdi, al’uqadi, ‘uqdatu,‘uqdatan,’uqdata,’aqqadttumu, ‘aqadat
banyak plesetan diluar sana, yang terkait kata tersebut, yang menjadi “akidah islamiyah”, “akad nikah”, “akad perjanjian pinjaman”, dan sejenisnya. Mereka memang sudah kelewatan batas, dan keplintir otaknya.
al-maidah1 : bi-al’uquwdi
kesepakatan tentang penggembala dan gembala berita AjaranNya. dibatasi pelaksanaannya apabila “kondisi kosong pengawasan langsung” atau tanpa adanya ikatan perwalian, atau tanpa kontrol yang berwenang dijalan AjaranNya.[ghayra muhilli sh[sh]aydi wa antum hurumun]
ditanyakan kepada anda, yang merasa menjadi pemimpin, dan pemuka pada serikat yang mengatasnamakan ajaranNya, mengatasnamakan “asamaAlloh”, Apakah benar dan sungguh ada Pengetahuan dan pembendaharaan KeilmuanNya disisi anda? Mengapa anda masih berani memimpin ajaranNya saat ini? Apakah anda merasa memiliki sertifikat KESELAMATAN siksaNya? Apakah benar dan sungguh anda mengerti dan memahami Pandangan dan Pendirian AjaranNya? Apakah anda sudah siap menanggung segala resiko akibat perbuatan anda?kalian seperti [62:5}, dan tidak memahami {112:3}, dan sebagai penjelasan maksud dan tujuan 91:12[cilaka12].
janganlah begitu!!!dan janganlah begitu!!!
terlalu mempermainkan maksud dan tujuan perkataan Kitab dan wali AjaranNya, adalah perbuatan yang sungguh celaka!!!
[ain qaf da] itu distributor resmi pada ikatan ajaran Kitab dan pembawa ajaranNya.
dan diperlukan “akhlaq”, agen-agen yang dapat menyalurkan pemberitaan yang terikat dijalan AjaranNya.
sehingga mereka, para pemimpin dan pemuka yang bertipe “maling kondang” dapat dibasmi ruang geraknya, karena mereka adalah tikus ganas, yang merusak lembaran maksud dan tujuan berita ajaranNya [113:4,91:14,39:44]
peraturan ini berlaku luas diseluruh jagad raya, bumi milikNya, hanya MilikNya.
dan tidak ada pilihan lain selain daripadanya, jangan bersikap berlebihan, jangan berselisih, karena sudah jelas siapa yang tersesat, dan siapa yang sedang santai menikmati hidangan Pembesar Kerajaan yang penuh Keagungan bersinggasana ajaranNya.
Juni 18, 2012 at 5:18 pm
Berita AjaranNya dalam Roda Waktu
atau surat103 bertanda satu.
jika yang dua mereka menterjemahkan dengan perkataan :
“sesungguhnya manusia berada dalam kerugian”
al-insana[alif nun sin] itu berita ajaranNya yang berproses dikehidupan manusia
lafi[lam wau fa] -> pelaku-pelaku yang pernah hidup dan mengarahkan cipta berita terkait ajaranNya
khusrin[kha sin ra] -> distorsi terhadap nilai fungsinya[kha->sumber kitab]
jadi maksud dan tujuan perkataan 103:2 ->
berita ajaranNya pada kitabNya mengalami distorsi terhadap fungsi pengarahannya akibat pelaku yang bertipe “maling kondang”.
dan maksud perkataan 103:3->
terkecuali naskah atau tulisan sumbernya, yang terjaga dengan berita-berita yang memegang hak kendali penulisan dijalan ajaranNya.
hatta 103:2 -> 111:2
segala sesuatu yang diterbitkan penulisan berita yang mengatasnamakan pengetahuan ajaranNya, yang bergaya tradisi “arab-saudi” ataupun Kitab-kitab andalan mereka, adalah uselles, tidak ada gunanya, tidak layak bersanding dijalan AjaranNya!!!
[ain shad ra] : wal’ashri, almushi’rati, a‘shiru, ya’shiruwna, i’sharun
yang bergerak seperti awan pemahaman, yang berproses secara pengetahuan, yang mempunyai batas tayang[2:266],yang beroda waktu.
dan aku sudah sampaikan Batas Pokok Peringatan dini, sehingga aku bisa tenang mengendalikan beritaNya, digunung halimun. Waspadalah!!![30:43][107:4]
Juni 18, 2012 at 9:11 pm
One more please
begitulah, suara-hati berkata, sehingga tulisan ini[Hadza] dilanjutkan perjalanannya satu kali lagi.
*kamus nine one one
adzab?[ain dza ba]?
ianya seperti tali kekang pemikiran, atau kebiasaan berpikir.
contoh :
minum memakai gelas, makan memakai piring [yang diikuti kata aliym]
budak melayani majikannya[yang diikuti kata ‘azhiym].
sebagai pendahuluan, untuk menjelaskan maksud 9:40
apakah yang berada dibenak anda terkait 9:40?
apakah yang melekat diluar sana yang terpicu karena “dongeng” dari suara terjemahan mereka?
dipersingkat saja :
dua perbuatan, diwakili perkataan “dua orang”.
yang A “tulisan pada KitabNya”, yang B “tulisan yang menjelaskannya”.
didalam gua?proses A->B, yang “dipintu gua” terdapat “sarang laba-laba yang besar” atau sudah ada proses terjemahan dikehidupan.
A dan B itu tulisan yang berbicara. Mengapa so sad? Karena membutuhkan proses pemahaman yang terurai secara waktu.
A dan B itu tulisan yang berbeda rupa. Mengapa? Ditandai dengan perkataan “bijunuwdin llam tarawHa” atau suatu bentuk arahan yang belum berwujud, atau tidak dapat didefinisikan secara kedudukan bahasa yang digunakan.
Alloh? Perjalanan ajaranNya ->18:22-25
wakalimatu Allahu Hiya ‘ulya? ->tujuan akhir AjaranNya, atau yang menjadikan “terjemahan ala arab-saudi, ala kitab tafsir, ala kitab fiqh” sebagai sampah yang tidak berguna. Sekaligus menjelaskan tulisan KitabNya dan tulisan penjelasan yang menyertainya, lebih tinggi kedudukannya dibandingkan tulisan wali yang hadir sebelumnya.
mengapa terkait “abu bakar”? apakah makna dari kata abu bakar?
pemberangkatan perkataan Kitab dilambangkan dengan “Nuwh”[nun wau ha],
pemberangkatan perkataan yang menjelaskannya[shahabat] dilambangkan dengan “bakar”[ba kaf ra].
bukankah sudah saatnya, KitabNya bersuara dengan KendaliNya?sudahkah anda menyaksikannya?
bukankah segala yang dilangit dan dibumi adalah dalam kendaliNya?kalian masih meragukan?jig geura narindak!!!ulah ngaliuk ka tukang!!!cepat berpikir positif, gak usah mikir macem-macem.
Yang pokok adalah KitabNya, yang lebih pokok KitabNya dan Ajaran yang berada dalam kendaliNya.[2:76]->jika kalian meragukan, karena sudah ada terjemahan, atau kata-perkata, maka serupa dengan yang termaksud pada “ayat” tersebut.
baca pada 73:20 “tayassaru”, -> seperti perkataan “disuatu waktu, akan ada “ummat/rakyat perkataan” yang menterjemahkan tanpa perlu penerjemah” -> ready on stock.
dan segala sesuatu sudah ada ukuran waktu, dan ketentuan dariNya.[32:4][34:42][36:38]
Juni 20, 2012 at 10:31 am
Tabiat pada Bangsa KitabNya
[106:2]->what’s ever you go,what’s ever you do,
[106:3,4]->i will be right here waiting for you
you=rakyat jelata pada tulisan kitabNya atau kata-perkata yang memiliki maksud dan tujuan.
maksud itu didasari kehendak,keinginan, sedangkan tujuan itu didasari harapan yang mengikuti kehendak.
mengapa surat9 tanpa dikekang dengan bismillahi ar-rahmani ar-rahiymi?
apa sih taubat[ta waba][ta ba wau] itu? Ianya tradisi yang berjalan, tidak menetap disuatu tempat. Berbeda dengan [gha fa ru], ianya tradisi yang menetap, yaitu tulisan pada kitabNya. Penjelasan tabiat “rakyat jelata” pada kitabNya seperti tersebut diatas.
Quraisy itu rakyat jelata pada KitabNya. [Qaf ra sya] yang memiliki ketentuan data-otentik yang bersyarat dan kondisi yang mutlak, tak bisa digantikan dengan rakyat dari bangsa lainnya.atau 3,11,14 -> keluarga besar urusan AjaranNya, yang [sin ba lam], dengan tauladan IbraHim.
sin-ba -> 37:102 [handeuleum]
IbraHim?Isma’il?menyembelih?
jika anda mengartikan “kejadian” tersebut secara nyata, dan diberlakukan dikehidupan anda maka “hancurlah” pemikiran anda. Karena anda tidak mengikuti kehendak yang sudah menjadi tradisi pemikiran pada tulisan kitabNya. Atau 44:10,11-> cara berpikir anda hanyalah seperti asap yang mengganggu pandangan mata-pemikiran pada gunung perkataan yang kokoh.
IbraHim? Ianya tersebutkan seperti Juklak, petunjuk pelaksanaan pemikiran, yang berserah diri mengikuti kehendak perintah tradisi pemilik ajaranNya yaitu tulisan KitabNya. Apabila telah diberlakukan masa-aktifnya, maka berlakulah ianya.
Isma’il?[alif sin-mim ain-lam]->
Alif sin-mim-> kalimatan baqiyatan -> tulisan pokok kitabNya
Alif ain lam-> kalimatan thayyibatan -> tradisi tulisan pokok kitabNya.[akar-kata]
tidak ada satupun bahasa yang berlaku diseluruh dunia, yang memiliki perkataan berbasis “akar kata”. Ini tabiat yang tetap atau [gha fa ru].
sehingga menyembelih pemikiran[dza ba ha] menggunakan bahasa dengan tabiat yang tetap. Bukankah menyembelih berhubungan dengan leher? Dan bukankah sudah dijelaskan bahwa leher [ain nun qaf] itu bermakna bahasa?
masih ingat perkataan : mengetuk pintu dengan mengatakan “asap”,”asap”[da kha nun].? Ini terkait dengan penjelasan sin-ba dan sin-lam.
what’s ever you go -> kemanapun kalian memberangkatkan pemikiran hendaklah mengikuti kehendak tabiat yang tetap yaitu Keilmuan berbahasa KitabNya.
sin-lam-> 37:103 [hanjuang]
perbuatan pemikiran, terhubung dengan “kening yang berkerut”.[ja ba nun]. 4,1,4 -> seperti akal yang membuka pintu pemikiran berwujud kening yang melekat pada pelaku. Ini tabiat yang berjalan mengikuti perkembangan jaman. Seperti anda yang berada diindonesia, maka kening anda indonesia. Sehingga apapun bahasa yang diproses, maka mengikuti kening anda. Apakah anda menterjemahkan bahasa inggris, berwujud bahasa inggris?tentu tidak. Sehingga pada 37:107 dituliskan dengan “bidzibhin ‘azhiymin” yang bermakna “leher” atau bahasa yang umum[ain zha] yang terikat dengan pelaku[ain mim]. Kata “bidzibhin” -> handeuleum,pohon keilmuan berbahasa kitabNya. Hatta-> hanjuang -> pohon keilmuan berbahasa waliNya.
what’s ever you do -> dimanapun perbuatan yang dilakukan hendaknya mengikuti pohon keilmuan waliNya dengan tabiat yang berjalan yang mengikuti perkembangan jaman.
i will be waiting for you -> kalimatu Alloh Hiya al-‘ulya->rabba hadza albayti ->rumah pengabdian berdinding waliNya yang berpondasi KitabNya beratap ajaranNya yang satu disegala jaman.
nama-nama dibuat untuk diikuti perbuatan yang baik. Apakah kalian mau mengikuti nama abu laHab? Tentu tidak mau bukan.dan pertanyakan pada pemikiran anda, mengapa tidak mau?karena sesuatu yang bernilai “negatif”. Tapi apa bentuknya? Sudahkah anda mencari tau makna yang terkandung dengan nama “abu laHab”?. Ianya seperti tradisi yang berlaku luas dan umum saat ini, MENGOCEH BEO, dan tak mengerti maksud yang diucapkannya. Apakah ada sanksinya? Yaa iyaa LaH. Sudah pasti ada sanksi atas perbuatan seperti tersebut.
3,3,7->kata “muhammad”, ianya seperti tertuju pada kepemilikan nama pelaku ajaranNya. bagai mana dengan kata “Alloh”?adakah satupun manusia yang berhak menyandang kepemilikan nama tersebut?TIDAK, sudah pasti TIDAK ADA.
KitabNya itu milikNya,terjadi atas kehendakNya, dan apabila hendak diberlakukan “tulisan pasif”, menjadi “tulisan aktif”, maka sungguh mudah bagiNya.Kun fayakuwn.[78:23,24,25]
Juni 20, 2012 at 1:48 pm
Cicak
kata mereka disebut “binatang durhaka”, padahal mereka adalah pendurhaka, yang tidak memahami, apa itu [fa-wau sin-ya qaf]. Ianya ketentuan makhluk melata, yang membantu penulisan perjalanan ajaranNya dimasa kini. Seperti ketukan 4[shad],5[sya] berjumlah sembilan[ba], keras dan disisi kanan, memberi tanda ada yang perlu dilanjutkan dan diperjelas pada tulisan sebelumnya. Bashad ra, basya ra.
seperti kata what’s ever you go, what’s ever you do, yang seharusnya tertuliskan whenever you go, whatever you do. Ini aturan bahasa yang berlaku didunia. Mau dituliskan sesuai atau tidak sesuai yaa tidak masalah, yang terpenting adalah maksud dan tujuannya adalah sama. Kemanapun, dimanapun tetap satu maksud dan satu tujuan.
77:8,72:14,15
‘aqiqah[ain qaf qaf]
ada undangan menghadiri ‘aqiqah, karena tetangga memiliki bayi 7 bulan.
tradisi perbuatan yang salah, dari penerapan pemikiran yang salah. Ini namanya [ja Ha-nun mim] jaHanam-> tradisi perbuatan yang salah persepsi. Sedangkan [ja Ha mim] jaHiym ->penerapan pemikiran perkataan yang salah maksud dan tujuannya. Seperti juga tradisi “membenturkan kepala” lima kali sehari, itu juga perbuatan yang salah, dan diada-adakan bentuknya. Merekam pemikiran dan melekatkan pada susunan rangka suatu perbuatan yang seperti “samiri”. Sehingga bentuknya ditambah-tambah, “sujud sahwi”, “bacaan geleng-geleng”, “ushali fardhol bla..bla..bla…”, dan sungguh menyesatkan. Inilah yang dimaksud dalam 77:8,9,10
‘aqiqah? Suatu tradisi yang berpengetahuan dijalan AjaranNya, yang diterapkan dengan menyembelih pemikiran untuk hubungan pengabdian kepadaNya. Head to head marking, atau ada wali AjaranNya yaa ada pengikutnya.
Cicak itu termasuk “kha za nun” makhluk perbendaharaan keilmuanNya, atau yang membentuk lintasan yang dapat digunakan sebagai jalan pemikiranNya. Sehingga pada “al hadits” disebutkan dengan kata khusus yaitu “qaf ta lam”, atau surat47.
aku didik dengan Institusi yang “tak terlihat”, dan dikawal dengan suara cicak yang menemani disetiap kegiatan pemikiran. Namun sebelumnya aku diberi keilmuan “harf”, dan “kepemimpinan 12 harf” atau ilmu angka. Cicak? Jangan dilihat cicaknya, lihatlah penciptaNya, rasakanlah tanamkanlah kepemilikan cipta kehidupan hanya padaNya. Karena dengannya aku mengerti suara burung, yaitu membaca KitabNya. Sehingga dapat menanam pohon pemikiran yang baik.
perkataan tulisan ajaraNNya, hormatilah, jangan perlakukan ianya sewenang-wenang, karena ianya tidak bisa “langsung” menegur anda. Jangan sampai menyesal dikemudian hari, itupun jika bisa melewati hari esok,esok,esok dan esok.[70:7][27:80-88]
Juni 20, 2012 at 4:53 pm
Jarum Coklat
ada yang bertanya, ‘aqiqah kok tujuh bulan?kan di hadits hari 7,14,21?
hari[ya wau mim]?ianya otoritas tertinggi dalam kehidupan. Pada KitabNya disimbolkan dengan perbuatan “hari”. Terbentuk dari kata “ha ya ya”, dan “mim wau ta”, yang jika turun pemikiran dari langit maka bertalikan “ya + wau mim”, dan jika dinaikan dari bumi maka “ya+ta mim”. Yang hidup dan yang mematikan, atau jika si”a” dikuasai AjaranNya, maka yang hidup adalah pemikiran ajaranNya, yang mati adalah pemikiran duniawinya. Dan banyak orang saat ini “takut mati”, atau takut dikuasai oleh pemikiran AjaranNya.
mengapa 7 bulan? Karena esensi dari ‘aqiqah adalah hasan dan husein, atau pelanjut head to head marking pada pertandingan berita AjaranNya dikehidupan. Nabi, Rasul,shahabat,dan keturunannya, atau kakek, bapak, anak, cucu. Maksudnya, berita KitabNya, dilanjutkan berita WaliNya, digabungkan dengan berita AjaranNya, dan diteruskan kepada keturunan yang berlaku dikehidupan selanjutnya. Atau estapeta kepemimpinan pemberitaan dijalan ajaranNya.
mengapa tujuh bulan? Yaa karena ‘aqiqah, pertanda kelahiran bayi ajaranNya. bulan itu 97:3->waliNya.
makanya, jangan asal-asalan menterjemahkan KitabNya, ilah dibilang tuhan, rabb dibilang tuhan, tanpa penjelasan. Nar dibilang neraka. Aneh bagiku, sesat bagimu.
perbuatan dasar taqwa ->waqina ‘adzaban-naar : memelihara dan menjaga pengekangan-bahasa yang menerpa perkataan AjaranNya. yaa seperti din dibilang agama, millah dibilang agama. Yang lebih mengherankan, kok yaa malah dibuat “bacaan geleng-geleng” sambil memanggil si “Amin”. Amin itu menjaga Kepercayaan, yang harus memelihara dengan yaqini. Bukannya dengan ucapan “omong kosong” yang dikomando si da’i, si ustadz.
aku cukup berpegang pada tulisan pokok AjaranNya yaitu KitabNya, tidak perlu tergantung dengan tulisan lainnya, seandainya disebutkan, untuk memuaskan dahaga.
siapa namamu “hazin”, namamu “sahl hazn”. Diberi saran yang baik ditolak, karena tidak memahami maksudnya.35:33,34 “al hazna” yang diterjemahkan kesedihan atau dukacita. [ha za nun] itu sebutan dengan perkataan kitabNya, sehingga disarankan untuk menepikan perkataan itu sesuai tempat berlabuhnya. Jadi gak usahlah pake nama seperti “muhammad suharto”, yang akan membuat sedih KitabNya. Nama yang baik dan khusus itu, jangan diobral.tidak baik, kayak kurang ide saja. Btw orang tersebut sudah asik disana,dibakar!!!
sudahlah, kalian kan merasa paling benar, dan tidak butuh ikatan ajaranNya, jadi yaa tunggu saja, karena kalian lupa, “hari” itu milik siapa. Gerbang ajaranNya, Al fatihah4
4,7,11->Al fatihah6[3:51,35:1]
Juni 20, 2012 at 6:19 pm
Poho
Si “jarum coklat” tidak kebagian tempat disesi sebelumnya. Nama, yaa nama panggilan sesuatu yang berlaku dikehidupan. Bagi yang tidak tau “jarum coklat”, mungkin menyangka dengan “jarum yang berwarna coklat. Bagaimana yang tidak tau dan menjadi tau? Kenali dengan “bahasa” yang identik dengan kata “jarum coklat”. BACALAH apa yang mudah bagimu. Lihat sekeliling anda, apa yang bisa memudahkan anda, internetkah, bertanyakah?
gak asik banget sih bahas jarum coklat? Kata siapa boy!!!
la “Hijrah” setelah fathi makkah -> kalo udah memahami jarum coklat itu apa yaa tidak usah lagi “memindahkan pemikiran ke suatu bentuk pemahaman”.
makkah itu perlambang bahasa ajaran yang sudah berbaur dikehidupan. Jika madinah itu masih “ciri khas” menggunakan bahasa ibu AjaranNya. hatta bolak-balik penggunaan bahasa terkait pemikiran ajaranNya, yaa makkah ke madinah, madinah ke makkah.
dan jika anda artikan sebagai kota sebenarnya, seperti “mesir”[mim shad ra] kota muwsa, yaa hancurlah pemikiran anda.
namanya “iman” itu mengikuti kehendak dan keinginan tulisan perkataan ajaranNya, sesuai aturan yang berlaku. Yang sudah pasti dengan Keilmuan “al ghaybi”. Mengapa harus “hidden sign”? karena jika musuh-musuh perkataan ajaranNya, berbuat sewenang wenang, bisa kelihatan belangnya.
contoh :
kata mubadzir, diterapkan atau dibiasakan atau ditradisikan sebagai wakil perkataan dari perbuatan yang boros. Apakah demikian maksud dan tujuan perkataanNya? SUDAH PASTI TIDAK.
“waLaa tubadzdzir tabdziyran”17:26 ->17:27 Al mubadzdziriyna.
makna sederhananya -> jangan duakan perkataan cintaku
makna dikehidupan -> jangan asal ngoceh dengan menggunakan perkataan KitabNya, dan jangan terlalu menggampangkan perwalian perkataan AjaranNya. nah ini definisi Al Mubadzdziriyna.
bagaimana tidak rusak dan hancur perkataan ajaranNya, jika semua orang merasa boleh mewakili perkataan KitabNya, tanpa dikawal dijalan KehendakNya. Aturan darimana ini. Liberal itu yaa boros.
[ba dza ra] yang dikenal dengan istilah bazar, atau perhelatan pasar dadakan yang memiliki kepentingan khusus. Pasar itu seperti tempat jual beli pemikiran.transfer pemahaman “yang tidak tau”, menjadi “tahu”. Terkait penjual dan pembeli. Yang menyatukan “barang” dagangannya. Apabila barang dalam karung itu milik AjaranNya, maka WAJIB mengikuti ketentuan yang berlaku dijalan AjaranNya.
janganlah terlalu berfoya-foya dengan perbuatan yang tidak jelas maksud dan tujuan perkataan dan perbuatan yang terikat dijalanNya.berbahaya!!!.Al Kafiruwna -> perilaku kehidupan duniawi, sudah dibuatkan suratnya, namun tidak dipahami secara baik maknanya.
mengabdi itu, membawa diri, diistilahkan dengan KitabNya, perilaku dinukum. Sikapnya disebut diyn. Sikap dan perilakunya yang menyatu disebut ad-diyn. Lakum diynukum waliyadiyn, silahkan berprilaku membawa diri dikehidupanmu dan jangan lupakan ikatan sikap pandangan Ajaranmu.
jadi gak usahlah bawa-bawa istilah nama “agama islam”, atau komunikasi dengan gaya bahasa arabsaudi, seperti ‘antum,ikhwan,ukhti”. Biasa ajalah, gak usah over acting.49:16,17,18 karena Yang Menciptakan, lebih mengetahui seberapa besar kecintaan kalian terhadap perkataan AjaranNya, dengan sebenar-benarnya, dengan sesungguh sungguhnya.
tahukah anda Al islam itu?
sin lam-> dengan Arahan Ajaran KitabNya[iman], sin mim->dengan terikat kendali WaliNya[ihsan].
nah wali anda siapakah? Yang tidak paham KitabNya, kalian jadikan wali?yang benar saja…memangnya “surga pemikiran” kitabNya diobral!!! Ada-ada saja kalian semua.
jika sudah berlaku masa aktif ajaranNya, maka mudah bagiNya, Kun FayaKuwn.
anda mau pesta, ulang tahun, merayakan kelahiran bayi dlsb, silahkan, tapi tidak usah mengkaitkan dengan perkataan AjaranNya, malah berbuat Kesalahan FATAL. Yang Menciptakan, Yang Memiliki setiap jiwa yang terikat dijalanNya, SUDAH PASTI mengetahui segala sesuatu dalam diri anda.
anda, kalian, hanya disuruh mengikat dengan satu perbuatan, berkehidupan dengan KitabNya, itu saja. Karena dengannya anda akan selamat, yaa selamat.siang, malam, pagi, petang.[88:24]
Juni 21, 2012 at 8:38 am
P3K[perbuatan perkataan pada Kalimat]
sebagai penjelasan perkataan sebelumnya terkait “muhammad suharto”, -> Btw orang tersebut sudah asik disana,dibakar!!!
maksudnya “sudah asik disana,dibakar” adalah perkataan dilembaran lain yang menuliskan;
dari Jabir ra; *namailah dengan namaku, dan janganlah kamu menggunakan “kunyahku”.
shalat[shad lam wau]?apakah maksud dan tujuan perkataan tersebut?
“anda, kalian, hanya disuruh mengikat dengan satu perbuatan, berkehidupan dengan KitabNya, itu saja.” Nah, berkehidupan dengan kitabNya itu yang dimaksud dan dituju dari [shad lam wau].
*pahamilah dengan wawasan Ajaranku, dan janganlah kamu menggunakan “perkataan pada tulisan pemikiranku”.
“kunyah” itu perkataan pemikiran pada tulisan dilembar ajaranNya.
nama[sin mim wau], itu maknanya Paham,Aliran,Pandangan atau menyatu dalam perkataan “wawasan AjaranNya”.
diberi tanda dengan “Jabir ra”.
ja baa ->pemersatu tabiat perkataan.
ba- ra? Apakah ba ra itu?tradisi berwawasan AjaranNya[ba ra 1], KitabNya[bara2], WaliNya[bara3] dijalanNya.
ra.->radhiyallohu anhu-> aspek legalitas pemberitaan ajaranNya telah terpenuhi secara publikasi dijalan ajaranNya.[anhu->kitabNya, anHuma->waliNya].
“sudah asik disana,dibakar”->semisal ada perkataan waliNya, dan sudah diterjemahkan dengan bahasa yang memudahkan, dan sudah dipahami maksudnya, nah itu ungkapannya.[sebagai mewakili kata coklat]
“muhammad suharto”-> sebagai umpan jaHanam, atau kayubakar. jaHanam itu yaa perbuatan yang salah penerapannya.[sebagai mewakili kata jarum]
coklat itu merah yang berpadu dengan hijau, sedangkan merah itu mewakili suatu perbuatan aliran darah ajaranNya. dan hijau itu mewakili cipta pemikiran yang ditumbuhkan bumi sesuai waktu berlakunya.
mengapa harus dijelaskan dan diuraikan?
terkait pohon “zaqqum”[za qaf qaf]-> suatu perkataan dan perbuatan pada perkataan yang didekatkan “lembaran tulisannya”, yang memiliki nilai propaganda atau perselisihan pada pemikiran di kehidupan duniawi.
contoh :
kata “Muhammad”, pada AjaranNya digunakan sebagai tanda,”ayat”, yang mengendalikan persatuan berita AjaranNya[muhammadu rasululloh]. Namun dalam kenyataan yang berlaku dikehidupan, kata “Muhammad”, dianggap sebagai layaknya manusia dan menjadi “anti-kematian”, padahal yang namanya manusia pasti menemui Kematian.
pada istilah KitabNya, diungkapakan dengan pemikiran ala “nanah dan darah”.
proses awal berpikir dan mencerna makanan berupa tulisan perkataan AjaranNya :
tulisannya itu dimisalkan dengan “luka” yang harus disembuhkan dengan pemikiran. Jika salah menerapkan, atau membentuk lintasan pemahaman dijalan pemikiran, maka seperti 69:36,78:24,25.
#[gha sin lam]->tradisi pemikiran,##[gah sin qaf]->yang mengikuti/melanjutkan tradisi pemikiran
contoh :
#lam sin->pelaku[darah si fulan], lam gha->tulisan pemikiran[misal kitab nanah si fulan]
##qaf sin->kitab nanah si fulan, qaf gha -> para fans-tulisan pemikirannya
kalian harus mengenal “harf” dengan baik, seperti “shad” itu yang memiliki kesepakatan tempat, sedang “gha” itu yang belum memiliki kesepakatan tempat. Atau bahasa sederhananya adalah ijin mendirikan bangunan-pemikiran bersumber perkataan AjaranNya,yang prosesnya turun[shad] dan naik[gha]. Seperti ktifitas kalian mendirikan banguna yang belum jadi, pengurusannya ke tempat yang sudah ada tempatnya[turun], namun rumahnya belum ada,atau belum dibangun tapi sudah ada perencanaan pembangunan[naik].
contoh kata “ghayri”[gha ya ra], “gha da ba”,
ra ya, ra gha ->sumber mata air[ra ya], air yang dipancarkannya[ra-gha]
atau sumber pemahaman, dan pemahamannya,
ba da, ba gha ->tempat menampung air[ba da], peristiwa,pelaku,tempat [ba gha]
sebagai penjelasan maksud dan tujuan 13:13,14,15 ->1:7
intinya adalah suatu perbuatan yang meremehkan “sumber wawasan ajaranNya” atau KitabNya, sebagai satu-satunya Pedoman,Petunjuk atau sumber mata air Pemikiran pada kehidupan, mengakibatkan semua-perbuatannya sia-sia, dan berdampak buruk bagi pelakunya.
pahamilah dengan wawasan Ajaranku, dan janganlah kamu menggunakan “perkataan pada tulisan pemikiranku”.
tulisan itu makanan, pemahaman maksud dan tujuan itu minuman. Yang kalian “kunyah” kata “shalat”, akibatnya kalian tersesat.
shalat itu berkehidupan dengan KitabNya, that’s it “namailah dengan namaku” atau serulah/panggilah/tradisikanlah wawasan kehidupanmu dengan wawasan ajaranKu/KitabNya,WaliNya,AjaranNya yang satu MilikNya dan hanya MilikNya.
mengapa pada perkataan ‘aqiqah harus dicukur rambut bayinya?
mencukur rambut, itu sama dengan mencukur pemikiran yang berlaku dikehidupan, atau menjadi seperti, tradisikanlah wawasan kehidupanmu dengan wawasan ajaranKu -> KitabNya,WaliNya,AjaranNya yang satu MilikNya dan hanya MilikNya.
jadi tidak boleh akal-akalan, asal-asalan dalam menjalankan perintah dan kewajiban dijalan Ajarannya, karena semuanya telah diatur pada tulisan perkataan AjaranNya. dan jangan lagi berselisih, sebab wakil-BeritaNya, sudah berada diantara anda. Yang tidak mau mengikuti langkah seruannya, perintahNya, maka resiko melekat pada pelakunya.
Juni 21, 2012 at 10:57 am
Khushus dan umum
atau Akbar[ajaran yang terikat KitabNya/sujud] dan ‘azhiym[Ajaran yang terikat waliNnya/ru’ku],
Al-Fatihah5 -> umum[na’budu]-> wawasan KitabNya dan khushus[nasta’iynu]->pelaksanaan dengan waliNya.
perbuatan yang berlaku dikehidupan, selalu mengikat pada kata “hari” dan “peristiwa/kejadian” atau yang pada KitabNya disimbolkan dengan [ya wau mim] dan [ain ba da]
mengapa [ain ba da] disimbolkan dengan peristiwa atau kejadian?bukankan ianya yang diterjemahkan dengan pengabdian,mengabdi,ibadah?
da-ba->berprilaku ->panutan tempat
da-ain-> bersikap -> pelaku.
jadi maknanya : hubungan kemanusiaan atau interaksi antara pelaku dan tempat yang bersatu pada peristiwa waktu.
yang khusus adalah waktunya[hari], yang umum adalah tradisi ajaranNya[peristiwa/kejadian dijalan AjaranNya]
seperti yang berlaku dikehidupan, ada yang khusus, ada yang umum. Tulisan perkataan AjaranNya memiliki nilai yang khushus dan nilai yang umum.
1:5 -> melaksanakan perintah pengabdian dengan KitabNya berlaku secara umum atau luas, sedangkan pelaksanaannya menjadi Khushus, karena yang sanggup, yang mampu, yang memiliki keilmuan berwawasan ajaranNya, yang memberi pertolongan pemahaman pengabdian dijalanNya. Hatta perbuatan yang teratur dan tertib berbaris mengikuti tuntunan dan tuntutan ketentuan yang berlaku dijalan AjaranNya disebutkan pada 1:6.
seorang pedagang pakaian, sudah pasti tidak menginginkan “barang dagangannya” diacak-acak, dikotori, diperlakukan sewenang-wenang oleh pembelinya. Begitu halnya dengan pakaian ajaranNya, yaitu maksud dan tujuan perkataan pada kitabNya, waliNya, AjaranNya.
kata “nasta’iynu”[ain wau nun] itu memberi pertolongan dengan keterikatan ketergantungan, seperti hubungan anatara yang memahami “pengetahuan”bahasa AjaranNya[nun wau] dan yang diberi pertolongan pemahaman[nun ain]. Atau petunjuk pelaksanan dan pemberlakuan KalimatNya[p3K]
apa jadinya apabila yang mengajarkan tidak memahami maksud dan tujuan perkataan ajaranNya?
Bahasa ajaranNya ada dua : hadits KitabNya,hadits waliNya.
untuk membedakan unsur yang terkait tata-bahasa dan berlaku dikehidupan. Sekilas terlihat seperti menggunakan bahasa dikehidupan, atau seperti “bahasa arab-saudi”.
bahasa-ajaranNya, dipergunakan untuk komunikasi pengabdian dijalanNya yang bertujuan khusus yaitu berdaya-guna setelah kehidupan
sedangkan “bahasa-arab-saudi”, dipergunakan untuk komunikasi pengabdian jalan manusia, yang bertujuan umum yaitu berdaya-guna di kehidupan.
hadits KitabNya -> prosesnya khusus dipublikasi ke umum atau waliNya
hadits waliNya ->prosesnya umum yang publikasinya mengikuti yang khusus atau kitabNya.
jadi, yang dipermasalahkan bukan memahami “bahasa” sebagai komunikasi kehidupan semata, melainkan sebagai penjelas maksud dan tujuan ajaranNya.
anda, atau kalian yang paham bahasa “arab-saudi”, belum tentu memahami bahasa ajaranNya. karena bahasa AjaranNya, pintunya terbuka jika sudah ada kehendakNya.[3:112,113]-> Pahami proses “sittati ayamin” atau ketentuan khushus pada singgasana ajaranNya[kitabNya].
inti pemahamannya adalah alat cetak pemikiran memang sudah disediakan, berupa tulisan perkataan AjaranNya. namun perbuatan “mencetak-pemikiran” yang sesuai maksud dan tujuan AjaranNya adalah bermakna khushus, harus dengan KehendakNya.
dipersingkat saja;
diobok-obok, airku di obok-obok.
hingga ikanku, semua pada mabok.
yaa seperti tulisan perkataan KitabNya,WaliNya,AjaranNya, diacak-acak dengan pemahaman mereka yang durhaka dan melampaui batas kewajaran sebagai seorang yang mengaku mengabdi dijalanNya.
aku seperti mengacak-acak “blog abuqital”, karena disini terdapat “tragedi obok-obok” terkait nilai AjaranNya.
mengapa disini?
karena disini ada terkait seseorang yang harus diberi imbalan jasa Kehormatan dijalan AjaranNya[6:59], ianya bernama Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo. Yang diberi pengetahuan seadanya, namun dalam melaksanakan perjuangan SUNGGUH MAKSIMAL dimataNYa. Namun sayangnya tidak dilanjutkan dengan hal yang sama, yaitu mengembalikan ianya kepada Rasululloh saw atau Berita AjaranNya di JalanNya.
AjaranNya dihidupkan, dimatikan,dibangkitkan di bumi bernama Indonesia, untuk jaman sekarang ini, disaat ini.[19:33]
dan aku tidak akan melanjutkan pemberitaan ini, sebelum mereka yang termaksud, mengembalikan Kepercayaan kepada AjaranNya, KitabNya, para waliNya.
Juni 22, 2012 at 9:25 am
Pertemuan dua buah laut
18:61-66
tulisan dan suara tulisan
kata “ikan” yang tertulis pada #18:61,63 -> itu yang dimaksud tulisan, sedangankan yang dimaksud suara tulisan adalah representasi tulisan # dengan huruf yang berbeda[latin] yaitu “al huwtaHuma, alhuwta”. [7:163 hiytanuHum, 37:142 alhuwtu, 68:48 alhuwti]
contoh dengan menggunakan keterkaitan dengan keberadaan kata i’tibar?[ain bara]
sekaligus meluruskan pemahaman pada kisah{beras dan pasir}, serta “dukun dan dara” dengan sandi “Maulana Malik IbraHim”.
perbuatan yang melekat pada kata “i’tibar” adalah seperti kisah beras dan pasir.
penokohan kisah didekatkan dengan persepsi :
kata “i’tibar” sebagai murid yang kaya raya
[ain bara] sebagai perempuan tua
pengajaran pada tulisan ini sebagai “maulana malik IbraHim”.
“Tuan, saya lapar sekali, bisakah saya minta sedikit beras,” ujar perempuan tua itu sambil melirik beras yang bertumpuk di halaman.
kata “lapar” identik dengan perbuatan yang terhubung “makanan”, sedangkan makanan identik dengan tulisan perkataan AjaranNya.
kata “beras” identik dengan bagian dari “makanan”, atau yang pada kisah tersebutkan merujuk pada kata-perkataan seperti “i’tibar”,”muqadimmah”,”tawhid”,”kitab tafsir”, “kitab fiqh”, dan banyak “beras” lainnya yang bertumpuk dihalaman berbahasa “arab-saudi”.
“Mana beras? Saya tidak punya beras, karung-karung itu bukan beras, tapi pasir,” ujar orang kaya itu,
statement tentang kata i’tibar itu bukan beras, melainkan pasir.
*******
“Celaka tuan, celaka! Saya tadi mengecek beras, ternyata beras kita sudah berubah jadi pasir. Saya periksa karung lain, isinya pasir juga. Ternyata tuan, semua beras yang ada di sini telah menjadi pasir!” Pembantu itu dengan suara bergetar melaporkan.
*******
statement tentang kata berbahasa “saudi-arabia” itu bukan beras, melainkan pasir.
dijelaskan dengan [ain bara] dengan 5 bentuk penulisan pada kitabNya, dan terdapat 9 penterapan kata pada 3:13[la’ibratan], 4:43[‘abiri], 12:43[ta’buruwna],111[‘ibratun],16:66[la’ibratan], 23:21[la’ibratan] ,24:44[la’ibratan] ,59:2[faa’tabiruw], 79:26[la’ibratan]
dan tidak ada satupun yang tertulis dengan “pasir”-> kata i’tibar
terhubung dengan maksud perkataan pada 38:7 “almillati al akhirati”, dan terhubung dengan maksud perkataan pada 18:71 “rakibaa fi as-safinayti”. Dan terhubung dengan metoda pengajaran yang disimbolkan dengan kata “Jabir ra.” Atau penguatan hadits dengan hadits.
diobok-obok, airku diobok-obok
tulisan ikanku, semua jadi mabok.
Al-hajj2
kalian itu pada mabok, karena meminum minuman keras yang “berbahasa arab-saudi”. Hanya itu? Tidak, mereka selalu bertindak pemikiran ala “dukun”, membaca tulisan perkataan KitabNya seperti mantra, dan menebak dengan prasangka pemahaman tanpa keilmuanNya. Padahal sudah dijelaskan pada 18:71 dan dijawab pada 18:79 yang maksudnya yaa pembatasan penggunaan tulisan perkataan KitabNya atau al millati al akhirati atau seperti kisah beras dan pasir.
bahasa yang berlaku dikehidupan, sudah pasti mengalami perkembangan perubahan bentuk penulisan, seperti kata “kecap”, dahulu tertulis “ketjap”. Berbeda dengan bahasa ajaranNya, yang harus mengikuti perintah yang berbunyi :
fainnahu khayral hadiytsi kitabulloh yang bermakna kembalikanlah perkataan pada tulisan asli pada KitabNya. Tulisan asli pada kitabNya yang mengalami proses “pohon kurma/ditumbuhi tanda baca” disebut Kitabulloh. Kitabu itu mixed dari tasniymin[83:27] ->kitabi +kitaba
wakulli bid’atin dhalalatun -> setiap prakarsa atau tindakan lanjutan dalam memberikan keterangan terkait jalan AjaranNya, diharuskan, diwajibkan mengikuti tata-tertib cipta-penulisan. Atau harus dengan kendali waliNya.
siapakah wali anda? Yang sedang pada mabok? Sehingga tersesat?sehingga menyesatkan?sehingga lupa pemilik hari? Sehingga lupa dengan yang namanya kematian?
celakalah kalian semua, para pemimpin dan pemuka yang mengatasnamakan asmaAlloh, namun tindakannya melampaui batas, dan DURHAKA yaitu tidak mengakui keberadaan AjaranNya, KitabNya, WaliNya.[5:11][51:1]
[11:5]menyembunyikan dirinya dengan kain? Pengabdian yang Bersembunyi dibalik kata : Tawhid, aqidah islamiyah, ukhuwah islamiyah, kitab fiqh, kitab tafsir, rububiyah, uluhiyah, mulkiyah, AGAMA Islam, dst dlsb
dan celakalah kalian semua. Yang sewenang-wenang membuat tali-perwalian yang mengatasnamakan AjaranNya. INGATLAH!!! ajaranNya tidak membutuhkan kelompok, golongan, partai, maupun Negara, karena pada AjaranNya melekat tujuan setelah kehidupan, yang dibutuhkan manusia agar dapat selamat dari SIKSA yang tak termaafkan dari penciptaNya.
AjaranNya dan pembawa ajaranNya itu satu paket yang tak terpisahkan kehadirannya, dan pemberitaan kewajiban, peringatan dijalanNya sudah dihamparkan. Mengapa menganggap enteng permasalahan[tertawa], dan tidak segera bergegas melaksanakan perintahNya dari permbawa ajaranNya.[53:57-62]
dan celakalah kalian semua, diberi waktu namun tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Juni 22, 2012 at 12:20 pm
Penutup jaman kalajengking
melengkapi tulisan sebelumnya kisah bersandi “Maulana Malik IbraHim”.
[80:19,50:23]
Likulla nabiyyan hawariyyun wahawariyyan “az-zubayru” yang diterjemahkan mereka[arab-saudi] sebagai “setiap Nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah zubair”.
az-zubayru -> [za ba ra] -> ?
kisah sandi “Maulana Malik IbraHim”, sandi “Siliwangi”, sandi Jayabaya yang memiliki keterkaitan.
pada kisah beras dan pasir :
“Tuan, saya lapar sekali, bisakah saya minta sedikit beras,” ujar perempuan tua itu sambil melirik beras yang bertumpuk di halaman.
penjelasannya yang tersebut pada tulisan sebelumnya terkait perkataan sandi jayabaya :
nora ana wong ngresula kurang[tidak ada yang mengeluh kekurangan]
sebab akibat, atau perbuatan perkataan yang saling menjelaskan terkait perkataan sandi siliwangi :
Urang Sunda disarambat; urang Sunda ngahampura[Orang sunda dipanggil-panggil, orang sunda memaafkan.]
nah itulah yang dimaknakan [za ba ra] atau az-zubayru yaitu yang mendekatkan pemahaman perkataan AjaranNya, dengan metoda Jabir ra pada pelaksanaan “peperangan khandaq”.
perang khandaq? Perang asap pemikiran. Mereka yang sesat mempunyai “asep pemikiran”, Berita AjaranNya pun memilikinya. Itulah yang dimaksud Likulla nabiyyan hawariyyun wahawariyyan “az-zubayru”.
87:9,10
ikutilah kehendak perkataan AjaranNya, jangan paksa ianya mengikuti kemauan anda, kehendak kehidupan manusia. Karena akan tersesat dalam memproses pemikiran.
menterjemahkan perkataan ajaranNya, harus diiringi dengan perbuatan yang memiliki kesungguhan yang kuat, bukan hanya akal, namun HATI, yang memberitahukan siapa pemilik diri anda sebenar-benarnya.
bagi yang menolak, silahkan, bagi yang mau mengikuti AjaranNya silahkan. Bukankah sudah jelas AncamanNya?
jika anda masih menyukai perkataan yang busuk[ala arab saudi] maka saja menyukai makanan yang busuk, dan kelak hukumannya yaa tidak jauh dari yang demikian. Bukankah sudah diulang-ulang dalam permisalan pada perkataan AjaranNya.
AjaranNya tidak membutuhkan kelompok,golongan,partai maupun negara!!!57:27
persangkaan perbuatan seperti “solat,puasa,zakat,haji ke arab saudi” hanyalah kebohongan layaknya samiri. Mengapa?
35:34,18:74,80 [faabawahu muwminiyn] -> tulisan perkataan pada AjaranNya, yang tidak bisa dikeluarkan dari tempat-tempatnya, tidak boleh dicoret pada dinding, tidak boleh disuarakan dengan mulut, speaker. Lantas bagaimana mungkin ada perbuatan “membenturkan kepala 5 kali sehari? Ada-ada saja!!! Samiri abis!!!
yang namanya “iman” itu adalah AjaranNya, KitabNya, WaliNya bagaimana mungkin bisa menjadi melekat pada diri anda terlebih dahulu. Jangan ge-R deh. Kalo mengikuti ketiganya maka bisa terliputi dengan yang tersebut “iman”.
masih suka berkilah dengan pemikiran “air mendidih”, bahaya lho!!!
Juni 22, 2012 at 3:26 pm
Budak angon
urang sunda disarambat, urang sunda ngahampura.
satu ikatan bahasa dengan dua perbuatan perkataan.
[sya ra qaf] dan [gha ra ba] ->25:25,26,31:3,4,70:40
tulisan timur perkataan[ajaran kitabNya] dan tulisan barat perkataan[ajaran waliNya], yang seperti muwsa dan haruwna pada sisi timur, dan ‘iysa dan maryama pada sisi barat. Yang keduanya bersatu dalam kata Muhammad yang menerangkan rentang waktu peristiwa, dahulu dan yang datang kemudian.atau Yang seperti dawd[da wau da] dipresentasikan dengan sulayman[sin lam-ya mim-nun]. kedua mata kaki perkataan itu yang disebut dengan [kaf ain ba] atau ka’bah
tulisan yang dahulu dan yang akan datang kemudian diwakilkan dengan kata [kaf ra sin], kursiyyihi38:34, dengan kursiyyuhu2:255
aku sudah muak dengan “omong kosong” yang mengatasnamakan jalanNya.celakalah kalian semua.
anjing dan babi.
dijilat anjing,diusap dengan tanah 7 kali?
anjing? Identik dengan suara gongong. Atau suatu perkataan tanpa maksud dan tujuan. Berbeda dengan anjing-pemburu,anjing penjaga, yang titik tekannya adalah jejak perkataan.
dijilat, terhubung dengan lidah, sedangkan lidah adalah pangkal perkataan. Intinya adalah jangan mengucap BEO, atau mengucapkan dengan ocehan mulut yang menggunakan perkataan sumber tulisannya, seperti banyak dilakukan oleh para MALING KONDANG. Hingga perbuatannya mencampuradukan dengan perkataan bergaya “arab-saudi”. Diusap dengan tanah 7 kali? Mencipta pemahaman dari sumbernya[kitabNya] dilambangkan dengan angka 7. Hatta maksudnya adalah ciptakan pemahaman dengan bahasa yang berlaku sekitarmu.
babi?identik dengan hidung, yang jika dalam makan, maka sisa-makanan menempel dihidung. Atau perbuatan yang memindahkan perkataan dari tempat asalnya. Seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya, yaitu tawhid uluhiyah rubbubiyah mulkiyah, ‘aqidah islamiyah, dst dlsb
mereka tidak memahami apa itu IMAN!!! Dan apa itu TAQWA!!! Sehingga sudah dilarang jangan melanggar perbuatan yang sudah ditakar ketentuan “hak guna pakai’, namun tetap saja diterobos dengan “hawa-nafsu” pemikiran duniawi!!!.
banyak yang ingin disampaikan, sayangnya kal ho na hoo, sudah berakhir, tak akan ada lagi cerita untuk hari esok. Beralihlah dengan perbuatan yang nyata. Ikatan langsung lebih utama kedudukannya.
Ajaran KitabNya itu ‘ilmu[ruwh perkataan], sedang ajaran waliNya itu ‘amal[ruwh perbuatan] sedang AjaranNya harus ditempuh dengan ‘amal shalih. Tau maksudnya? Dengan ikatan waliNya yang aktif, yang hidup, yang dibangkitkan keberadaannya.
Aku sudah menyampaikan kepada kalian semua. Khusus untuk pihak yang diseru menunaikan perintahNya, apabila tetap tidak bergegas, maka aku tutup pintu maaf kepada anda dan pihak yang terkait. Memangnya kalian berjuang untuk apa? Memangnya kalian hidup saat ini karena apa? Aku sudah SAKTI, atau sudah di pintu kemenangan, sehingga segala ucapan yang terlanggar, maka resiko ditanggung anda!!! Jayabaya on-fire.
Juni 25, 2012 at 9:19 pm
Al Falaq
mencari pemahaman[fa] maksud wawasan KitabNya[lam] berdasarkan ketentuan peristiwa[qaf].
peristiwa ->pelaku, tempat dan waktu pelaksanaannya.
diletakkan disurat113 ->alif alif miim : dua pintu pengendalian.
pengendalian pertama -> maksud pemahaman dengan terjemah bahasa, pengendalian kedua ->tujuan pemahaman dengan terjemah pemikiran
birabbi: dengan tulisan aslinya[1]
min syarri : tulisan lanjutannya[3]
maa khalaq : yang mengatasnamakan tulisan aslinya.[2]
contoh penerapannya :
[1]113:2
[2]min syarri maa khalaq
diterjemahkan dengan bahasa mereka : [3]dari kejahatan makhluknya
[sya raa ra] seperti kitab yang beredar luas dimasyarakat secara umum, yang mereka memanggilnya “alquran dan terjemahannya”. Satu tempat dua jenis tulisan, atau [3] mewakili [1].
perbuatan seperti itu, melanggar aturan penyajian penulisan AjaranNya.[as-sabti]7:163
maksud dari kata “sabtiHim” ->[3], kata “yasbituwna” ->[1], atau kalo ada terjemahannya “ikan” datang, jika tidak ada terjemahannya “ikan/pemahaman” tidak datang.
syurra’an[sya ra ain] : yang diterjemahkan dengan permukaan air, satu akar kata dengan yang dikenal istilahnya “syari’at”.[5:48][42:13,21][45:18]
apakah [sya ra ain] itu? Ianya maksud AjaranNya yang melekat pada tulisannya. pada kata “syurra’an” terdapat duplikasi “ra”, atau mengganti maksud dengan tulisan lainnya.
hal ini bisa berakibat fatal!!!mengapa? karena menyebabkan tulisan perkataan AjaranNya menjadi “flat” atau datar atau menyamakan persepsi dengan tulisan umum yang bertradisi kehidupan duniawi. Sehingga menjadi simpang-siur, dan berpecah pemahaman, membuyarkan pendapat pemikiran. Dan kerusakanpun terjadi dan tak terelakkan, akibat perbuatan mereka.
[3] itu yajuwja, sedangkan terjemah pemikiran[3] itu majuwja.[18:94]
sebagai tulisan penutup dariku, sebagai rasa peduliku untuk menjaga kalian yang benar dan sungguh berkeinginan mengabdi kepadaNya, dijalan AjaranNya.
71:7 -> mereka menutup suara perkataan AjaranNya, dengan jari-jari keilmuan bertradisi turun temurun, dengan memakai kain yang bersuara “kitab fiqh”, “kitab tafsir” dst dlsb. Sehingga mereka bertalikan petunjuk selain dari KitabNya.
syari’at itu maksud AjaranNya, Alloh itu tujuan AjaranNya, ‘abdulloh itu keterangan yang menjelaskan maksud dan tujuan AjaranNya[19:30][72:19]
NII,NKRI,Arab Saudi, dan negara lainnya, semua berteriak lantang tentang “ISLAM”, padahal mereka tidak menjalankan ketentuan Islam.
sin lam -> mengabdi dengan kitabNya
sin mim ->mengikuti tradisi pembawa AjaranNya.
dan mereka berpecah belah setelah datangnya “bangkai ikan” yang terapung-apung atau terjemahan perbuatan tangan mereka sendiri.
Juni 25, 2012 at 10:30 pm
An-Nass
setelah proses Al Falaq, berikutnya an-nass atau setelah didapat pemahamannya maka ianya [nun sin wau]-> melekat pada perbuatan.
114:2 -> seperti menyetir pemikiran, atau anda bisa jadi robot terjemahan.
114:3 -> perlakuan yang “over dosis” pada perbuatannya.
saya luruskan pemahaman isra mi’raj :
50 menjadi 5, kenapa berat?
karena lebih ringan menjelaskan dengan bahasa yang dikuasai pembawa AjaranNya, daripada menerangkan dengan segala macam bahasa yang berlaku didunia. Itu maknanya shalat yang 50, menjadi 5.
kalian, anda semua, seperti terjebak dengan pemahaman “ibadah 5 waktu”, itu buatannya kitab fiqh, bukan produk AjaranNya!!! persis samiri 20:85
tha itu tulisan aslinya
sin itu tulisan yang melanjutkannya
mim itu kendali bisa pelaku bisa tempat[lembaran]
surat26,27,28[thariq,sabil,sirath]
pengaruh tulisan, dilambangkan dengan kata “syathan”saat membaca,”jinn” saat berpikir, “iblis” saat menerapkan.
sebenarnya banyak yang ingin dijelaskan, tapi aku khawatir kalian tidak hidup lama lagi. Jadi yaa diberhentikan saja.
Juni 25, 2012 at 11:12 pm
Wuih akhirnya!!!
deteksinya pake jam, 10:30, hehehehe
makanya pake buraq[kendaraan yang bisa dilihat dan dirasakan langsung] atau bahasa lokal dengan perlindungan dan penjagaan cicak.
sudahlah, yang penting mau merubah dari segala bentuk kesesatan yang melanda anda, kalian sebelumnya.
aku pamit sekarang!!!
Juni 26, 2012 at 8:18 am
Yang terdalam
kulepas yang kuinginkan, tak akan kuulangi
maafkan jika kau kusayangi,dan bila kumenanti
—————————
dikawal “jayabaya”
tan pokro anggoning nyandhang[perkataan digunakan yang nyangkut dipemikirannya]
—————————
disterilkan dengan [dz ba ba] lalat atau menerbangkan perkataan berdasarkan pengetahuan yang hinggap pada makanan[tulisan] dan minuman[pemahaman] 22:73
dan perkataan seputar “sayap lalat”.
dan dijelaskan :
dahulu aku memegang dengan sejuta prasangka pada perkataan seputar ajarannya, semisal nabi, rasul,dst. Dan kini kulepaskan dengan pemikiran keilmuanNya.
Nabi itu tulisan asli perkataan ajaranNya, sedangkan rasul itu tulisan perkataan yang mengikutinya seperti tersebut pada “khalaqal-insana min alaqin”. Nah “min alaqin” itu maksudnya pemahaman pada tulisan asli AjaranNya, kemudian dilanjutkan pada lembaran dengan tulisan bahasa lokal. Dan diperkuat dengan [11:3]wayuwti kulli dzy fadhlin fadhlahu
Muwsa[mim wau sin] -> cara membaca perkataan tulisan asli[bani adam]
‘iysa[ain yaa sin] -> cara pemikiran yang melekat pada perkataan[bani israil]
muhammad[hamim da]-> cara menerapkan perkataan dengan tulisan berbahasa lokal atau 9:111 atau tidak ada nabi antara aku dan ‘iysa.
keterikatan penerapan perkataan antara tulisan aslinya dan tulisan yang mengiringinya terdapat pada kata “nabiyyulloh ‘iysa wa shahabakum”.[hadits kaf fa ra]
‘Iysa itu lambang Keilmuan AjaranNya, dan mereka yang “durhaka” seperti pada 4:157 atau yang mereka “bunuh” pemikirannya bukan KeilmuanNya walaupun melakukan persilangan[salib] perbuatan tulisan asli dan terjemahannya.
sedangkan “maryama”[mim ra-ya mim] itu proses peristiwa seputar kelahiran Keilmuan dijalan AjaranNya. dan disebut [alif kha ya] dari Haruwna[Ha ra-wau nun]19:28, atau diabadikan oleh para leluhur dengan istilah “berbahasa satu bahasa indonesia”. Mengapa?
Haruwn itu terjemahan dikehidupan, sementara almasihu itu terjemahan secara keilmuanNya.
tahukah anda, arti indonesia secara huruf? Ianya negri ketujuh, atau yang terikat dengan tujuan tempat penyelengaraan AjaranNya.
jadi ada yang mencuri istilah “SUMPAH PEMUDA” dari tangan leluhur, tanpa mengklarifikasi asal mula kejadiannya.
dipendekkan saja;
kalian itu, terlalu jauh dalam melakukan proses pemahaman AjaranNya.
Iman[alif mim nun] itu pintu yang mengendalikan AjaranNya, apalagi kalau bukan tulisan perkataan AjaranNya. proses perpindahan tulisan akibat pemikiran dan pemahaman disebut Hijrah[Ha ja ra]4:100. Sedangkan jiHad[ja Ha da] itu pelaksanaan pada penerapannya. Kesungguhan itu terpancar dengan tidak memindahkan dan menipulasi kedudukan tulisan asli AjaranNya ke tempat lain.
dan diperkuat dengan perkataan “jiHad fi sabilillah”. Walaupun dipresentasikan dalam bentuk tulisan yang berbeda, namun terikat dengan tulisan pokok AjaranNya.[tawassalna bibismillah]5:35
mereka menyebutnya dengan Hawa-nafsu untuk [Ha wau ya], padahal ianya adalah suatu perbuatan yang menjaga agar ikatan tidak berpindah kepada tulisan peraturan yang sepihak dan berlaku dikehidupan.
contohnya :
peraturan yang dibuat si”habib” si”ustadz”, tidak boleh melampaui batas kedudukan tulisan pokok AjaranNya. atau takutnya jangan sama si habib atau si ustadz, melainkan takutnya dengan AjaranNya yang terkandung dalam tulisan pokok.[53:1]idza Hawa
TERORISME :
perbuatan yang menggunakan dua bahasa, bahasa kepentingan duniawi yang mengatasnamakan bahasa tujuan AjaranNya. Seperti NKRI dan segala perangkat sesat dan menyesatkan. Hati-hatilah kalian, aku INGATKAN, langit bumi ada pemilikNya, sudah dekat waktuNya, dan sudah dekat waktu tayang AjaranNya. segala perbuatan yang masih terikat dengan yang namanya NKRI, aku tidak akan membukakan pintu maaf sedikitpun, karena Aku Kuasa Alloh dijaman ini[26:16], saat ini, detik ini. Aku tantang kalian wahai manusia sesat yang bercokol dicomberan NKRI!!!
untuk NII, jika tidak segera melepaskan nama yang tidak boleh digunakan sebagai mata kaki semisal “Islam” dan Indonesia”, maka aku juga akan bertindak serupa.
dan selamat tinggal, tunggulah waktu yang dijanjikanNya, dan jangan menyesal terbentuk saat kejadianNya. PERISTIWA BESAR ALAM RAYA!!!
Juni 26, 2012 at 10:02 am
Matahari
an-nisaa[nun wau sin], an-nass[nun sin wau], al insan[alif nun sin]
amma ba’du -> maksud dalam perbuatan yang memiliki tujuan.
yang menyampaikan[nisa], yang disampaikan[nass], ini proses maksud
insan itu tujuan kepada penciptaNya[alif] berbahasa AjaranNya[nun] yang melekat pada pelakunya[sin]
dasar peristiwanya seperti yang disebutkan pada21:71, dan kendali pemahaman beritaNya seperti perpindahan dari syam[sya mim] menuju yaman[ya mim nun] atau jika bersatu dikenal dengan istilah Matahari,[sya mim sin].1453 atau gerbangnya : tulisan pokok[4],dan tulisan yang mengikutinya[5], yang mengendalikan berita AjaranNya[3] atau [alif lam mim ra]13:31
tha sin ->27:24 lilsyamsi : mematok pemikiran berdasarkan pola pandangan yang terbentuk pada masa lampau. Karena mereka tidak memahami “amanna billahi wabil-yawmil akhir”[2:8], atau yang mereka lanjutkan adalah pemikiran yang berasal dari tradisi kitab kuno panutan, yang dilestarikan turun temurun. Seperti kitab tafsir, kitab fiqh, tulisan berpandangan maliki,hambali,hanafi,syafi’i.
ya sin ->36:38,39,40, yang berhak menentukan Pemilik Langit[nabi] Bumi[rasul] atau ‘ala thaha rasulillah, ‘ala yasin habibillah, wakulli mujahidin lillah, biaHlil badri yaa Alloh.
tahukah anda makna biAhlil badri yaa Alloh?
reporter,wartawan perang beritaNya terbentuk atas pengetahuan Pemilik AjaranNya.
kalian bisa memproduksi kitab yang menggunakan tulisan AjaranNya, akan tetapi kalian tidak akan pernah bisa melekatkan tujuan kepemilikan AjaranNya dilembaran kertas anda. Sesuai keilmuan tujuh langit yang ketiga :
llahu maa fis samawati wamaa fil ardhi, man dza lladzi yasyfa’u indahu illa biidznihi.[2:29,255]
Rabb?[ra ba ba]
adalah pengatur dua ilah [alif lam Ha], tulisan pokok, dan tulisan yang mengikutinya. Atau yang mengatur dua bahasa dijalan pemahaman yang satu. Sehingga secara [tha][sin] dengan dua [mim] akan berbunyi “Laa ilaha illa Alloh”. Jika secara kedudukan tulisan pokok[tha] maka akan berbunyi Laa ilaha illa ana[20:14], dan jika berkedudukan pada perjalanan tulisan yang mengikuti yang pokok maka akan bersuara “Laa ilaha ila Huwa” Al hayyu al qayyuwmu.
kalian itu robot terjemahan, atau disetir pemikirannya karena tradisi yang mengatakan rabb itu tuhan yang tanpa dikenali maksud dan tujuan perkataannya.114:2
rabb itu bisa bahasa, bisa tulisan, bisa berita, bisa pemahaman. Sehingga penulisannya diatur dengan solid pada lembaran pokok kitabNya.
alergi lagu? Alergi nyanyian?
cermati hadits seputar [ungu].
yang tidak boleh jika tujuannya memecah belah persatuan perkataan, atau kepemilikan tujuan dipindahkan ke tempat yang tidak diperkenankanNya.
kalian itu mengabdi dengan OMONG KOSONG!!!
ini berbahaya, sangat berbahaya!!!apabila si”badar” telaganya berada diantara anda, maka sangat berbahaya, jika tidak mengikuti seruanNya, dalam perintahnya.
take dis sung “biAhlil badri yaa Alloh”.[surat97]
Juni 26, 2012 at 10:56 am
Pesan AjaranNya
Islam[sin lam mim] itu yang menjadikan kesejahteraan pada kehidupan para pengabdiNya, yang memakmurkan perkataan yang baik dijalan AjaranNya, yang memberikan keselamatan tujuan setelah kehidupan, dan yang menjadikan tekat kebersamaan untuk berserah diri dalam tali persaudaraan yang satu diJalanNya, Yang Agung Yang Mulia.
dan jangan lagi, menggunakan perkataan pokok ajaranNya, untuk perbuatan yang tidak pantas, seperti membunuh manusia dengan senjata, bom, atau dengan kepentingan duniawi semata. Janganlah tertipu dengan strategi mereka ISRAEL AMERIKA ARABSAUDI yang berkolaborasi melanggengkan kepentingan kejayaan mereka. Jangan terpancing dengan hasutan yang menggunakan kata “jiHad fis-sabilillah” karena makna itu seharusnya melekat diantara anda dan perkataan AjaranNya. jangan berselisih lagi, ajarkan kalimatNya dengan makna yang sesungguhnya.
harumkanlah AjaranNya, dan berbaktilah kepadaNya
Ingatlah, Langit Bumi itu ada Pemilik waktuNya.
Juni 26, 2012 at 2:08 pm
Ada apa denganmu
kutanya malam, dapatkah kau lihatnya perbedaan yang tak terungkapkan
tapi mengapa, kau tak berubah, ada apa denganmu?
tahukah anda malam[lam ya lam] itu? Lam alif menjadi alif lam atau 21:30 atau perkataan pada tulisan AjaranNya, yang berkelana menjadi perkataan yang menerpa dikehidupan. Apakah maksudnya?
[qaf wau lam]
jika “qul” maka ianya tetap, tidak berubah tradisinya, konsisten 112:1
jika “qala” maka ianya mengikuti syarat dan kondisi secara waktu.[pelaku tempat peristiwa]
jika “taquluw,qaluw”, maka ianya perlu pendamping, pengawas, dalam pelaksanaannya. Atau yang sering diplesetkan oleh mereka yang sesat dengan perkataan ‘aqidah islamiyah.
[ain qaf da] itu ikatan maksud dan tujuan perkataan dijalan AjaranNya, agar nun, kaf satu tujuan pemahaman[ha] atau yang dikenal dengan nikah[nun kaf ha].
kata [nun kaf ha] terdapat23 kata pada 7surat, sedangkan kata [ain qaf da] terdapat 7 kata pada 5surat.
dan lagi-lagi diplesetkan oleh mereka dengan istilah “akad nikah” plus bacaan dalam kegelapan yang maksimal. siMUI itu paling ceroboh, yang suka buat stiker halal haram, dan memungut uang dari mencuri kata “haji”. Aku sudah muak dengan mereka, dan tidak mau memaafkan sedikitpun, maka kelak resiko siksaNya, kelak mereka menanggung secara penuh, komplit. Karena mereka salah satu biang kerusakan dijalan AjaranNya.
kalian itu sudah tertipu dengan tradisi yang berlaku dikehidupan. Sehingga menjadi susah melepaskannya. Tidakkah kalian lihat perbedaan, mana yang selamat, dan siapa yang sedang tersesat!!!
yang dulu pasti berlaku, benua australia dan amerika, akan hilang saat KuasaNya telah diberlakukan. Waspadalah, dan ingatlah kepadaNya dengan jalan yang sebenar-benarnya.
sehubungan dengan74:11-17 dan 73:26-28 maka aku akhiri disini saja.[8:59]
Juni 26, 2012 at 2:55 pm
Tradisi host AjaranNya
pembawa acara urusan beritaNya atau si badar[ba da ra].
didalam peristiwa, terkait otoritas pemberitaan yang terhubungkan dengan pelaku tempat dan waktu.
ditandakan dengan [ya wau mim] : badr,khaybar,khandaq,mut’ah,ahzab
kerangka pandangannya disebut badri,badru[awal-akhir]
khaybar : jelajah berita langit.
khandaq : jelajah berita bumi.
mut’ah : filter berita langit.
ahzab : filter berita bumi.
intinya adalah seperti bait terakhir “shalawat badar”
wa akisadatin ghurri, biaHlil badri yaa Alloh.
atau
Segala omong kosong, tipu daya, cara-cara pemikiran yang menyesatkan dan mengatasnamakan jalan AjaranNya, terhapus, terbantai dengan host AjaranNya.
aku berjanji kepada sesuatu besok, dan aku tidak mau mengecewakannya, karena diatas persaksianNya. Dan aku tidak mau kecewa.[67:1]
semoga ada pihak termaksud yang memahaminya.
good bye!!!
Juni 26, 2012 at 8:18 pm
Angka AjaranNya
22:74
maa qadarulloha haqqa qadrihi,inna Alloha laqawiyyun aziyzun
6:91, 39:67
wamaa qadarulloha haqqa qadrihi
353[kiri/bumi,keras/perbuatan] -> dijelaskan langsung pada contoh perbuatannya.
pada saat anda membaca tulisan 96:1 dengan ucapan maupun pemikiran :
maka yang tertera adalah :
[@]iqraa bismi rabbika lladzi khalq.
dan secara umum yang berlaku diantara mereka, apabila dilanjutkan dengan “qadar”;
{&}bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan
yang jadi pertanyaannya; apakah {&} sudah memenuhi al-qadri?
[@] ->penulisan kata “khalq” karena lam nya tetap/sumber arahan.
bi-smi rabbika?->menggunakan bahasa lokal atau yang sudah dipahami maksud bacaannya[iqraa].
qadar itu metode penulisan yang menentukan maksud suatu bacaan.
[qaf da]->sumber,[qaf ra] yang memberitakan
lladzi mengapa dua lam?karena bisa berada pada ucapan maupun pemikiran
jadi, kesimpulannya adalah :
[al]quran itu suatu bacaan yang sudah dikenal maksud penulisannya, atau berita yang menggunakan bahasa lokal sipembaca[al].
dan mereka, tidak memenuhi al qadri!!!
maa qadarulloha haqqa qadrihi?
apa saja yang berlaku pada bacaan ajaranNya, mengikuti ketentuan cara membacanya. Apa itu?
inna Alloha laqawiyyun aziyzun -> seperti cicak yang memberitahukan maksud surat6 itu dengan ketukan 353[mim say mim] dari arah kiri, dan keras. -> atau harus dengan kekuatan yang diberikan pemilik AjaranNya. baca22:75
kalo aku membacanya dengan angka, sehingga lebih mudah memahaminya.walaupun disaat awal agak memberatkan pemikiran, sakitnya lumayan deh.[90:13,14]
kata “fakku raqabatin” itu mencari maksud perkataan AjaranNya yang terbelenggu dengan pola{&}, yang selama ini mengendalikan dan mengganti maksud dari perkataan AjaranNya yang seharusnya.
Juni 27, 2012 at 12:14 pm
Al Insanu Al Kamil
Kisah Umar ibn Kahaththab [*saving private rayhan]
dilandasi [20:38][41:9,10] dan surat107 : Al Mauwn[ain wau nun], terkait dengan nasta’in[1:4].
tentang ibu yang memasak batu, menghibur anaknya yang kelaparan. Terdapat dialog yang menjelaskan situasi seperti, tidak memperhatikan kondisi rakyat jelata. Dan digambarkan dengan perkataan :
Sebagai akhir cerita, si ibu dengan nada gemas kecewa lantas berkata, “Celakalah Amirul Mu’minin Umar Ibnul Khoththob, yang membiarkan rakyatnya kelaparan.”
lalu? Didengarkan dengan cermat prosesnya, dan dilukiskan dengan perkataan :
Umar segera pergi, sambil menangis dalam hati, memohon ampun pada Ilahi, karena telah teledor dalam memimpin, sehingga ada rakyat lapar luput dari perhatiannya. Buru-buru ia pulang, mengambil dan memanggul gandum, lantas berjalan tertatih-tatih kembali menuju rumah ibu – anak yang kelaparan tadi.
Panah AjaranNya, begitu melesak kedalam yang dalam rasaa.
menangis membaca, begitulah kekuatan yang tertera.
seperti air yang melekat pada pakaian, basah jadinya.
kecemerlangan pemikir sejati dari Arjuna AjaranNya.
dalam memperkuat tatanan keilmuanNya dijagad raya.
amma[maksud] ba’du[tujuan],
maksud dengan UrusanNya[alif mim ra] : Al umuwru[yang turun]
tujuan dengan JalanNya[sin lam mim] : Al Islamu[yang naik]
kisah tersebut, bagian pelaksanaan perjalanan pemahaman pada24:58 “tsalatsu awratin llakum”.
memasak batu, seperti perbuatan yang dilakukan tanpa mengenal maksud perkataan, atau si anak tidak mengenal perbuatan yang dilakukan si ibu. Maksudnya?
[ha ja ra] itu tulisan yang mempunyai “magnet pemikiran”, atau tulisan AjaranNya.
interaksi ibu dan anak, menggambarkan tranferisasi perkataan dalam perbuatan perbincangan.
perbincangan atau dialog, dilambangkan dengan kata “kha tha ba”, atau yang digunakan pada kisah, sebagai [ba nun ya] khaththab.
sama seperti kondisi yang berlaku dikehidupan saat ini, kebanyakan dari mereka yang mengucapkan suatu perkataan yang terikat dijalan AjaranNya, tidak memahami maksud tulisan.
contoh pada perbuatan :
assalamu-alaikum[sin lam mim +alaikum] warahmatullohi[ra ha mim] wabarakatuh[ba ra kaf]
mereka meringankan maksud terbaik AjaranNya, yaitu kekanan untuk mengikat dengan urusanNya, kekiri untuk mengikat dengan jalanNya.
tulisan, diserupakan dengan “batu”[ha ja ra], karena tidak dapat menggerakan pemikiran dengan sendirinya, sehingga diperlukan aksi, yang dikenal dengan istilah jumrah[ja ra mim] atau seperti melemparkan jawaban terhadap pertanyaan yang melekat pada tulisan. Sudah pasti diawali dengan suatu keraguan akan bentuk pemikiran yang dituju. Nah, proses awal ini dilambangkan dengan [fa ja ra] atau waktu pagi dinihari. [atau yang diistilahkan juga dengan serat kalathida]. Atau perjalanan pemikiran yang mengandung nilai keraguan dalam pelaksanaannya.
[fa ja ra] terbagi menjadi dua perbuatan yaitu :
[ba kaf ra] : tulisan pengetahuan pokok yang digunakan[tempat bertanya]
[ba ra kaf] : tulisan pengetahuan pendamping yang digunakan[tempat menjawab]
maksudnya?
pelaku urusanNya[umar] yang membawa karung gandum atau pelaku menggunakan yang terdapat pada surat yuwsufu, atau pelaku menggunakan tulisan pada Kitab AjaranNya atau proses [ha ba lam],menegaskan untuk menggunakan pengetahuan pokok dijalan AjaranNya 3:102 “walaa tamutuwnna illa wa-antum mmuslimuwna” sebelum menggunakan pengetahuan pendamping yang berlaku dikehidupan 3:103 “wala tafarrquw…idz kuntum a’da-an”.
* seharusnya ditulis tafarrquw[fa ra qaf], bukan dengan tafarraquw. Karena kondisi tulisan keduanya pasif.[tulisan pada lembaran Kitab, dan lembar ajaran wali]
dan lembaran wali itu ada dua, yang dahulu dan yang terkemudian.[ha ba ba] 3:112 atau dikenal dengan nama nisa[nun wau sin] dan nass [nun sin wau]. atau yang dahulu sudah menyatu dengan tulisan kitabNya[nisa-a],dan yang terkemudian harus menyatu dengan perjalanan tulisan kitabNya[nass].
dan tetap yang memimpin adalah tulisan pokok AjaranNya dan lembaran wali yang terkemudian[4:1,34]
jadi 24:58 “tsalatsu awratin llakum” itu :
[fa ja ra] -> tulisan lembaran KitabNya
[ba kaf ra] -> tulisan ajaran waliNya terdahulu
[ba ra kaf] ->tulisan ajaran waliNya yang terkemudian
atau an-nisa dan an-nass yang menyatu pada Al insanu al kamil, AjaranNya. atau saving private rayhan atau siliwangi atau buku catatan harian jurnalis perang dijalanNya, yang membawakan keharuman keilmuan AjaranNya atau biaHlil badri yaa Alloh.
ikatan ketiganya[sumber tulisan dan tulisan yang dilahirkan] disebut dengan rahmatulloh.
mereka meringankan kata “berkah”, sehingga tidak memahami maksud dari [ba ra kaf] dan tidak juga memahami maksud dari kata “assalum-alaykum warahmatullohi wabarakatuh” yang kekanan dengan “alif mim nun”[iman], yang kekiri dengan [ha sin nun]”ihsan”.
41:9,10
yawmayni : [fa ja ra][ba kaf ra]
arba’ati ayyamin : [fa ja ra][ba kaf ra][ba ra kaf] + pelakunya.
cara memanggil pemahamannya :
[fa ja ra][ba kaf ra][ba ra kaf] -> ghifar [gha fa ra]
pelakunya -> aslam
Karena Umar bin Khaththab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah saya yang memikul karung itu….”
Dengan wajah merah padam, Umar menjawab sebat, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam nar [sisi kehidupan]. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”
Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khaththab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus.
Jadi biarlah aku tetap menjadi bagian tulisan ajaranNya, dan kalian sebagai Aslam, yang melaksanakan dan menjalankan secara langsung dikehidupan. Atau serupa ‘Iysa yang berkata “bukalah pintunya”.
agar semua orang yang ‘buta’,“pincang”,sakit, atau tidak memahami perkataan ajaranNya berbahasa keilmuanNya, dapat melaksanakan kewajiban pengabdian yang seharusnya.
aku menjanjikan kepada seseorang dibalik tulisan ini, maukah kalian menepati janjiku.
yang tidak menyepelekan keberadaan anak tulisan ajaranNya[yatiyma], memberi makan kepada perbuatan yang kelaparan pemahaman pengetahuan dijalan pengabdianNya.
maukah kalian terikat dengan langkahku?
[shad ba gha]2:138,31:20
seperti air dan pakaian yang bersatu pada kata basah.
mereka hanya mengenal “basah”, dan tidak mengenal cara “mengalirkan air KeilmuanNya” pada tulisan berpakaian AjaranNya.
mereka mengenal umar [ba nun ya] khaththab, sebagai sosok berkarakter tangguh, tidak ego atau tidak mementingkan kepemilikan duniawi, karena segala sesuatunya hanya untuk kepentingan jalan AjaranNya.
umar[alif mim ra] sebagai pelaku yang mewakili maksud perbuatan urusanNya[al umuwru], yang memimpin perbincangan[kha tha ba] tulisan AjaranNya.
tapi mengapa? Lantas kenapa? Mereka semua yang menggunakan tulisan AjaranNya, lebih peduli kepada kemakmuran kelompoknya, kesejahteraan golongannya, kenikmatan partanya, dan keselamatan negaranya, KETIMBANG untuk perbuatan yang Mengharumkan AjaranNya.
kenapa? Ada apa dengan anda? Ada apa dengan kalian?
Mesjid AjaranNya itu bangunan pemahaman yang terbentuk dari tulisan AjaranNya, sebagai tempat menangis anda kepadaNya. Bukan seperti bangunan dari batu, dari semen, atau bukan seperti mereka yang membuat dengan nama istiqlal. Bukan itu makna masjid sesungguhnya. Bukan itu. Sadarlah kalian.[72:18][9:107]
kalian mengabdi sebenarnya dengan apa?
pengabdian itu harus dimulai dengan perkataan AjaranNya, yang melewati proses24:58. Karena itulah makna dari 11:86 baqiyyatulloh.
masih ingat perkataan tentang “meludahi kedua mata ali”.
apa bedanya nuwran waHudan?
nuwr itu penekanannya pada ikatan tulisan perkataan AjaranNya, dan Huda itu pelaksanaannya secara perkembangan berjarak waktu dijalan AjaranNya. dan harus dilaksanakan secara seksama, hingga mencapai pemahaman yang dekat dengan keilmuanNya.
halal?haram?
halal itu seperti tulisan AjaranNya diterjemahkan dengan bahasa kehidupan. Itu yang dimaksud dari perbuatan perhubungan langkah perkataan AjaranNya. sedangkan haram itu pelaksanaan yang mengendalikan tulisan AjaranNya, yang mencipta pemahaman menggunakan perkataan KitabNya, walinya. Ini dibatasi aksesnya!!!
diakhiri dengan :
wa akisadatin ghurri, biaHlil badri yaa Alloh.
atau
Segala omong kosong, tipu daya, cara-cara pemikiran yang menyesatkan dan mengatasnamakan jalan AjaranNya, terhapus, terbantai dengan tulisan AjaranNya beserta waliNya.
durhaka itu perbuatan yang tidak mengakui keberadaan AjaranNya dan pembawa AjaranNya.
masihkah kalian ingin tetap durhaka dijalanNya KepadaNya, terhadapNya, dariNya?
masihkah?
hari kemarin,hari ini, hari esok selalu berada dalam GenggamanNya. Menunda kepatuhan sama saja bertarung dengan bahaya. Mengapa? Karena kendali tetap berada padaNya, bukan anda yang berhak menentukan waktu meninggal!!!jangan menyesal, dan jangan menyesal!!!
Juni 27, 2012 at 6:52 pm
Yaa syudahlah
mereka bergembira bila berpakaian dengan pemikiran yang sesuai selera bertradisi berita yang berkembang-biak dikehidupannya. pilihan didalam berita itu ada perbuatan, yang tersaji dengan perkataan, yang terbentuk dari tulisan, dan yang dikenali dengan bahasa, yang terikat waktu, peristiwa, pelaku maupun tempat berlakunya.
dan mereka menyangka dengan bersuka riya, bahwa kata perkata yang melekat pada tulisan perkataan ajaranNya sudah disertakan makna dan artinya. Karena perbuatan pendahulu mereka, yang menyangka, bahwa kata perkata itu harus menjadi suatu berita. Padahal AjaranNya, tidak mengutus pemuka mereka untuk menjaga kata perkata pada tulisan kitabNya,waliNya.
dan akibat perbuatan mereka, menyebabkan makanan AjaranNya bersenandung sedih :
aku dilempar dan tak bisa bersih lagi
aku ditenggelamkan, dalam comberan, pemikiran
hingga aku diobral dipasar dengan cara jalan curang
aku tanpaMu butiran debu.[surat83:31,32,33]
mereka merusak kata-perkata pada tulisan KitabNya waliNya, yang padanya sangat melekat maksud dan tujuan AjaranNya. mereka malah menggunakan sebagai senjata pemusnah pemikiran, senjata perselisihan. Yang jika berdebat, tidak sepaham dengan tradisi pengabdian mereka, maka peluru kata “kafir”, zhalim atau bid’ah sudah siap untuk diluncurkan. Dan mereka memiliki senjata pemusnah persatuan AjaranNya, yaitu “agama Islam”.
ketika ditanya mereka apa itu bid’ah, dan lancar mulut mereka menjawab dengan ucapan kata bermakna “sesat”. Ketika ditanyakan mereka apa itu kafir, dan lancar tangan mereka menunjuk hidung yang tidak sepaham dengan tradisi pengabdian mereka.
[ba da ain]2:117,6:101
siapa yang memberitahu kepada pendahulu mereka, kalo artinya samawati itu langit, artinya ardhi itu bumi. Padahal tulisan ajaranNya tidak bisa melahirkan pembicaraan “makna” dengan sendirinya. Siapa yang menyuruh mereka agar memberi arti “dhalal” itu sesat, padahal tulisan ajaranNya hanya diam ber-ibu bahasa.
[ba da ain] itu inisiatif pemikiran pada tulisan
[dha lam lam] itu ekspresi perkataan, atau yang memberi keterangan.
[$]wakulla bid’atin dhallalatun _> setiap yang mengikuti arah dari suatu inisiatif pemikiran pada tulisan, mempunyai ekspresi penulisan perkataan yang beragam.
contoh : kata “yatafakkaruwna”[59:21] yang kemudian diterjemahkan dengan tulisan ekspresi ; “agar berpikir”,”give thought” dst
sebelum [$] didahului perkataan : [#]wasyarra al umuwri muhadatsatuHa -> karena penulisan berita dikehidupan yang terkait perkataan AjaranNya, membutuhkan tali perkataan lanjutan dalam bahasa yang berbeda.
[kaf fa ra] -> yang berlaku sebagai tali pemikiran kehidupan
rafa +ain, yang meninggikan tulisan pemikiran->bahasa,
raka+ain, yang membungkuk pada bahasa/yang menyertai perkataannya ->pengetahuan
[zha lam mim] ->pengaruh atau tradisi yang terbentuk dari “kaf fa ra”
lam mim +za -> pengaruh bahasa
lam zha +ya -> tradisi pengetahuan
[fa sin qaf] -> pelaku, tempat berlakunya [zha lam mim] terkait peristiwa dan waktu
fa sin + ra -> yang menciptakan istilah bahasa
fa qaf + ra -> yang mencari pengetahuan
surat kehidupan atau 109, pada ayat2 :
tradisi pemikiran dijalan AjaranNya, tidaklah sama dengan tradisi pemikiran yang berlaku dijalan kehidupan, [5:44,45,47] -> membacanya dengan :
langkah kendali yang tidak dijalankan dengan tradisi tulisan AjaranNya, maka dijalankan dengan tradisi tulisan dikehidupan.
yang tidak diperkenankan atau dibatasi kendalinya adalah membuat/mematenkan tulisan Pemikiran terkait jalan AjaranNya. karena harus dengan ->
[6:71] ->83:34-36 ->amma ba’du, fainna khayral hadiytsi Kitabulloh, wakhayral Huda, Huda Muhammadin Shallallohu Alaiyhi wasallam.
Kitabulloh itu tulisan AjaranNya yang selalu dihidupkan atas kehendakNya, kekuatanNya, keperkasaanNya.
Muhammadin itu seperti 47:2, berita yang memberi petunjuk AjaranNya dengan menggunakan tulisan perkataan AjaranNya. atau shallallohu alayhi[shad->sesuai tempat berlakunya] wasallam [sya->sesuai kondisi waktunya, dahulu dan yang terkemudian].
Islam itu [sin lam mim]
sin lam dengan ->lam sin nun 20:27 ‘ala thaha rasulillah
sin mim dengan ->lam mim mim 53:32[terdahulu], 89:19[terkemudian] ‘ala yasin habibillah.
wakulli mujaHidin lillah, biAHalil badri yaa Alloh.
setiap perbuatan pengabdian yang memiliki kesungguhan maksud dan tujuan pada jalan AjaranNya, maka harus melangkah bersama dengan :
take this sung “biaHlil badri yaa Alloh”.
yaa sudahlah
Juni 27, 2012 at 7:29 pm
Satu lagi deh
tulisan yang sebelumnya bertanda jam 6:52,
maksud tulisannya seperti yang terdapat pada 6:52->
jika ingin menegur, gunakan bahasa kehidupan yang baik. Jangan gunakan istilah perkataan seperti “kafir”,”zhalim”, itu sama saja mengusir “orang beriman”, atau perbuatan perkataan pada tulisan AjaranNya.
lam mim za ->49:11
jangan menegur dengan “kafir”, tapi dengan “mengapa kalian terikat dengan tradisi pemikiran dikehidupan?”… itu maksudnya, bukankah sudah di jelaskan pada 3:28. Tradisi pemikiran kehidupan, harus mengikuti tradisi pemikiran AjaranNya.
berubah menjadi lebih baik dijalanNya, itu lebih utama, lebih selamat kelak.
aku tidak mengenal kalian, namun aku hanya mengenal perbuatan kalian, dan aku membenci perbuatan yang durhaka terhadapNya, denganNya, kepadaNya.
ambilah yang bermanfaat, dan yang buruk tinggalkanlah. waSalamun alaykum -> gunakan ikatan Keselamatan atas petunjuk AjaranNya.
Juni 28, 2012 at 11:20 am
Angry Birds
[1]burung yang dibentuk seperti batu, yang dilontarkan dengan memperkirakan ketepatan sasaran sesuatu yang dibidik, agar memperoleh nilai yang maksimal. [2]Mempersiapkan perkiraan langkah untuk melempar atau mengambil ancang-ancang pemikiran yang terbentuk dari kebiasaan melontar. [3]Addict, yang mengikat rasa, yang menimbulkan gejolak pemikiran dikehidupan.
berbahayakah?bermanfaatkah?
segala sesuatu yang tercipta dikehidupan, selalu berpasang-pasangan, dan semua kembali kepada fungsi yang melekat pada perbuatannya. Karena hidup adalah sebuah permainan yang dilakonkan dari dan dengan manusia. Jika tujuannya untuk memasyarakatkan game, dan menghabiskan waktu dikehidupan hanya untuk sebuah permainan, maka ianya berbahaya.
dan jika dari sebuah permainan dikehidupan, menjadi mengenal dan semakin memperkenalkan perkataan AjaranNya, dan perbuatan akhirnya menjadi Addict terhadap pengetahuan tentang penciptaNya,maka ianya bermanfaat.
bagaimana bisa?
untuk menjelaskan perbuatan kata “jumrah”[ja mim ra], yang berhadapan dengan kata “mujrimuwn”[ja ra mim] atau kebiasaan mengikuti tradisi turun temurun yang terkesan berpola ikut-ikutan, atau terpikat untuk mengikuti trend pengetahuan yang berlaku dikehidupan.
angry birds [1][2][3] ->7:27,49,9:6,10:28
[1] itu seperti al jumrata ad-dunya[2:201][3:16]
dunya itu bukan dunia, dunya[da nun ya] itu pengetahuan yang terpancar dari tulisan perkataan AjaranNya, perbuatan yang terkait dengan menjaga pengetahuannya disebut nisa[nun wau sin].
sebelum diterpakan ke ujung pemahaman[al akhirati] , diperkuat kemauan “waqina adzaban-nar”, menjalankan pemahaman dengan keilmuanNya dari pola pikir yang berlaku dikehidupan.
[2] itu seperti jamrata al wustha [2:238][5:89][68:28][100:5]
[wau sin tha] itu mencari jalan pemahaman pemikiran yang terbaik sesuai keinginan tulisan perkataan AjaranNya. Contohnya, seperti “syani-aka” yang diterpakan secara “mulut ke mulut” maupun dalam bentuk terjemahan tertulis sebagai “yang membencimu”. Yang akhirnya menjadi menetap permanent sebagai pengetahuan yang berlaku dikehidupan mewakili kata [sya nun alif].
padahal [sya nun alif] itu perkataan yang memotivasi, atau pemimpin pengganti, atau perkataan bersumber tulisan AjaranNya yang diterjemahkan dengan tulisan bahasa lain agar lebih mudah dipahami maksud dan tujuannya. [sya nun alif]5:2,8 108:3
pola [sya ya-tha nun] atau syaythan itu yang berproses dari mulut kemulut, nyata pada perbuatan perkataan
pola [ja nun nun] atau jinn itu yang berproses dari terjemahan atau pengetahuan lanjutan yang tertulis, nyata pada tulisan perkataan
pola [alif ba lam sin] atau iblis itu paduan keduanya, kiri -kanan[syaythan], depan belakang[jinn]
kiri-kanan:yang dipimpin dan yang memimpin secara perbuatan perkataan
depan belakang: yang dikendalikan dan yang mengendalikan secara tulisan perkataan
[5:89]->yang dituju adalah apabila tidak sengaja karena mengikuti kebiasaan terjemahan yang berlaku diluar sana, dan mau merubahnya, dengan mengganti maksud perkataan dengan menuangkannya pada tulisan[fakaffaratuhu] dan mengumumkannya ke ruang publik[ath’amu asyarati masakiyna]. Bagi yang tidak mempunyai kekuatan terkait, maka harus mengikat dengan perbaikan-maksud yang telah diumumkan dan meninggalkan yang terjemahan yang sebelumnya.[fashiyamu tsalatsati ayyamin]-> terkait hadits :
kemudian selepasnya, muncul perbuatan yang mengatakan tanpa memahami cipta perkataannya[maa laa yaf’aluwna], dan menciptakan perkataan tanpa ikatan pemikiran maksud dan tujuan urusan AjaranNya[wayaf’aluwna maa laa yuwmaruwna].
barangsiapa yang memerangi[memperbaiki kondisi menjadi lebih baik] dengan tangannya[perbuatan/penulisan], maka ianya dijalan AjaranNya. barangsiapa yang memerangi mereka dengan menyebarkan penulisan tersebut,maka ianya dijalan AjaranNya. barang siapa yang memerangi mereka dengan mengikatkan diri dengan pemahaman pada tulisan tersebut, maka ianya menjadi terikat dijalan AjaranNya.[muwminun].
kata “laysa”, itu perbuatan yang aktif, saat membaca, sehingga jika diterjemahkan menjadi “tahukah anda, mengertikah anda?
hadits tersebut ditutup dengan perkataan walaysa wara-a, maksudnya : bagi yang mengerti dan memperhatikan, dzalika minal iymani, itulah pandangan keilmuan dijalan AjaranNya.
seperti :95:8 alaysa Allohu biahkamil hakiymin ->
masa sih gak tahu cara perkataan pemilik AjaranNya, menyebarkan beritaNya, dan perwalian beritaNya.
kebanyakan orang terlalu jauh cara berpikirnya, menyangka Alloh itu nama asli pencipta, padahal ianya diperuntukan bagi pemilik tulisan perkataan AjaranNya, yang nyata dan terlihat. Apakah ada orang yang telah melihat langsung dan berkenalan sehingga tau nama aslinya Alloh?jangan keplintir otaknya, gak baik, dan gak sehat lho.
[3] itu seperti jamrata dzati al aqabati [2:143][3:144][8:48]
intinya : melekatkan pemahaman yang terbaik pada perjalanan kehidupan selanjutnya terkait pengabdian dijalan AjaranNya.
jadi perbuatannya jangan dibalik;
apabila dikehidupan ingin dipenuhi kebutuhannya, namun apabila dijalan AjaranNya, hanya meluangkan waktu pemikiran yang seadanya. Seperti wajib, harus menjaga keharmonisan rumah tangga, harus dan wajib mencari pekerjaan, uang-uangan, gengsi, status, gelar. Percuma saja dilakukan, kalau durhaka, tidak menganggap tinggi ajaranNya,KitabNya,WaliNya[beritaNya]. Percuma saja dilakukan yang demikian, jika hanya sebentar berlakunya. Karena dikehidupan yang jauh itu, gak pake jam, gak pake kalender, kalo dihukum jongkok, gak pake hitungan waktu, kan tersiksa banget.
perkataan AjaranNya itu sedang dirusak oleh tangan-tangan mereka, masak hanya diam saja. Lihat 5:8, mereka menterjemahkan dengan memukul rata perkataan.
bil qisthi diartikan dengan adil, ‘adil diartikan adil, sebenarnya mau mereka apa?tujuan mereka apa?
[ain da lam] itu perkataan yang mencerahkan, yang menerangkan
[qaf sin tha] itu sumber yang digunakannya.
dan perhatikan 5:2 ini terjemahan mereka
Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
padahal maknanya adalah gak baiklah membuat perkataan yang memotivasi, malah menghancurkan maksud dan tujuan sumber perkataan AjaranNya[al masjidil harami].
MEREKA yang menterjemahkan, mereka pula yang menghancurkan!!! Yaa seperti ‘adil = adil, dst dan banyak sekali yang diRUSAK maksud dan tujuannya!!!!
[87:3][86:7][24:42]
Muhammad memiliki anak bernama IbraHiym?bapaknya IbraHiym?60:4
IbraHiym itu pembawa berita perkataan dengan tulisan awal AjaranNya, Muhammad itu pembawa berita perkataan dengan tulisan akhir AjaranNya.
terkait “al abtar”, dan telaga al kawtsar.
al abtar[ba ta ra], itu asalnya dari kitab[kaf ta ba],-> ba ta ra, dan ba ka ra
bakar? Seperti orang yang bertanya dengan ucapan dimulut, apa sih maksud perkataan “taqwa” sambil membaca tulisan pada perkataan AjaranNya
kemudian seseorang menjawab:
nih, dah ditulis keterangannya, baca yang keras, kan ngerti bahasanya, taqwa[wau qaf ya] itu perbuatan yang mengikuti ketentuan keilmuan pada perkataan AjaranNya.
nah ini yang dimaksud [ba ta ra] atau al abtar atau yang melanjutkan pemikiran “syani-aka” atau perkataan yang memberi mottif pengetahuan.
addict itu ada dua;
majnuwn[68:2] dan maftuwna[fa ta nun/fitnah]
dan yang diluar sana, mereka penyebar perkataan yang membuat simpang siur pemahaman maksud dan tujuan AjaranNya, seperti yang berlaku dikehidupan kalian saat ini.[68:6]
sudahlah, aku sudah bosan dengan cara hidup kalian, yang mengatasnamakan Alloh, namun perbuatannya malah Durhaka terhadapnya, denganNya, dariNya. Jangan anggap remeh tulisan ini, sangat berbahaya!!! Jadikan ianya headline dikehidupan, atau Allohu-Akbaru[9:73][56:12,13]
Juni 28, 2012 at 3:39 pm
Pengawal tulisan
melanjutkan tanda11:20, ->terkait [‘adzab]57:13, terkait[hadiyd]17:50 dan terkait[hajarati]71:23 -> terkait tulisan “yaa syudahlah” :
waddan ->pengetahuan yang terbentuk dari bahasa
suwwa ‘an->pengaruh bahasa pada pemikiran
yaghuwtsa->tradisi pengetahuan pada penulisan
wayauwqa->yang melanjutkan[mencipta istilah]
wanasran->yang mengikuti[mencari pengetahuan]
penjelasan :
kemiripan bahasa pada tulisan AjaranNya yang berlaku dikehidupan, menyebabkan prasangka nama bahasa yang digunakan adalah tradisi bahasa arab saudi. Sehingga terlanjutkan perbuatannya dengan memberi pengertian layaknya bahasa umum yang berlaku kehidupan.
11:17-20 menjelaskan perbedaan tulisan pokok AjaranNya->
secara ucapan perkataan memiliki kesamaan, secara tulisan perkataan memiliki perbedaan.
[kaf dza ba] kadziban itu maksud perkataan yang tertulis yang berlaku dijalan kehidupan 11:18
[za ba ra] itu maksud perkataan yang tertulis yang berlaku dijalan AjaranNya.
korelasi keduanya diistilahkan dengan 18:96[ha da da] al hadiyd ->57:13
contoh kata lakanuwdun 100:6 yang diterjemahkan sebagai “sangat ingkar”.
padahal maksudnya adalah :
lirabihi ->merujuk tulisan asli “lakanuwdu”, kemudian pemisahan hurufnya menjadi [kaf nun da] dan itulah yang disebut proses lakanuwd, sehingga tercipta pemahaman yang dapat dituangkan pada suatu pernyataan yang tertulis->[lasyaHidun]100:7
surat100 atau al’adiyati[ain da wau] itu artinya roda pemikiran.
mengapa berbeda? Karena mereka tidak mengenal Al Furqan[fa ra qaf], gaya penulisan huruf perkataan AjaranNya. dan pada 18:96,97 -> memberitakan bahwa, mereka tidak bisa memahami tulisan perkataan ajaranNya walaupun menggunakan terjemah bahasa bertradisi arab-saudi, karena mereka tidak bisa menciptakan dari hurufnya saja.
disebutkan pada Al KaHfi terkait [qaf ra nun] dzulqarnayn atau buku harian khusus AjaranNya[al kaHfi/saving private rayhan], pengetahuan AjaranNya yang beradaptasi dikehidupan dalam perjalanan waktu[qaf ra nun].
tulisan diatas tercipta pemikirannya dengan :
[kha ta mim]-> kha ta ra, kha mim ra
[fa ta nun]-> fa ta ya, fa nun ya
[ba ta ra] -> ta ba ba, ta ra kaf
sebenarnya secara kesimpulan gabungan memiliki kesamaan, namun bedanya tradisi mereka tidak mengetahui esensi “perkataannya”
contoh
al’adiyati[ain da wau] itu artinya roda pemikiran.
mereka menerjemahkan dengan “musuh-musuh”, “melanggar”,”melampaui batas”, akibatnya mereka sendiri yang menggunakan “roda pemikiran” secara tidak benar sehingga menjadi musuh AjaranNya, melanggar dan melampaui batas dijalan perkataan AjaranNya.[27:60]
dan saya tutup dengan permakluman, bahwa tidak bisa melanjutkan tulisan berikutnya, karena alat perangnya[laptop] terpaksa dijual karena termakan srigala kehidupan.
telitilah dalam mengabdi kepadaNya. Dan jangan berpecah belah lagi, jangan saling memusuhi mengatasnamakan perkataan AjaranNya. tempatkanlah segala perkataan AjaranNya, ditempat yang terbaik, harumkanlah.
Juni 29, 2012 at 5:01 am
Kesempatan baik yang diabaikan.
[1]Yang paling Pokok pada AjaranNya, saat berlaku dikehidupan adalah perwalian, atau mengikat pengabdian dengan berita AjaranNya dengan pembawa AjaranNya. [2]dan yang paling wajib dilakukan dalam melangkahkan lembaran perkataan AjaranNya adalah dengan tulisan perwakilan yang mewakili perkataan pokok AjaranNya. [3]dan sebaik-baiknya petunjuk perkataan AjaranNya adalah yang melekat pada lembaran penerus pembawa ajaranNya.
[1]tasbih,[2]tahmid,[3]takbir atau
[1]buitstu ana as-sa’ata kaHatayni, wayuqirnu bayna ushbu’ayhi as-sababati wal wustha
[2]amma ba’du, fainna khayral hadiytsi Kitabulloh
[3]wakhayral Huda, Huda Muhammadin shala Allohu alayhi wasallama
hadits berbeda maksud dengan al hadiytsi;
hadits, perkataan yang menetap pada lembaran, sedangkan al hadiytsi, perkataan yang akan menetap pada lembaran.
kitabu berbeda maksud denga al kitabu;
kitabu, tulisan yang menetap pada lembaran, sedangkan al kitabu, tulisan yang akan menetap pada lembaran.
7:40
tidak boleh, sangat dilarang, melanjutkan tulisan perkataan pokok AjaranNya, dengan kemiripan bentuk pokok pemahaman tulisan perkataannya.
contoh : quranan ‘arabiyyan diterjemahkan dengan “bacaan berbahasa arab” yang selanjutnya akan membentuk persepsi bahwa bahasa AjaranNya adalah bahasa arab. Ini kesalahan fatal!!!
‘arab atau ain ra-ba :
ra ain nun ->2:104,20:54,
ra ba ba ->87:4,57:27
rabb itu pengatur tulisan pokok ajaranNya, bahasa bertradisi keilmuanNya, yang mengikat pada pelaku, tempat dan kejadian secara waktu.
dijelaskan dengan keilmuan kepemimpinan 12 huruf
7. Kha ->tulisan pokok
8. Fa->tulisan yang mengikuti tulisan pokok
9. Ba-> yang menggabungkan pemahaman tulisan keduanya
ba dijalankan dengan shalat [shad lam wau] :
wau lam ja ->3:37 22:61,31:29,35:13,57:6
wau shad da -> 18:18 bilwashiydi, 90:20,104:8 mmushadatun
intinya, tulisan perwakilan AjaranNya, hanya menggunakan satu bahasa yang mewakili pemahaman tulisan perkataan pokok AjaranNya, dan yang saat ini yang mewakilinya adalah dengan menggunakan bahasa indonesia.
terkait [kaf ba ra], akbar atau tulisan pokok ajaranNya
Allohu Akbar, -> [3] + yang memberi pemahaman Akbar.
7:40 wastakbaruw
perbuatan penulisan dengan menggunakan kemiripan tulisan dengan tulisan pokok ajaranNya[tulisan asli], seperti kitab fiqh, kitab tafsir, dst tanpa ada idzin pemahaman keilmuanNya, wakulla bid’atin dhalaltun.
leluhur sudah sejak dahulu mencontohkan yang baik, namun disepelekan karena membenci atau alergi perkataan yang terikat bahasa.
thasin 27:9-11
yang dimaksud “zhalama”27:11 itu seperti
tulisan “zhalam” yang tertulis berlisan latin yang mengikuti pengaruh bahasa perkataan yang tertulis pada 27:11
tsumma badala husnan -> menjelaskan pemahamannya->
hasan,husnan,ihasan[ha sin nun]:
nun wau ha -> nuwh : tiang AjaranNya
nun wau sin -> nisa-a : yang menjaga yang tiang AjaranNya
dan ingatlah!!!
semua pengabdian anda tidak akan dianggap dijalanNya, atau seluruhnya menjadi sia-sia, apabila tidak mengikat dengan pembawa AjaranNya saat ini.[surat102][13:29]
Juni 29, 2012 at 6:20 am
Penjelasan 501
5:01 bil’uquwdi
[ain qaf da]->rumus pemikiran, penyatuan pemahaman
ain qaf lam ->2:75,29:43,67:10
ain da lam ->5:8, 6:115,42:15
intinya : ketentuan melangkahkan pemikiran yang mencerahkan suatu pemahaman
al an’am[nun ain mim]
ain nun ba ->6:99,13:4,18:32 [a’nabin]
ain mim ra->2:96[yu’ammaru,yu’ammara],2:196[bil’umrati],15:72[la’amruka]
intinya : masa tayang buah pemikiran, pola pikir pada suatu perkataan
hajj,hujjah,hajat[ha ja ja]
ja ha da ->11:59,27:14 [->tulisan]
ja ha mim ->26:91,73:12 [->perkataan]
intinya -> menuliskan perkataan, yang menghimpun, membela kepentingan pemikiran pada pokok perkataan ajaranNya.
ja itu kendali yang melanjutkan mim.
jadi maksudnya 5:01, -> mau menulis tentang AjaranNya, ikuti ketentuan keilmuanNya ->
metode ini [ba ain-wau dha] atau keilmuan bersayap nyamuk 2:26,27
39:7,79:3
sudahlah, kalian lebih menyukai pemikiran dikehidupan secara “arab-saudi”. Resiko ditanggung anda secara kesendirian.
Juni 29, 2012 at 8:27 am
Dua Laut
surat43 : zukruf[za kaf-ra fa]
tulisan 1 : perkataan1 , pemahaman, perkataan2 : tulisan 2
IbraHiym : muwsa [haruwna, maryama] ‘iysa : muhammad
laut tulisan 1,perkataan 1 -> yang dilahirkan pemahamannya 18:109
laut tulisan 2,perkataan 2 -> yang melahirkan pemahamannya 31:27
terhubung dengan riwayat -> muhammad memiliki anak bernama ibraHiym, sepuluh[aain sya ra] mmin al KaHfi.
terhubung alif lam mim surat2:30-39
dijelaskan :
fa shad lam ->fashil :
shad lam wau[shalawti], shad fa fa[shaff]
43:51-56
fir’awna[fa ra-ain wau-nun] -> pengaruh bahasa dikehidupan atau terikat tabiat berbahasa arab saudi. Atau perkataan1[muwsa] dengan pengaruh pemahaman bahasa [Haruwna]20:25-30
jika mengartikan pemahaman AjaranNya itu yang benar, dan menggunakan istilah terkait perkataan ajaranNya juga harus dipertimbangkan dampaknya. Seperti kata “al islam”. Kalau kalian lekatkan sebagai identitas, kalian sendiri yang terkecoh pemahamannya alias menjadi tersesat. Masak dipaksa menempel pada KTP, nama golongan, nama negara, nama partai, nama kelompok. Tidak takut yaa dengan Pemilik AjaranNya!!!
hadits “jibril” yang diterjemahkan dengan “Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam?”
jawabannya : [rasululloh saw]
Al Islamu -> an tasyHada an Laa ilaha Illa Alloh , wa ana muhammadan rasululloh
kemudian dilanjutkan dengan
watuqiyma shalata…
an tasyHada -> pernyataan AjaranNya yang tertulis
an Laa ilaha Illa Alloh ->persatuan pemahaman laut1 dan laut2
wa ana muhammadan rasululloh->laut2 mewakili laut1
kemudian dilanjutkan dengan perkataan :
“apabila budak melahirkan tuannya”, itu maksudnya seperti pemahaman Laut2, yang melahirkan tuannya[pemahaman Laut1].
perkataan leluhur :
“orang islam itu diberi kebaikan malah membalas dengan kejahatan”
kalau anda membacanya dengan pemikiran kehidupan maka akan “mendidih”.
jika dengan keilmuanNya :
orang islam -> perbuatan perkataan
kebaikan penyajian berita [kha ya ra]->berbahasa keilmuanNya
kejahatan penyajian berita [sya ra ra]->berbahasa kehidupan
jadi intinya adalah :
sebuah anjuran, untuk mempertimbangkan penggunaan kata-perkata terkait tulisan perkataan pokok ajaranNya, agar tidak cenderung menyamaratakan dengan bahasa kehidupan.
padahal kalian memahami, islam itu bisa selamat, sejahtera, makmur, damai, yang berserah diri dan banyak kata yang baik lainnya yang bisa digunakan.
tapi?
tapi mengapa kau tak berubah, ada apa denganmu…
kutanya malam, dapatkah kau lihatnya perbedaan yang tlah terungkapkan,
tapi mengapa kau tak berubah, ada apa denganmu…
akhirnya aku bisa mengucapkan dengan lantang :
inna fatahna laka fat-han mmubynan
i assume you know the rest, sisa pemahamannya kalian pikirkan saja sendiri!!![31:28][55:24]
Juni 29, 2012 at 10:00 am
Siang dan malam
63:9
melanjutkan dua laut;
siang [nun Ha ra], malam[lam ya lam]->
tulisan1:perkataan 1,pemahaman,perkataan2 :tulisan2
dijelaskan dengan keilmuan kepemimpinan 12 huruf
7. Kha ->tulisan pokok
8. Fa->tulisan yang mengikuti tulisan pokok
9. Ba-> yang menggabungkan pemahaman tulisan keduanya
ba dijalankan dengan shalat [shad lam wau] :
wau lam ja ->3:37 22:61,31:29,35:13,57:6
wau shad da -> 18:18 bilwashiydi, 90:20,104:8 mmushadatun
tulisan1->nun Ha, -> Ha dengan wau ja -> wau Ha ja[5:48 waminHajan 78:13 waHHajan]
tulisan2->nun ra -> ra dengan ain ja ->ain ra ja [24:61 al ‘araji 70:3 al ma’ariji]
perkataan1->lam alif,pemahaman->ya[rasa] ta[cipta], perkataan2->alif lam
pagi sore
tulisan2-perkataan2[pagi->ba ka ra”bukratan”], perkataan2-pemahaman[sore->alif shad lam”ashila”]
tulisan1-perkataan1[pagi->ghain da wau”ghuduwwan”],perkataan1-pemahaman[sore->ain sya yaa”asiyyan”]
pemahaman-haruwn[ain sya yaa”asiyyan”], pemahaman-maryama[dha ha ya”dhuha”]
korelasi: 13:15 bilghuduwi wal ashali
*terbatas penjelasannya karena “saqar”, atau selebihnya dijelaskan melalui hubungan perwalian.
ha za ba -> al ahzab : penerapan pemberitaan AjaranNya
33:4 -> terkait dengan dampak yang sedang berlaku dikehidupan diluar sana terhadap kata “shalat”,”shawm”,”zakkat”,”hajji” “infaq”, “shadaqah” “adzan” “iqamat”, yang diterapkan pada perbuatan yang bukan pada jalan pelaksanaan yang sesungguhnya. Mereka mengada-adakan dusta, seperti “samiri”20:85
yang pokok pada jalan AjaranNya adalah perwalian. Tanpa adanya ikatan perwalian secara alhaqq al qadri, maka semua pengabdian yang anda lakukan adalah sia-sia, tidak bernilai sedikitpun dimataNya. Tidak ada paksaan bagi anda, silahkan menolak perintah, sekaligus menerima SiksaNya.
ragu?karena memakai terjemahan dari mereka?
ingat perkataan KeilmuanNya terkait ‘iysa ->
anak perempuan bermain dengan ular dan binatang buas, itulah maknanya.
63:1 ->mereka bilang memahami berita AjaranNya[larasululloh], padahal mereka hanyalah mengatakan “omong kosong”, alias pendusta belaka.
Juni 29, 2012 at 4:42 pm
360 derajat
tulisan narasumber berupa berita bermata pengetahuan
perkataan narasumber berupa pemikiran bermata pemahaman
tulisan dan perkataan memiliki suara, dan dilambangkan sebagai satu perbuatan dengan wau sin-wau sin atau yang diterjemahkan dengan kata “bisikan”.
[1]wau [narasumber berupa berita bermata pengetahuan] -> terkait pelaku, tempat
[2]sin-wau [tulisan dan perkataan] ->terikat waktu dan peristiwa
[3]sin [narasumber berupa pemikiran bermata pemahaman]->terkait pelaku,tempat
itulah siklus yang membentuk peradaban dikehidupan manusia. Sehingga disiasati dengan keberadaan tulisan perkataan pokok AjaranNya, agar roda-waktu dikehidupan ,tidak mempengaruhi atau membuat perubahan akibat perbuatan pengetahuan dan pemikiran manusianya.
contoh pada perbuatan;
apakah orang yang hidup dibumi indonesia pada tahun1928, bisa memilih kehidupan antara NII dan NKRI? Dan apakah pada tahun 1998, tulisan dan perkataan sejarah NII, dan NKRI, memiliki data pemberitaan yang akurat dan sama rasa-ciptanya? Yang pasti adalah saling bertolak belakang. Mengapa pada tahun 1928 kondisinya seperti bersatu? Karena musuhnya sama. Hanya 70 tahun saja sudah berbeda rasa-cipta yang begitu mengakar kuat pada sisi perjalanan pemberitaannya, padahal keduanya disatu wilayah yang sama. Hingga buku pegangannya pun menjadi berbeda pula.
dan bagaimana dengan buku pegangan AjaranNya, yang lebih dari ribuan tahun berlayar dengan lautan waktu yang panjang. Jelas berbeda dengan yang bernama tripitaka, weda, bibel ataupun buku pegangan keyakinan yang lainnya. mengapa?karena pemilik kehidupan yang memimpin tangan yang menjaganya dengan pasukan yang terus menerus, menjaga dan memelihara keberadaan buku pegangan AjaranNya. itulah yang membedakan tulisan dan perkataan terkait sejarah manusia, dengan yang terikat dengan sejarah AjaranNya. walaupun keduanya dikendalikan manusia, namun berbeda maksud dan tujuan pelaksanaannya.
[1] itu terdahulu [2] itu diantaranya [3] itu yang terkemudian.
[1][2][3] itu rabb[ra ba ba], [1][3] itu ilah[alif lam Ha]
atau dengan rabb yang mengatur dan menjaga tradisi “ilah”, sedangkan “ilah” yang menjalankan “rabb”. Mengapa? Karena [ra ba ba] itu hanya berupa lembaran tulisan dan perkataan AjaranNya.
intinya : 3:27 dan saqar…hehehehe
setiap manusia yang dilahirkan pasti mengawalinya dengan bayi, atau tidak membawa pengetahuan. Dan pada perjalanan waktu, bisa jadi manusia itu yang memimpin atau dipimpin pengetahuan. Dan yang mengikat pada kehidupan adalah pengetahuan.
mereka yang disana berteriak : kami beriman kepada KitabNya!!!
maka sudah pasti tidak, mereka hanya “taslim” atau tunduk pada tulisan dan perkataan ajaranNya[49:14], karena pengetahuannya sudah pasti ada yang memberikannya. Dan apakah pengetahuan yang mengikat pemahaman pemikirannya sudah sesuai? Sudah pasti tidak sesuai!!! Mengapa?7:40 itu menegaskan, pintu tidak terbuka jika dengan pengetahuan yang turun temurun, karena atas kendali “ilah” atau dari dan dengan manusia. Pintu itu dapat terbuka jika masuk kedalam rabb[ra ba ba] atau tulisan perkataan ajaranNya, yang kemudian akan dikawal oleh pasukan keilmuanNya.
itulah yang membedakan aku dengan kalian. sehingga aku tidak sulit untuk melepaskan nama “IbraHiym”, “Muhammad” dan lainnya. karena ilah itu pelaku tunggal, dan sangat dilarang untuk penokohan, atau figuritas atau kebendaan dan diberlakukan dijalan AjaranNya. yang diperbolehkan “ilahun wahidun” atau bukan orang atau golongan, namun tujuan pemahaman buku pegangan AjaranNya.[2:163]
dan mereka yang diluar sana, walaupun lantang berkata “Islam”, dan kitab sucinya, tetap saja tidak bisa bersatu. Karena apa? Ilahnya bukan tujuan pemahaman AjaranNya, melainkan dengan loket yang benama FPI, Muhamadiyah, NU, HTI dlsb. Sehingga mudah dilihat cara berpengetahuan yang mengekor siapa dengan ekor siapa.
perwalian dijalan AjaranNya haruslah dengan Al haqqi al qadri.
yang paling dekat dengan tujuan pemahaman buku pegangan AjaranNya, yang memiliki kuasa perwalian. Karena selalu diawali dengan satu pelaku. Akan tetapi pelaksanaannya, dilakukan dengan bersama. Dengan?
yang terdekat dengan “abu sufyan” adalah NII pihak abuqital, bukan NII KW9 ataupun NKRI. Namun pihak abuqital sudah ditegur seperti “ka’ab” pada perang tabuk, untuk merubah penamaannya, kok susah yaa. Dan untuk tunduk mengikuti jalan ajaranNya kok lambat yaa.
manusia mengabdi kepada manusia, itu yang terjadi pada ka’ab. Seharusnya manusia mengabdi kepada manusia atas dasar KehendakNya, yang memberikan awan perubahan dengan sifat apapun, bagaimanapun, dimanapun dan dilakukan dengan apapun jua.
aku menangis, mengingat leluhur yang berucap hampir seperti itu. Ianya seperti wajah bapaku.
dimatamu masih tersimpan selaksa peristiwa…
cara beliau dengan memaksimalkan perjuangan untuk menorehkan jejak kepada penerus ajaranNya, sangatlah tidak diragukan. Karena dengan pengetahuan Ajaran yang seadanya, yang melekat pada dirinya. Aku yang disini, memberi tanda jasa kehormatan AjaranNya kepada para pengabdi-sejati yang dilakukan dibumi ini.
Al fatihah5
dengan perkataan AjaranNya kami mengabdi, dengan wali ajaranNya menjalin persaudaraan dijalanNya.
aku menunggu kedatangan anda pihak abuqital, tanpa sepersenpun yang dibawa, dan utamakan keselamatan diri anda, karena itu yang lebih utama. Jangan sia-siakan pengorbanan anda selama ini karena pengetahuan yang dikendalikan dari manusia ke manusia, tanpa pemahaman keilmuanNya.
selamat menempuh hidup baru
Juni 29, 2012 at 11:02 pm
Badar dan tabuk
badar itu kaki perkataan, tabuk itu tangan tulisan.
dijelaskan menjelaskan dengan ja ba-ra lam atau jibril[2:97”lijibriyla”,2:98”wajibriyla” 66:4 “wajibriylu”] ->
[$$]seorang laki-laki,pakaiannya putih, rambutnya hitam.
[$]tidak ada tanda dari perjalanan yang jauh, namun tidak seorangpun dari [kami?] yang mengenalnya.
kemudian ia mendekati rasululloh saw,ia[jiberil] menyandarkan lututnya dengan nabi saw dan ia meletakkan kedua telapak tangannya pada kedua paha [beliau?]
kami ? aba abdirahmani-> abdullah bnu ‘umara, yang melanjutkan cerita[hadatsani] umaru bnu al kahththab.
*lihat saja deh tulisan aslinya[selain yang menggunakan huruf latin]
dipendekkan,digabungkan dan dijelaskan;
ada shahabat[maksud pemberitaan], ada musuh[tujuan pemberitaan]
[2:97]kalau anda tidak paham tujuan perkataan kitabNya, nanti AjaranNya yang akan memberi pengetahuan.yang memberi tujuan pemahaman untuk [meletakkan kedua telapak tangan pada ->+wa miykala
mendekati ?[rasululloh saw] dan menyandarkan lutut dengan ?[a[l]n-nabbiyya]
terkait 101:8
jangan menganggap ringan[meremehkan] tulisan perkataan AjaranNya, sehingga langkah pemikirannya menjadi berat, atau kosong pemahaman.
yang membuka perkataan :
…di antara kami telah muncul orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan tekun dalam menuntut ilmu, namun mereka menyakini bahwa tidak ada takdir, dan sesuatu itu terjadi begitu saja tanpa ada campur tangan takdir!”[an laa qadara,wal amri unufun]->
laa qadara itu seperti kata “lijibriyli,wajibriyla,wajibriylu” hanya diartikan dan dituliskan dengan perkataan “jibril”
qadara itu seperti eat -> makan, kemudian prosesnya diterapkan sebagai kebiasaan bahasa pada perkataan dikehidupan. Nah proses setelah qadara itu, yang disebutkan dengan istilah “badar”[ba da ra]
sudah dekat belum, dengan pemahaman “perang badar”?
memerangi perlakuan yang tidak wajar atau kurang ajaran atau bertindak sewenang-wenang dengan kebiasaan bahasa pada perkataan ajaranNya.
maa qadarulloh haqqa qadrihi[22:73,74]
apasaja/siapa saja yang mengendalikan perkataan AjaranNya, harus dengan ketentuan bahasaNya[keilmuanNya]
jika mengenal bahasaNya maka bisa memahami ->
lutut -> tulisan dan perkataan
telapak tangan -> yang membuka dan menggenggam pemikiran
paha -> tempat pemahaman
proses antara “paha dan telapak tangan” itu dengan kata “meletakkan, yang menggunakan [wau dha ain] atau yang diringankan oleh perbuatan mereka dengan perkataan wudh’u sebagai hal yang dikenal “mengambil air sebelum [?]? dan mereka secara pasti juga meringankan kata [shalat].
tahukah anda apakah shalat[shad lam wau] itu? Ianya keputusan yang anda ambil untuk mengikat pengabdian dijalan ajaranNya. dan sudah pasti didahului pertimbangan yang melekat suatu “pemahaman”. Nah itu yang disebut [wau dha ain] atau pertimbangan pemahaman.
sudah dekat belum dengan pemahaman “perang tabuk”?
jika “badri” itu memperkuat maksud perkataan atau landasan bahasa
dan “tabuk” itu memperkuat tujuan tulisan atau tiang-tiang landasan pemahaman
contoh : ka’ab bnu malik->kaf ain ba[ka’bah],
bnu malik->landasan bahasa->KitabNya, sehingga ka’ab bnu malik itu seperti mata-kaki yang berlandaskan [tulisan perkataan AjaranNya].
disuruh menceraikan istrinya? Karena menggunakan kata “islam” pada serikatnya atau negaranya. Karena apa? Karena mereka menganggap kata “darus salam” sebagai “negara islam. Padahal makna dari “darus salam” itu tempat berlakunya tulisan yang mencerahkan pemahaman ajaranNya[6:127] terikat sumbernya [10:25]”daris-salam”.->
“Bergembiralah kau atas hari ini! Inilah hari yang paling baik bagimu sejak kau dilahirkan oleh ibumu!”
“Apakah dari Allah ataukah dari engkau ya Rasulullah?” tanyaku sabar.
“Bukan dariku! Pengampunan itu datangnya dari Allah!” jawab Rasul saw.
9:118 ->ats-tsalatsati : tulisan, perkataan dan pemahaman.
sudah dekat yaa, pemahamannya. Jadi jangan berprasangka lagi dalam memahami maksud dan tujuan perkataan dijalan AjaranNya. dan jangan lupa, langit bumi itu ada pemilikNya.[5:4]
sudahkah pemahaman anda, kalian semua benar-benar lurus? Ataukah bengkok?
kan ada tukang Las, yang bisa meluruskan yang bengkok. Dan jangan ke tukang “fitnah[fa ta nun]”, karena yang lurus jadi bengkok, dan yang bengkok dimanfaatkan dengan dipajakin oleh “maling kondang” dengan istilah “infaq,shadaqah,zakkat” dst. Bahaya lho!!!dikutuk nanti!!![6:149]
Juni 30, 2012 at 12:49 am
Larutan kaki tiga
Kaf ->ketetapan : tulisan
lam ->aturan : landasan bahasa
ba->ketentuan : perkataan
atau yang diistilahkan juga dengan “sunnah khulafar-rasyidin”.[9:108]
terkait terjemahan mereka pada 9:118
“dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka”
lalu diperkuat dengan -> Yaitu Ka’ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi’. Mereka disalahkan karena tidak ikut berperang.
seharusnya, mereka memahami, didalam kata “orang” itu ada perbuatan. Dan perbuatan itu ditujukan bagi siapa? Yang pasti untuk pemahaman orang yang terikat dijalanNya, dan syaratnya harus bisa bernafas, tidak sedang dalam kondisi meninggal.
tsa itu lambang keteguhan.
tsa->[tha] :tulisan
lam->[mim] :landasan bahasa
tsa->[sin] :perkataan
landasan bahasa itu yaa tulisan, yaa perkataan
atau terkait surat26,27,28 untuk menjelaskan “mim” terdahulu dan yang “mim” yang terkemudian. Atau [1]“alif mim ta”, [2]“alif mim ta”.
tulisan yang terdahulu dan terkemudian diistilahkan “Hilal bin umayyah”.
perkataan yang terdahulu yang terkemudian diistilahkan “Mararah bin Rabi’”
sedangkan landasan bahasanya yang terkait keduanya diistilahkan “ka’ab bin malik”.
KeilmuanNya, selalu dilekatkan pada kisah, agar mudah dipahami secara perbuatan. Sementara kalian,bukan menjadikan ianya sebagai Petunjuk pemikiran, malah dipelintir sebagai kebanggaan yang semu, kosong pemahaman, tanpa keilmuanNya.
anda, seharusnya menggunakan 53:14 -> selami maksud perkataan ajaranNya, nanti ianya akan memberitahukan makna sesungguhnya pada perbuatan kisahnya.
karena aku menjadi tau, perbuatan yang melanggar “kaf lam ba”, atau tidak mengikuti ketetapan, aturan dan ketentuan yang berlaku dijalan ajaranNya, akan berpola dikehidupan nyata sama dengan yang terdapat pada kisah.
contoh jika berteguh hati dengan “kaf lam ba”,->
saat aku mengakhiri tulisan “selamat menempuh hidup baru”, ternyata yang dituju pada tulisan berikutnya yaitu …“Bergembiralah kau atas hari ini! Inilah hari yang paling baik bagimu sejak kau dilahirkan oleh ibumu!”…
dan diperkuat dengan jam 11:02, yang melanjutkan 11:01, dan terhubung dengan pemahaman 2:22,23, sebagai studi kasus, yang menentukan jarak pemahaman sudah dekat atau masih jauh.
dan ternyata seperti pada 53:57 atau sudah dekat.
fungsinya? Karena aku mengabdi kepadaNya hanya seorang diri saja, dan menjadi bekal melawan kedurhakaan dan tidak takut sama yang namanya “kebanyakan manusia”. Dan berguna untuk bekal dikelak kehidupan.
dan aku jadi bisa mengingatkan kepada kalian semua, bahwa dengan keberadaanku membuat seluruh pengabdian anda menjadi sia-sia.dan ikutilah 11:03,99:5
18082012
Juni 30, 2012 at 5:06 pm
tulisan akhir perjalanan
[1]indo-nusa dan [2]nusa-antara [3]In[e]donesia
aku gunakan seterusnya untuk sandaran maksud atau simbol perkataan bagi :
[1] landasan bahasa pokok [terkait tulisan perkataan kitabNya]
[2] landasan bahasa tunas [terkait tulisan perkataan waliNya]
[3] landasan bahasa ikatan, persatuan dari [1][2]
ditetapkan karena pengaruh pemahaman yang berlaku sangat kuat dan melekat diluar sana, mengisyaratkan bahwa bahasa bangsa AjaranNya adalah bahasa bangsa arab-saudi. Dan perbuatan anggapan yang demikian adalah kesalahan pemahaman yang besar.
dan untuk memperlihatkan perbuatan terjemah “maling kondang” yang merusak maksud dan tujuan AjaranNya, diperlihatkan bukti kerusakannya.
{&} ->
aku bertanya kepada sahal bin hunaif :
apakah engkau pernah mendengar Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda tentang khawarij?
ia menjawab, aku mendengar beliau bersabda –sambil beliau arahkan tangannya menuju irak-
dari sanalah muncul sekelompok kaum yang membaca al quran tidak melebihi kerongkongan mereka, mereka keluar dari islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.
dilihat sekilas, seperti bentuk dasar pemahaman yang bernilai sesuai. Dilihat kenyataannya, banyak pihak yang menggunakan kata “khawarij” untuk tindakan saling mencoreng, saling menuding dan menyalahkan tanpa keilmuanNya.
mari bahas bersama;
dasar pemahaman dengan 5:41 ->112:3,99:5, 25:22,30,33,53, 68:15,107:2
[*3]al quran,[qaf ra alif] ->
[*1]ra qaf wau ->5 kata
[*2]ra alif yaa ->331 kata
menjelaskan {&}
bahan pertanyaan :
khawarij?irak?
membaca al quran? Tidak melebihi kerongkongan?mereka keluar dari islam…sebagaimana anak panah keluar dari busurnya?
translasi tulisan ->yaqrauwna al qurana -> satu akar kata yaitu [qaf ra alif]
tulisan pada 112:3 jika berpindah suara secara tulisan-visual maka menjadi “lam yalid walam yuwlad”[*5] dan apabila dilanjutkan dengan pengucapan perkataan atau tulisan verbal, maka seperti melanjutkan tulisan visual, ‘lam yalid walam yuwlad’[*8]
proses [*5] itu atau yang di sebut ain ra qaf atau ‘iraqi
proses [*8] itu atau yang disebut kha ra ja atau al khawariji
proses [*5] dan [*8] ->atau tidak melebihi kerongkongan “laa khawizu taraaqiyaHum”[ra qaf wau]->[*1]75:26
dan [*5] itu translasi tulisan-visual yang disebut juga sebagai “mmahjuwran” pada 25:22,53 dan yang “hijran”25:22 itu tertuju pada tulisan aslinya yang terdapat pada 112:3
apa maksudnya tidak melebihi kerongkongan? Ianya “masih seputar wilayah pokok tulisan dan perkataan ajaranNya” atau masih berada pada [1]
mereka keluar dari islam? Seharusnya diterjemahkan dengan;
yamraquwna[ra qaf wau]->[*1], min al islami[sin lam mim]->perbuatan dijalan [1]
yang disitilahkan dengan perkataan “sebagamana anak panah keluar dari busurnya”. Atau muruwqa [ra qaf wau] as-saHmi”sin Hamim”[->alkhawariji] min ar-rammiyyan”ra mim ya”[->‘iraqi].
dan yang dimaksud dua lautan atau al-bahrayni pada 22:53 contohnya seperti -> tulisan asli pada 112:3 dengan “lam yalid walam yuwlad, atau disederhanakan dengan tulisan asli dengan translasi tulisan-visual atau khuruj”kha ra ja” [yang dikeluarkan atau yang diproses dari sumber]
sebenarnya, “hadits {&}” tersebut adalah pelajaran untuk mengenal perubahan bentuk tulisan secara visual maupun verbal yang masih terikat dengan landasan bahasa pokok atau [1]. Dan sekaligus untuk menjelaskan maksud dari 75:26”at-taraqi”,27”raqin” yang terhubung dengan akar kata [ra qaf wau] yang terkait sebagai dasar pembentuk kata “al quran[qaf ra nun]”
kondisi penerapan {&} diluar sana sama seperti pemahaman pada 18:93
translasi ganda secara visual atau perpindahan suara dengan tulisan-makna atau mmaHjuwran[Ha ja ra] 25:30, contohnya seperti “at-taraqi” -> kerongkongan. Proses ini [*2] atau ra alif ya atau yang saling melihat atau yang diperlihatkan atau yang ditampakan maksud dasarnya dengan [2] atau dengan landasan bahasa tunas.
[ra alif yaa] batasannya adalah cara menuliskannya jangan menyamakan dengan ‘iraq atau yang terdapat pada pemahaman 2:264, 4:38 “riaa-a”, contohnya TK shirathal mustaqim, Bengkel Las Listrik Barakah. Atau yaqrauwna al qurana -> jangan menulisnya dengan terjemah “membaca al quran” , namun seharusnya ditulis “membaca pengetahuan AjaranNya[atau buku ikatan ajaranNya]”
jadi yang sebenarnya dimaksud dan dituju dari kata “al quran” itu adalah [3] atau yang dituliskan dengan landasan bahasa ikatan, persatuan dari [1][2]
atau ‘ala yaasin habibillah.
sehingga bisa dijelaskan bahwa [1] itu thaha, [2] itu yaasin, yang satu pembawaan dalam “sin lam mim” atau
[1]al islami 3:85 “al islami diynan”
[2]al islama 5:3”al islama diynan”,61:7”ila al islami”
[3]al islamu 3:19 “’inda Allohi al islamu”
jadi, sudah jelas yaa tentang perkataan pada tulisan yang lalu,-> dengan keberadaanku menyebabkan pengabdian kalian semu atau menjadikan sia-sia tanpa arti, atau tidak ada nilai sedikitpun dimataNya.
Juni 30, 2012 at 5:56 pm
Nusa bangsa
jati-diri ajaranNya dalam kehidupan kemasyarakatan disebut leluhur dengan nusa bangsa.
indo itu pintu suara tujuh atau sumber penciptaan.
indo nusa -> sumber penciptaan jati diri ajaranNya.
dan sayup terdengar ki santang bersuara :
sudahlah ki-ain syaqaw, istirahatlah, dengarkan lagu ini
dara jangan kau bersedih, ku tahu kau lelah
tepiskan keruh dunya
biarkanlah mereka, birakan mereka[28:54][59:10][54:16]
Juli 1, 2012 at 9:22 am
Koplak
Juli 1, 2012 at 4:10 pm
Catatan si boy ke7
4bibabu[tulisan/bani adam], ha[3petunjuk /muwsa3petunjuk ‘iysa], 4sisasu[perkataan/ibrahim/bani israil]
3:112
4bibabu[tulisan/bani tamim], ha[3petunjuk pemikiran/muwsa3petunjuk keilmuan ‘iysa], 4sisasu[perkataan/muhammad/ummati]
*up -> update pembendaharaan pengetahuan
apakah yang membedakan bahasa yang berlaku dijalan AjaranNya[*] dengan bahasa yang berlaku dikehidupan[%]?
jika [*] tradisi pengetahuan mengikuti bahasa,
dan jika [%]bahasa mengikuti tradisi pengetahuan.
al haqqi 66:6, al qadri 12:6
2:29
10 nun [->wau] ra : tha ra qaf [14:1,2 nun wau ra]
11 [alif->
40:4 ba lam da -> 35:1,20{langit 2:96[lam da ya]9:1 bumi 29:14[lam da nun]9:20} langit* | 8:9,36{langit 32:5[lam ba ba]8:65 bumi 22:47[lam ba tsa]8:66} bumi*
67:3,
terkait pengetahuan pada “hadits 7 huruf” tentang surat8 dan surat9
dilampirkan pula tentang perjalanan surat8 atau “80” pada tabuk,diakhir tulisan
89:1-4
[^]14:4 qaf wau mim : tempat dan pelaku [mim]|[ha : turun]|[nun]2:93
[^^]36:31 qa ra nun : waktu dan peristiwa [sya 2:60 : turun-naik]|[ja]|[ ra-Ha]
[^^^]69:4 qa ra ain : nusa-bangsa dan bahasa [sin]|[ja]2:143|[ba : naik]
surat70[dalil]->turun naik 25:10,45
surat89[hujjah]->proses turun 6:82,83
surat1,surat78[burhan]->proses naik 4:173,174
57:4,71:15,23:113
[sin ta ta][ya wau mim] -> 6 kejadian
25:59langit*|7:54langit 32:4bumi | ->57:4
[sin ja lam]21:104 as-sijjili,”11:82 langit*->15:74langit,105:4bumi”
[sin da ra]53:16sidrata “53:14 bumi*->34:15,16langit 56:26-28 bumi]
ra kaf ain[ruku’] -> 2,3,4 [35:1]
raka’at[kaf ra mim] 96:3 langit* -> 36:27langit 51:24bumi | 12:21 bumi*->23:116langit, 82:6bumi
raka’at[kaf ain ba] langit* 5:6langit 5:95bumi, bumi*78:33langit, 5:97bumi->
[kaf ain ba] 2:98 langit*,21:98 bumi* dan terkait hadits tentang shalat mayat[mim wau ta],
-> 9 ba [qaf 2,144,10:87 qiblatan {ba lam70:5,6,7} qaf 6:111,18:55“qubulan”]
Pagi-pagi, Rasulullah saw. memasuki kota Madinah[mim da-ya nun]. Sudah menjadi kebiasaan, kalau beliau kembali dari suatu perjalanan, pertama masuk ke masjid dan shalat dua rakaat. Demikian pula usai dari Tabuk, selesai shalat beliau kemudian duduk melayani tamu-tamunya. Lantas, berdatanganlah orang-orang yang tidak ikut perang Tabuk dengan membawa alasan masing-masing diselingi sumpah palsu untuk menguatkan alasan mereka. Jumlah mereka kira-kira delapan puluhan orang.
penjelasan lanjutan :
ha mim 40:4
pelaksanaan keilmuan 7 langit yang pertama,2:255pelaksanaannya lihat perjalanan 89:1-4 up
terkait dengan 3 bentuk kata “ular”,
2:255
[^]5:95 [^^]20:20 “hayatun”[ha ya ya], [^^^]7:107 su’banun [tsa ‘ain ba]
3:1,2
[^]tha sin mim 26:33 su’banun [tsa ‘ain ba]
[^^]tha sin 27:10 jannun[ja nun nun]
[^^^]tha sin mim 28:31 jannun[ja nun nun]
sujud itu dua kali, dengan landasan bahasa pokok[^], dan landasan bahasa tunas[^^]
duduk diantara dua sujud itu dengan landasan bahasa pegangan[^^^].
atau 1 ruku’ disetiap 1 raka’at,
fa ->tahiiyyat[ha ya ya]->
mim->tahiyyat awal mengikuti [^^]atau sya->tahiyyat akhir[^^^]
atau 1tahiyyat disetiap 2 raka’at
sya ra qaf : 2 rakaa’t [^^]+[^^^]2:255
ghain ra ba : 3 raka’at [^^]+[^^^]3:1,2
3:80->36:80
kode cicak 1,5[3],5[4];
yang utama itu hanya satu, yaitu landasan pokok,[28:33,34,35]
yang mengikuti utama itu dua, yaitu landasan tunas[terdahulu] dan landasan pegangan[terkemudian]11:3
terdahulu dan terkemudian -> bahasa kayu, yang pokok -> bahasa pohon disatukan dengan [sya ja ra]. Terkait bahasa kayu, dan bahasa pohon 6:142,143,144 39:6
atau bahasa kayu itu domba[pakaian perkataan] dan kambing[gembala perkataan], bahasa pohon itu onta[kendaraan tulisan awal] dan *lembu[kendaraan tulisan akhir atau yang mengikuti awal].
*lembu yang termaksud itu paduan antara sapi dan kerbau,
dan pelaksanaan penulisan *lembu terbagi menjadi 3 yang mengikat “bahasa kayu” :
16:8 kuda[kendaraan pemikiran], *zebra[corak/perhiasan pemikiran], keledai[pemikul beban pemikiran]
*zebra yang tertulis dengan al baghala[ba ghain lam]
terkait dhuha,qashar, qadha’, jam’a,istikharah, ->
dan dipersingkat saja :
*langit itu ‘ilmu[ain mim lam], *bumi itu[‘amal]
yang kalian lakukan dengan nama “shalat 5 waktu” atau semacamnya, karena tidak memahami bahasa kayu, akibatnya sia-sia saja perbuatannya. Mengapa? Karena bumi itu harus diawali dengan langit. Atau tidak ada ‘amalu tanpa didahului ‘ilmu. 43:58, 85:4,5 21:98
111:4,11:54,6:48
Alloh pada kitabNya, itu peruntukkan bagi tulisan perkataan ajaranNya. jika anda, atau kalian dibumi, atau dikehidupan, silahkan menyebut dengan apa saja yang terbaik 17:110 semisal yang memberi karunia, yang memberi kekuatan, yang menyempurnakan kehidupan, dengan segala bahasa apapun, pasti dikenali keberadaan perkataannya yang tertuju kepadaNya.[6:91][79:21][58:7]
5:41 41:5 6:93 -> kalian itu hanyalah mengikuti tradisi tanpa keilmuanNya, yang disetir pengetahuan yang dari pemuka kalian dimasa lalu. [ka fa ra] kalian pukul rata maknanya, dan kalian patenkan dengan perbuatan tudingan yang bersuara “kafir”. Masih ingat hadits ad-dajjal dan [kaf fa ra]?
*langit, *bumi itu alif mim nun, karena berjalan dalam satu pelaksanaan maka disebut dengan da ja lam yang tertulis d[d][j]jal. Yang didalamnya *bumi itu yang disebut [kaf fa ra]. Karena diciptakan dengan bahasa kayu, atau bahasa kehidupan, yang terdahulu dan terkemudian, sehingga dikatakan bermata dua atau yang terdapat pada surat90:7-10
mengapa ad-dajjal bermata satu? Yaa kerena “shalat mayyit”, tanpa sujud[tulisan dan perkataan] tanpa ruku’[pemahaman pengetahuan] atau saat utusannya dihadirkan kalian hanya boleh mengikuti saja, tidak diperkenankan menulis sesuatu apapun terkait ajaranNya apabila tidak ada adzin dari kuasaNya.[8:11][81:1][8:24]
*surat8 dan surat9 itu khusus diperuntukan bagi utusan yang dihadirkanNya atau yang terkemudian.[8:37]
dan aku tutup dengan 22:48,8:42
cicak sebelas : dekat 6,5 jauh 5,6 atau yang dekat dengan keilmuanNya, yang memimpin kendali pelaksanaan dijalan AjaranNya.[8:60]”tunfiquw”[nun fa qaf] : kemauan untuk mengikat diri, tekad untuk berkorban.[8:70]mau berubah untuk menjadi lebih baik[8:75][surat99]
Juli 1, 2012 at 5:15 pm
Emas dan perak
manusia sudah diberi emas, jangan malah dikembalikan lagi ke yang memberi. Itu sama saja dengan perbuatan yang sombong. Tulisan AjaranNya itu sumber pemagaman “emas”, yang harus diolah menjadi perniagaan. Sehingga bisa membuat wadah pemersatu yang patuh atau koplak atau yang mengikuti Kalimat perintahNya. Jika anti-koplak maka sudah pasti wadahnya pecah belah, karena emas yang diberikan ditolak, dan tidak mampu membeli perak, akhirnya memakai mbeling. Sehingga mereka berdoa aja susah, pake bahasa arab saudi yang mereka sendiri susah menghapalnya. Dan emas yang diberikan malah dihambur-hamburkan dengan perkataan tanpa makna. Mereka menyangka akan mendapat pengampunan atau kebagusan pekerti dari ucapan bergaya arab saudi. Maaf saja perbuatan yang seperti itu, Cuma bikin malu, bicara tapi tidak mengerti apa yang dibicarakan.[3:91]
contohnya, mereka alergi dengan “komunis” yang katanya anti tuhan. Padahal itu realita yang baik, jika dikehidupan nyata saling tolong menolong, tidak klenik. Berbeda dengan orang yang mencuri kata “islam” atau yang menggunakan nama “kristen, katolik, hindu, buda”, yang hanya omong besar, tidak peduli rakyat jelata, lebih suka saling menghasut. Dan mereka lebih jahat perbuatannya dari komunis. Selain tidak berpegang teguh dengan tali perkataan AjaranNya, mereka membuat propaganda pengabdian. Atau merasa berhak mewakili kuasa ajaranNya, namun mencoreng perkataan AjaranNya.
kasihan kalian, menyangka berbuat baik, malah yang melekat adalah perbuatan yang paling buruk, yang paling berat sangsinya kelak. Leluhur, yang mengerti KitabNya, tidak perlu repot-repot membuat istilah “aqidah islamiyah”, karena memang dilarang menggunakan kata-perkata yang menandingi suara tulisan pokok ajaranNya. Persatuan digapai cukup dengan perbuatan yang nyata, yang menyatu dengan pemahaman keilmuanNya, dan ditawarkan kepada yang sesamanya untuk bekal pengabdian bersama dijalan AjaranNya. selamat yang dua kali, saat hidup dan saat melepaskan kehidupan.[3:20]
mereka itu sombongnya minta ampun, menyangka bisa mengatur manusia, dengan membuat peraturan, melarang minuman keras, berzina, mencuri, membunuh. Tapi apa bisa hilang perbuatan itu? Tidak!!! karena manusia bukanlah pengatur kehidupan. Kalau mau melihat jelas Pengatur yang sesungguhnya, tunggulah hari besar dimana “kepemilikan hati” diambil langsung dengan kekuatanNya.Sebagai penjelasan 99:7,8
kalian itu tidak memahami perkataan AjaranNya, tapi bertindak seperti yang paling tahu saja!!!
Juli 1, 2012 at 6:25 pm
Dua batu ujian
12 : 5 ->7
apakah kalian paham mengapa diberikan dua tulisan yang hampir memiliki kesamaan, namun tidak sama? Kalian menyebut KitabNya dengan “al quran”, padahal yang melahirkan adalah yang mereka sebut “hadits shahih”. Kedua batu itu sekilas mirip dengan bahasa kayu, atau bahasa kehidupan.[41:44]
mengapa prosesnya dibalik, yang dilahirkan malah menjadi yang pokok? Karena leluhur mengetahui, memahami, bahwa manusia itu berubah secara tradisi pengetahuan yang impact kepada bahasa. Dan ini membahayakan. Karena peninggalan AjaranNya hanya berupa perkataan dalam tulisan. Dan sangat tergantung dengan pelaku yang menyuarakannya. Dan hasilnya telah terbukti, tulisan yang sama sumbernya namun perbuatannya mengikuti selera para pelakunya. Berpecah belah, saling menghasut, saling menghina, saling bodoh membodohi, padahal semuanya dari mereka adalah idiot!!!
bagaimana leluhur yang pernah bermukim dibumi ini, apakah tidak pernah mengingatkan? Dalam dharmagandul disebutkan untuk berhati-hati dengan kitab arab. Mengapa penulisanya berani mengatakan demikian. Karena cara penuturannya dalam bahasa kayu, dan bertindak untuk keselamatan generasi kedepan. Dan leluhur yang memahami AjaranNya, sudah pasti memiliki pertanggungjawaban yang besar, untuk menjaga keutuhan dan kemurnian pengetahuan pokok AjaranNya. leluhur menyadari betul bahwa diluar sana banyak yang menggunakan gaya bahasa arab yang berlaku dikehidupan. Sehingga menyelewengkan pemahaman tentang [shad lam wau] atau shalat.
mengapa yang mereka katakan “hadits shahih” itu seperti bergaya arab? Padahal mereka mengetahui banyak kata didalamnya,yang mereka sendiri menyadari bahwa bukanlah merupakan tulisan perkataan yang dapat dimengerti dengan bahasa arab saudi. Karena perkataan itu seperti bumper, atau pendamping pemahaman yang pokok, tidak bisa ditembus tanpa kekuatanNya dariNya terhadapNya.
taraka diartikan turki, ‘iraqi diartikan irak, al bahrayni diartikan bahrain,yamaini diartikan yaman, bibashrah diartikan basrah, dst dan apakah ribuan tahun yang lalu sudah ada negeri yang mereka artikan itu?memangnya mereka merdeka, atau mendapat pengakuan hidup berbangsa mulai kapan?[76:1]
kalau tidak mampu memahami, biarkan saja tanpa perlu ditranslasikan dengan makna yang ganda, berbahaya!!! Kalian hanya memperolok-olok bahasa AjaranNya. digunakan untuk hal yang tidak baik, sangat melanggar dan sangat merusak!!!
seperti 2:255 kata “llahu”, mereka tidak sanggup menetapkan mana yang bisa digunakan, yang lamnya satu atau dua. Sehingga yang beredar berbeda tulisannya, ada yang “llahu”, ada yang “lahu”. Yang seperti ini saja dibiarkan, lantas mengapa, dan kenapa masih saja lantang teriak meninggikan kalimatNya? Bagaimana bisa tinggi, paham saja tidak. yang kalian tinggikan itu kepentingan kelompok yang melahirkan pengabdian, bukan meninggikan kalimat yang sesungguhNya. Anda berbohong sama manusia, tidak masalah[karena sama-sama durhaka], tapi anda berbohong dengan mengatasnamakan KalimatNya, lihatlah apa yang akan kalian dapatkan kelak.[67:18]
Juli 1, 2012 at 6:50 pm
Dongeng jaman dahulu
begitulah kalian menyikapi perkataan ajaranNya. kalian selalu hubungkan dengan pemahaman yang terdapat pada kitabNya. anda diberi emas, malah dilempar kemasa lalu, dan diacuhkan sebagai dongeng sebelum dipermak ceritanya hingga menjadikan yang menyuarakan seperti “maling kondang”.
yuwsufu[ya-wau sin fa], atau makna yang melekat pada tulisan pokok ajaranNya.
aku menuliskan kembali tentang 2:255 terkait kata llahu, karena diberi tanda 12:15,karena dahulu setahun yang sebelumnya, aku sudah menyuarakannya, di daerah ini juga. Saat itu aku masih bayi.
Dan yang sudah pasti menurut anda itu adalah “dongeng jaman dahulu”.[68:15,16]
banyak perbuatan tikus diluar sana, yang menggerogoti “lumbung pemahaman”, “sawah pengetahuan”, merusak lembaran yang dimuliakan. Tunggulah saat pembalasan tiba!!![7:66][surat107]
Juli 1, 2012 at 7:04 pm
Khusus
pihak yang termaksud adalah yang menguasai blog ini.
aku diberi tanda 29:31-35 dan itu seperti “tabuk”, dan seperti anda yang termaksud.
aku pamit.[24:24][2,3]
Juli 1, 2012 at 9:15 pm
akhirnya selesai juga pendidikannya…menutup dengan melintasi perjalan tulisan tanpa henti “balung hitam”, “abd khr”, dlsb dst, saat lucu-lucunya dahulu..hahahaha..
dan tidak usah emosi, buat apa aku merampas sesuatu yang kalian khawatirkan akan hilang, nanti juga akan hilang dengan sendirinya…sudah bukan lagi waktunya untuk mengelak dari ketetapanNya…dan aku sudah menyampaikannya semuanya..
Juli 1, 2012 at 11:00 pm
Lucu juga sih
inget dahulu, saat belum mengenal kitabNya. trus dah deket dengan tradisi bulan puasa. Menghipnotis banget. Sampe-sampe, dibilang, kalo mau buka harus mengucapkan doanya dahulu, kalo tidak, maka kagak bakalan ketrime tuh pahalanya. Kalo dipikir, songong juga tuh tradisi, ngajarin yang kagak bener. Emangnya yanga namanya manusia bise ngeliat waktu diterime tuh ucapan. Kan hatinye orang kagak keliatan. Dialog by oji anak emak
doanya saat itu : allohuma laka shuwmtu, wabika amantu, wa ‘ala rizqiKa aftartu birahmatika yaa ar-rahman yaa ar-rahiym
kalo diliat terjemahannye, kliatannye sih pas bener waktu itu. Maklum kagak ngerti bahasa sono. Btw emangnye puase itu apa sih yee? Ape bener nyang dilakonin orang-orang sejak dulunye begituan. Ayo bang oji jelasin dong maksute apaan tuh?
4:16
pembalasan yang terjadi pada pemikiran apa?bisa pemahaman, bisa pengetahuan.
alif ja ra, itu yang mereka sebut dengan “pahala”. Dan banyak orang mengigau dengan arti yang melekat pada terjemahnya. Sehingga perbuatannya tidak realistis akibat dampak tradisi yang melekat pada kehidupan.
apakah mungkin pemahaman atau pengetahuan dapat diperoleh tanpa proses berpikir? Sudah jelas tidak. alif ja ra dalam action “ajrun” pada 95:6
sedangkan doa yang merka maksud berasal dari “da wau ain”, atau seruan yang berada pada proses pemikiran. Bisa seperti tanya jawab tentang pengetahuan, yang didalamnya terdapat perbuatan seperti : mohon dijelaskan dong, coba kamu lihat di lembaran sebelumnya yang terdapat keterangan dari waliNya[memanggil pengetahuan lain]. Dan itulah maksud dari da wau ain.
nah, kalo yang “AlloHuma”, itu berkas-berkas ajaranNya, atau lembaran penting secara perkataan maupun tulisan yang harus menjadi landasan pengetahuan dijalan ajaranNya jika ditambahkan kata “laka shuwmtu wabika amantu”. Wa ‘ala rizqika aftartu -> itulah dasar landasan yang harus digali, dicari tau maksud pemahamannya. Kata aftartu itu “fa ta ra” terdapat pada 5:19,21:20. Dan khusus pada 43:75 itu dibacanya dari 70 sampai 80, karena itu proses menggali perhiasan pada landasan dasar AjaranNya yang mengalami transisi pengetahuan secara bahasa. Namun karena mereka menterjemahkannya sembarangan, jadi yaa tetaplah mereka idiot. Tahu tidak idiot itu apa? Menyukai yang mudah dan cepat tersaji saja, sehingga polanya ikut-ikutan, dan sehabis itu sikut-sikutan.
2:183 -> bagaimana mungkin mereka tahu kalo “shiyyama” itu perbuatan untuk puasa seperti tradisi mereka, sedang mereka sendiri hanya menjadi kasir perkataan dari nenek moyangnya.
shad wau mim -> mengikat dengan pengendalian yang telah ditetapkan dijalan AjaranNya, bisa dengan yaa, bisa dengan wau. wau sudah dijelaskan sebelumnya pada kata “laka shuwmtu”, ya itu pelaku yang menerangkannya, atau yang menjadi tutor pengetahuan atau perwalian AjaranNya.
kalo yang 2:185 itu khusus untuk “spesial man” yang dihadirkan dijalan AjaranNya, atau istilahnya syaHru ramadhan. Kasihan juga sih mereka, tapi kenapa masih juga pada “oon” yaa? Tau apa itu oon? Sudah tau tradisi yang digunakan gak bener tetap diikuti!!!
Ibnu Umar lalu berkata, “Jika kalian berjumpa dengan mereka maka katakanlah bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka juga berlepas diri dariku. Dan demi Dzat yang Abdullah bin Umar bersumpah atas nama-Nya, sekiranya mereka memiliki emas sebesar gunung uhud[uhudin dzaHabin], lalu mereka menginfakkannya[fa-anfaqahu], maka Allah tidak akan menerimanya hingga mereka beriman dengan takdir[hatta yuwmina biqadari].->sebagai penjelasan 3:91
kafaruw, itu perbuatan yang mengikat pada tradisi pengetahuan dikehidupan, yang terhubung dengan pemahaman ajaran tanpa ikatan perwalian ilmu yang jelas, atau istilahnya ingkar ikatan atau barusan diberi tahu ianya seperti perbuatan 61:2,3 _> karena mereka memakai kitab kehidupan berbahasa arab-saudi seperti kitab tapsir, kitab pikih dengan segala macam keilmuan, padahal dilarang dijalan ajaaranNya. dampaknya atau murkanya yaa seperti tersiksa dengan kegiatan “puasa”, doa-doa yang tidak dipahami makna sesunggunya, dan banyak sekali siksa perbuatannya. Karena apa? Mereka sendiri yang meminta, mereka sendiri yang melakukan kesalahan fatal.
padahal pada 43:81, sudah ditegaskan, segala KeilmuanNya yang akan terpancar, harus dimulai dari lembarannya sendiri, yang mencari kandidat penerus dengan membandingkan siapa yang paling cinta dengan tulisan perkataan ajaranNya.
dan selamat menikmati siksa selanjutnya, kedatangan maut yang tidak dapat ditolak keberadaannya. Dan aku sudah selesai, tidak mau diganggu lagi dengan harus menjaga mereka yang idiot, oon, pekok. Tau apa itu pekok? Pemikirannya bengkok.[31:10]
Juli 2, 2012 at 2:37 pm
Nyamuk dan lalat
[mim tsa lam] : yang mengendalikan kata menjadi sesuatu yang mengarahkan, atau yang menjelaskan maksud dalam menyampaikan tujuan perkataan. Yang disebut juga dengan kata perumpamaan. Disetiap perkataan selalu terdapat maksud dan tujuan, sekecil apapun bentuknya.
apa itu [ta ba kaf]? Ta-> tulisan, ba=maksud dan tujuan, Kaf->perkataan
bi->membawa, bu->menyampaikan
yawma tabuk? Ya->langit, ma->bumi, wa->yang saling mengikat.
langit?[sin mim wau] ->tempat[penyatu jalan berita] yang mengikat kendali
bumi?[alif ra dha]-> tempat[penyatu maksud dan tujuan] yang menerangkan/menjelaskan berita
halo halo bandung ibu-kota peri-angan/ kota kenang-kenangan
sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
sekarang telah menjadi lautan api, mari bung rebut kembali.
tabuk dipresentasikan sebagai “ban-dun[g]” dengan cara “nyamuk” dan “lalat”.
[ba ain-wau dha]nyamuk _> cara mendelegasikan suatu jalan berita dengan terbang dan “menghisap darah” dikehidupan.
[dza ba ba]lalat _>cara mendelegasikan maksud dan tujuan dengan membawa[terbang] dan menyampaikan[hinggap] kedalam suatu bentuk berita dikehidupan.
rumah12
—————————————
alif : pondasi,atap
lam : dinding, pintu, jendela
mim : lantai, area-jangkauan
shad : wilayah dalam dan luar
sya : denah dan lokasi
qaf : fungsi dan kegunaan
—————————————
kha lam [qaf]: yang memiliki
[qaf]fa lam [qaf]: yang akan meneruskan
[qaf] ba lam [qaf]: silsilah keluarga
[tha] ra qaf : pelaku dan tempat
[sin] ba lam : waktu dan peristiwa
shad [ra] tha : jati keluarga
—————————————
sesuatu bercitra buruk menjelaskan yang baik, itulah nyamuk dan lalat. Dan itu ditujukan kepada makhluk yang diciptakanNya. Atau dengan kata lain, dapat disebut bahwa manusia itu KOTOR tak bernilai sedikitpun dimataNya. Hatta, manusia sadar bahwa ianya diciptakan untuk membersihkan diri, dengan perangkat AjaranNya.
lalat dan seekor lalat jelas berbeda. Nyamuk dan seekor nyamuk jelas berlainan. Lalat dan nyamuk berbeda dan berlainan. Nyamuk meninggalkan tanda berupa gigitan rasa ditubuh dengan darah yang dihisapnya. Sedangkan lalat meninggalkan tanda berupa gigitan rasa dipemikiran dengan makanan, minuman yang dihinggapinya.
nyamuk memberitahukan dengan darah bahasa yang dihisapnya, lalat memberitakan dengan makanan dan minuman pemahaman yang dihinggapinya.
Atau fashali lirabbika wanHar. [ciptakanlah pengetahuan bagi bangsa AjaranNya, dan gulirkan pemikiran dengan ekstra kerja-keras hingga terbentuk pemahaman yang bermakna]
Inna syani-aka Huwa Al abtaru.[suatu kepastian langkah yang memotivasi perkataan AjaranNya dengan menyambung lidah rakyat tulisan AjaranNya]
sebagai pelaksanaan maksud dan tujuan pada [65:1] dari 108:2,3 14:48 39:7 68:9
dan mereka diluar sana, surat yang pendek saja tidak bisa menerjemahkan pemikirannya, bagaimana bisa bersumpah sebagai yang mewakili suara AjaaranNya!!!
al ankabut[nun kaf ba]
perkataan yang mengikuti selera pengetahuan manusia, yang dilandasi citra dan pencitraan dari pelaku perkataan. Status sosial, gelar kehidupan, menjadi magnet tersendiri dalam pelaksanaannya. Dan sudah pasti maksud dan tujuannya adalah dari manusia untuk manusianya sendiri. Yang dipuji pemukanya, dan segala tulisan dan perkataan yang melandasi citra perbuatannya. Sehingga menjadi tempat bersarangnya pengetahuan tak berguna bagi maksud dan tujuan dijalan AjaranNya.[28:49,50]
KaHayaainshad atau 74:19 yang berada diantara thaha dan yaasin
biarlah seekor lalat yang akan mengambil maksud dan tujuan perkataan dibawah ini;
garuda pancasila[yang mencengkram kuat perniagaan perkataan], akulah pendukungmu
patriot proklamasi[pejuang pembuka sumpah perkataan], sedia berkorban untukmu
rakyatnya[tulisan] adil makmur sentosa, pribadi bangsamu[perkataan ajaranNya]
ayo maju-maju, ayo maju maju, ayo maju maju
mim->kendali, ja->pelaksana
digabung : mengajak berpikir kedepan dengan 3 kali proses.
dan diluar sana, ada yang membenci dan ada yang keplintir otaknya hingga menyembah perkataannya sebagai berhala kehidupan.
ali ra : jangan melihat siapa yang mengatakan, lihatlah apa yang dikatakan. Diperkuat 6:13
mengapa harus ali ra yang berbicara? Muhammad saw itu langit, shahabat itu bumi keduanya [kaidah bumi]. Sebagai Penyambung lidah rakyat ajaranNya.
mereka yang menyembah perkataannya, maksud dan tujuannya kehidupan, dan mereka yang membenci perkataannya, tidak berbeda. Keduanya untuk serikat yang berlaku dikehidupan.
dha lam lam, mereka artikan sesat, sementara mereka tidak memahami maksud dan tujuan kata itu diciptakan, dan merekapun tersesat.
dasar yang menjelaskan maksud, itu dha apabila terletak diawal kata.
lam dua kali setara nila 100, atau ekspresi langkah pemikiran dan langkah pemahaman.
jika bergabung menjadi : pengetahuan yang memiliki dasar yang menjelaskan maksud perkataan.
83:30 -> mereka menganggap perlu mewakili menjelaskan maksud perkataan AjaranNya, padahal tidak diperlukan jasa dari mereka[83:31].
mereka itu GR, gede rasa, sok tahu. Akhirnya mereka sendiri tersesat dalam menterjemahkan maksud perkataannya. Idiot, oon pekok. Sekaligus celaka12.
mereka hanya suka dan membenci karena suara tanpa maksud dan tujuan yang tertuju pada Kemuliaan AjaaranNya. Tong kosong nyaring bunyinya.
mereka tidak memahami “shad”, mana perkataan yang harus disimpan dipemahaman hati, mana perkataan yang harus diucapkan dengan akal pemikiran.
mereka menyebut “Allohu Akbar”, ditempat yang tidak sepantasnya untuk disebutkan perkataan yang mulia itu. Dan mereka meletakkan dengan disembarang tempat, sebagai coretan didinding maupun dikertas bertempel. Mereka menganggap telah bersih dengan mengucapkan perkataan itu. Padahal mereka mencoreng dan merusak makna sesungguhnya dari perkataan itu.
Membela AjaranNya dengan wajib denganKeimuanNya, bukan dengan pola idiot, oon dan pekok!!!
aku tantang, kalian semua, para pemuka yang merasa mewakili ajaranNya,
kalian boleh lebih dari jutaan orang, lawanlah aku yang sendirian saja. Tentukan tempatnya, jika tidak suka boleh bunuh, dengan catatan jika mempunyai kekuatan melebihi yang menciptakanku.
dan jawab satu pertanyaan dariku,
Apakah benar, KitabNya membolehkan pengabdian dijalanNya yang dilaksanakan tanpa kendali secara kepemimpinan yang satu?
disuatu tempat, ada orang yang mati, dirayakan ianya dengan istilah 100 hari. Dibacanya surat yasin, dengan kecepatan yang tinggi, disertai dengan ucapan yang mereka katakan “wassilah” bagi abdul qadir jaelani. Itukah yang disebut dengan AjaranNya.
itulah yang disebut IDIOT, OON, PEKOK!!! Wajib untuk tidak dibukakan pintu ampunan selama-lamanya!!! Aku kuasaNya, lawanlah aku jika mau, dan berani secara langsung!!![28:49,50]
karena aku akan meninggalkan area ini, maka bagi siapapun yang bertindak dengan maksud dan tujuan merusak perjalanan tulisan AjaranNya, maka aku mohon kepada yang mencipta, sudi menurunkan kekuatan kematian yang sesungguhnya. Dan juga bagi yang mengabaikannya!!!
Juli 2, 2012 at 10:02 pm
Melempar perkataan[8:17,18] Meletuskan Pemikiran [9:1]
yang melekat pada perbuatan melempar adalah “mim”, yang terkandung didalam perbuatannya adalah “lam”. Dan “Alif” yang mendasari perbuatan melempar.
[alif] itu maksud dan tujuan dari suatu perbuatan, sekecil apapun ianya. Arah yang digunakan atau dibawa sebagai maksud melempar itu [lam]. Dan sasaran yang menjadi tempat penyampaian lemparan atau tujuan melempar itu [mim]
alif lam mim, dibagi menjadi dua aturan kondisi[2,3], empat ketentuan kondisi[29,30,31,32] dan satu ketetapan kondisi[7] yang saling terikat dalam “melempar” maksud tulisan dan tujuan perkataan dijalan AjaranNya.
melempar dengan proses translasi dari dua bentuk tulisan [kata [r]rab[b]iHim pada 2:26] dan 26:30
Daréngékeun! Jaman bakal ganti deui. tapi engké, lamun Gunung Gedé anggeus bitu->
94:5
satu ketetapan kondisi -> [7]Rasulullah saw. bersabda Allah Ta’ala berfirman
dua aturan kondisi -> [2]Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku. [3]Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku.
empat ketentuan kondisi -> [29]Apabila dia mengingat-Ku dalam suatu jama’ah manusia, maka Aku pun akan mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka. [30]Apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. [31]Apabila dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. [32]Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.
dan untuk memudahkan pemahaman, penjelasan menggunakan lagu lawas;
dua aturan kondisi -> [2]tanah air yang tidak kulupakan kan terkenang selama hidupku [3]biarpun saya pergi jauh tidakkan hilang dari kalbu [*} tanahku yang kucintai engkau kuhargai tanahku
empat ketentuan kondisi -> [29]walaupun banyak negri kujalani, [30]yang masyhur permai dikata orang, [31]tetapi kampung, dan rumahku, [32 disanalahku rasa senang] {*] tanahku tak kulupakan engkau kubanggakan.
satu ketetapan kondisi ->20:52[*}{*]56:37
[33:27 alif ra dha tanah ->3:49 32:7 17:61 tha ya nun, 13:5 38:52 86:7 ta ra ba]
->
disusul ku tujuh gunung. Génjlong deui sajajagat. Urang Sunda disarambat; urang Sunda ngahampura.
alif lam ra dibagi menjadi tiga kondisi yang melahirkan [10,11,12], dua kondisi yang meneruskan [14,15] dan satu kondisi silsilah keluarga [13] yang saling terikat dalam “meletuskan” maksud tulisan dan tujuan pemikiran dijalan AjaranNya.
94:6
[10]AllaHuma rabba HadziHi ad-da’wati at-tammati
[11]wash-shalati al qaimati
[12]ati muhammadan al wasiylah wal-fadhilah
[13]wab’atsu maqaman mahmuwdan
[14]lladzi wa’adtah
[15]Innaka Laa Tukhlifu Al-Mi’aad
untuk memudahkan pemahaman, penjelasan menggunakan lagu lawas;
[10] {5$] ibu-kota peri-angan
[11] [4$} kota kenang-kenangan
[12] sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
[13] {5$][4$}
[14] sekarang telah menjadi lautan api
[15] mari bung rebut kembali
jinejer wolak-waliking zaman
wong nyilih mbalekake,
wong utang mbayar
utang nyawa bayar nyawa
utang wirang nyaur wirang
jumrah ad-dunya : alif lam mim
jumrah [wau sin tha]: alif lam mim shad, alif lam mim ra
jumrah dzati al aqabati : alif lam ra
18:9 [ra qaf mim, prasasti perkataan wali ajaranNya] [alif ja ba, yang mempesonakan, yang memikat pemikiran]
jadi iman[alif mim nun]42:52,53, 3:112 itu harus dengan bentuk penulisan akhir[bahasa pemersatu], yang perbuatannya sangat terikat dengan [wau qaf ya] 3:102,103
intinya : alif lam mim [shad] -> cara nyamuk, alif lam [mim] ra -> cara lalat.
jadi [sin lam mim] ditempuh dengan sin-lam[nyamuk], sin-mim [lalat]
lam da da[2:204][19:97]
nun da da[2:22, 2:165, 41:9][14:30, 34:33, 39:8]
7langit
1 Alloh… surat 4[mim0]
2 Laa takhudzuhu… surat 4[mim1]
3 Llahu… surat 4[mim2] + ain sin qaf
4 ya’lamu… surat 4[mim3]
5 waLaa yuhituwna… surat 4[mim4]
6 wasi’a… surat 4[mim5]
7 waHuwa… surat 4[mim6]
paringane Gatotkaca sayuta
87:3
Diantara merekapun tidak kompak dalam penamaan. Ada yang menyebut shalat shubuh, ada yang menyebut shalat fajr. Bacaannya pun berbeda-beda. Bagaimana yaa, apabila diantara mereka melakukan hal tersebut yang dibaca albaqarah 1-286? Kasihan, sungguh sangat kasihan mereka. Terpedaya hanya karena keindahan bunyinya semata. Akupun suka apabila membaca surat110. Dahulu sampai menangis, karena benar-benar tidak paham maksud yang sesungguhnya.
kata Alloh, hanya diperuntukkan pada tulisan perkataan berupa lembaran AjaranNya. sedangkan dikehidupan, silahkan sebut dengan nama apa saja yang terbaik. Karena apa? Agar keteraturan tetap terjaga, dan terhindar dari penyalahgunaan kepentingan yang mengatasnamakan maksud dan tujuan ajaranNya.
AjaranNya itu paling toleran terhadap bahasa, sehingga tidak memaksa setiap wilayah harus mengucapkan menggunakan bahasa pokok AjaranNya[49:13]. Sayangnya, saat ini malah disalah artikan dalam pelaksanaannya. Peradaban arab dibawa kemana-mana.
apakah mereka tidak memahami makna [ain ra ba]?
ra ain nun -> ra’ina [2:104] ->alif lam mim
ra ba mim -> rrubama [15:2] ->alif lam ra
atau digabungkan[ra ba ba 18:109][ra ba ha 2:16], gunakan seperlunya saja, tidak usah overdosis dalam penulisan dan pengucapan perkataan pokok AjaranNya.[7:20,21]
2:16, bilHuda jangan diterjemahkan “dengan petunjuk”, maknanya adalah dengan menggunakan perkataan yang terkait dengan tulisan pokok ajaranNya[‘iraq, al khawariji].
intinya : jangan berkeinginan tetap[isytarawu] untuk menerangkan dengan cara tersebut dan mematenkan dalam pelaksanaan dagangannya[fama rabihat ttijaratuHum], sehingga menetap menjadi kebiasaan dalam pola penyampaiannya.[wama kanuw mmuHtadiyn]
atau 57:23 atau tha la qaf, menghaluskan pemakaian berdasarkan ketentuan peruntukan.
tha la qaf -> lam tha fa 6:103 67:13,14, lam qaf fa 20:68,69
pencipta, pemilik ajaranNya, lebih mengetahui sekecil apapun ianya dilangit dan dibumi.[86:7]
Juli 2, 2012 at 10:40 pm
Singkat saja
membaca kitabNya, perhatikan perjalanan hurufnya. Jangan dipukul rata dengan satu pengertian dalam terjemah kata-perkata.
contoh kata dha lam lam:
#1:7 …ghayri al maghduwbi alayHim waLaa dhdha-lliyn
###2:16 …asytarawu dhdhalalatu bilHuda…
dha lam lam itu proses menerangkan dengan dua transisi arah, yang kecenderungannya menjadi salah dalam penterapannya.
# maknanya tidak dalam satu pemahaman, atau memiliki keterangan yang saling berdiri sendiri, sehingga maknanya seperti “tanpa referensi tempat pengetahuan yang jelas tujuannya, dan tidak dalam satu maksud pemahaman”
### lam yang pokok disertakan dalam lam penyampaian penerangan. Atau penggunaan perkataan tulisan pokok AjaranNya dalam penyampaiannya. Asytarawu itu berkeinginan yang kuat atau tetap.
ulaika lladziyna -> itu lho pandangan pemikiran dari suatu perbuatan yang…
sudah yaa
Juli 3, 2012 at 1:51 am
True-bodor
mau jelasin banyak, tapi buat apa…
istighfar : astaghfirulloh al ‘azhiym
maksudnya->gimana caranya njelasinnya? Gunakan jalan pemberitaannya yang tersebar pengetahuannya dikehidupan.
gha fa ra, itu rafa ain, ra gha da atau njelasinnya tuntas tas tas…dengan didahului ha mim suara ghafir surat40 atau allohuma rabba hadzihi dda’wati ttammati.
contoh lainnya seperti;
allohuma rabba hadzihi dda’wati ttammati?
lembaran arsip ajaranNya, itulah pengatur pengetahuan yang memiliki pemahaman yang harus dilaksanakan secara sempurna. Tidak boleh menggunakan data sembarangan, harus sesuai dengan aturan yang berlaku pada ketetapan ajaranNya.
istighfar?mempersiapkan langkah penjelasan untuk kepentingan berita ajaranNya
yang polanya disebutkan pada 110:3 wastaghfirhu, inahu kana tawwaba.
membawa dengan bahasa ajaranNya, menyampaikan dengan bahasa kehidupan.
wah…true-bodor dong?
iya beneran tradisi yang kocak, tingkah mereka yang memahami kata “istighfar” untuk ajang geleng-geleng kepala, permohonan tanpa makna, atau perbuatannya gak jelas banget maksud dan tujuannya buat apa.
satu kesulitan tak akan bisa mengalahkan dua kemudahan!!!
fainna berbeda dengan inna.[tidak usah dijelaskan]
“kamis libur”, kata nostradamus.
“aku kesulitan mempersiapkan bahan khutbah buat hari khamis, dan jum’at”, suara “hadits”
94:5 itu proses pemahaman bahasa tunas 94:6 itu proses pemahaman bahasa pokok
[tidak usah dijelaskan]
seseorang, bisa mengatakan “hari kamis libur”, itu selain memahami kitabNya, juga harus melewati proses yang panjang, yang tidak mudah ditempuh. Harus melawan ikatan pengaruh yang kuat yang berlaku pada tradisi dikehidupan. Sehingga setelah “pendidikan” usai, dengan mudah menjelaskan dalam bahasa-kayu sunda, jawa, perancis, sansekerta dst dlsb tanpa perlu takut dengan yang mencipta. Karena hati sudah menjadi milikNya.
silahkan untuk tidak menerima, bukankah setelah kehidupan sudah ada proses selanjutnya. Dan yang akan dijumpai yang mengerti segala, mengetahui sekecil apapun ianya. True-bodor!!![8:50]
Juli 3, 2012 at 4:18 pm
Mahasiswa, satpam dan maling
21:47,79:19
seorang mahasiswa indonesia “komunikasi visual”, diperintahkan untuk mencari pengetahuan pada suatu literatur yang menggunakan bahasa perancis. Ada dua proses yang harus dilewatinya [ain sin ra] seperti @al ‘usri [94:5] dan semisal #al ‘usri[94:6] atau @ terkait pengetahuan bahasa perancis, # terkait pemahaman bidang studi pada literaturnya[komunikasi visual]. Atau @tha ya nun, #ta ra-ba.
atau perbuatan yang demikian seumpama yang tersebut dengan “hadits”.
*hubbu al wathani mina al iyman
21:58,95:2,76:3
hadits diatas diterjemahkan dengan “cinta tanah air sebagian dari iman”. Ini absurd!!!
al iyman itu dimisalkan dengan : maksud dan tujuan yang melekat pada mahasiswa indonesia yang menempuh pendidikan komunikasi visual.
al wathani itu disepertikan literatur yang bertanah bahasa perancis, yang menjadi tempat air pemahaman bidang studi komunikasi visual.
hubbu itu, proses yang mempunyai dua tali : @tradisi yang berketentuan, #tradisi yang bersyarat
@106:3, #22:20
jadi, kalau si mahasiswa indonesia tidak bersungguh-sungguh dan mencintai pendidikan yang ditempuhnya, maka sudah pasti mencari jalan yang mudah, dengan mencontek teman sejurusannya. Sehingga ia hanya mengenal “pemahaman yang sudah jadi” tanpa mengenal sumbernya.
yang demikian berlaku disisi kehidupan.
dilanjutkan dengan cerita satpam dan maling
&hadits [*] diistilahkan dengan mereka sebagai : “gharib”, “dhaif”, “maudhu”.
[&] itu seperti satpam, yang menjaga kompleks perumahan. Ada maling yang beraksi area kompleksnya. Malingnya berhasil namun si-satpam dipecat.
nasib hadits[*], sama seperti nasib si-satpam, dipecat dari pekerjaannya.
sementara malingnya, tidak diketahui keberadaannya. Kata siapa? Pemakaian kata “gharib”, “maudhu”, “dhaif”, “sanad”, “takhrij hadits”, dst itu adalah perbuatan MALING istilah bersumber perkataan pokok AjaranNya.
yang demikian berlaku disisi AjaranNya
Pabrik kata-pohon[pkp], dan distributor kata-kayu[dkk]
pkp seperti pabrik penyedia bahan baku pokok pemahaman berbahasa ajaranNya.
dkk seperti distributor perakitan pengetahuan berbahasa kehidupan yang berbahan baku dari [pkp].
kasus pada “satpam dan maling”, karena terjadi “illegal logging” atau penebangan kata-kayu yang tidak resmi. Mengapa demikian? Karena mereka si maling mencari sanad bukan kepada [pkp], melainkan kehutan pemahaman yang tidak jelas lisensinya, atau ghayri al maghduwbi. Atau juga karena si-maling mengikuti dengan tertib pendahulunya, yaitu dedengkot maling atau walaa dhdhalliyn.
dalam kenyataannya satpam kondisinya kalah pintar dengan si maling. Mengapa? Karena [*] tidak bisa berbicara dengan sendirinya untuk mengutarakan maksud perkataannya. Sehingga mudah dibodohi dan ditipu dayanya oleh maling bernafaskan pengetahuan dedengkot MALING!!!
seseorang yang cinta kepada KitabNya, sudah pasti akan menempuh keseluruhan proses seperti pada kisah mahasiswa indonesia. Atau 108:2 fashali lirabbika wanHar. [ciptakanlah pengetahuan bagi bangsa AjaranNya, dan gulirkan pemikiran dengan ekstra kerja-keras hingga terbentuk pemahaman yang bermakna].
**Rasululloh SAW. bersabda: “Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”
dijelaskan :
94:5 fainna itu proses transisi bahasa ajaranNya
95:6 inna itu proses translasi bahasa pemahaman dikehidupan
makan 94:5,6
proses yang ditempuh itu dua, ada yang sulit dan yang mudah
**[ Kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan]menerangkan kedudukan atau posisi yang stag pada “terjemahan secara bahasa” dan yang berpola “pemahaman maling mengikuti dedengkot maling” tidak akan melebihi kedudukan seseorang yang cinta kepada kitabNya.
mengapa?
terkait kata rass [ra sin sin]
rass, ra itu dianggap laki-laki, yang memimpin dua perempuan [sin sin], sehingga dijalankannya sesuai 4:11 maka menjadi :
sin fa ra
sin kha ra
tiga orang yang melakukan suatu perjalanan[sin fa ra] hendaklah mengangkat ketua rombongan? Maksudnya adalah seperti pada “ilmu huruf”, rombongan kata yang berhuruf za diwakili dengan [za lam fa] atau yang didekatkan, atau rombongan kata yang berhuruf ya, diwakili dengan [ya sin ra] atau yang memudahkan.
apakah maling dan dedengkot maling memiliki pembendaharaan ‘ilmu yang seperti ini? Ini resmi banget lho dari pencipta.
dijelaskan tentang 33:37;
zaid ‘za ya da’, itu terhubung dengan proses perubahan tanda baca pada huruf, yang botak menjadi berambut hitam. Kalau maling, botaknya luka kudisan. Kalo seseorang itu, sudah berambut hitam atau sudah mendapat dua kemudahan.
jadi, jangan berprasangka dalam memahami maksud dan tujuan pada perkataan AjaranNya. contohnya dengan mencari keilmuan dengan, secara “lughoh” atau secara “syar’i” yang mereka dapatkan dengan cara illegal menebang pohon. Dan akibatnya mencontoh si maling yang bernafas dedengkot maling. Sehingga keseluruhannya jadi maling. maling kondangan kerumah pengetahuan dedengkot maling.
dan aku tidak akan membuka kesempatan lagi, rasakanlah akibat penundaan yang kalian lakukan. Bukankah setelah kehidupan ada pembalasan!!!
pemahaman tersebut didapat dengaNya->
———————————————————————
tanah air dan tanah kebangkitan
5:55,53:47,1:3,103:1,78:27,92:15,110:2
2:208 sin lam mim ->
94:5
alif mim nun : al iman
[5] turun : shad lam wau
[4] naik : wau qaf yaa
perjalanannya disebut surat54
94:6
ha sin nun : ihsan
[7]turun : ha ba lam
[3]naik : shad lam ya
perjalanannya disebut surat73
tha ya nun -> 22:37nun ya lam, 22:5nun tha fa->
22:5 ta ra ba-> 5:96ba ra ra, 108:3 ba ta ra
alif lam mim [shad]->alif lam [mim] ra
tha ya nun->{33:37wau tha ra}, [9:25 wau tha nun], {33:27 9:37,120 48:25, 73:6 wau tha alif}
terkait kata “ular”. 3:1,2
[^]tha sin mim 26:33 su’banun [tsa ‘ain ba] ->wau tha alif
[^^]tha sin 27:10 jannun[ja nun nun] -> wau tha nun
[^^^]tha sin mim 28:31 jannun[ja nun nun]->wau tha ra
[al wathani] mina {al iyman}
33:21 17:53, turun surat57, naik surat43 49:15
———————————————————————
Juli 3, 2012 at 7:12 pm
Penghuni rk
2:27,
33:4
surat al ahzab.
ha za ba -> za ha zaha2:96, 3:185, za ba nunya96:18->
4:51 bijibti wath-thaghuwti
dijelaskan secara perbuatan [az-zabaniyata]:
za-ba[r]
2:96 bimuzahzihihi itu bijibti->yang terikat dengan perjalanan tulisan pokok AjaranNya.
seperti “ilmu nahwu sharaf”, “ilmu tajwid”, “metoda iqra”,dst dlsb atau yang membaca tanpa pemahaman, dan menganggap sudah sesuai dengan tradisi dijalan ajaranNya.->[minal ‘adzabi]
za-nunya[k]
3:185 zuhziha itu wath-thaghuwti->yang terikat dengan perjalanan pengetahuan tulisan pokok ajaranNya.
seperti : “kitab fiqh”, “kitab tafsir”, “madzHab syafi’i, hanafi,hambali, maliki” dst dlsb atau yang mencari pemahaman dengan menggunakan “lambung pengetahuan” yang bukan merupakan sumber ketentuan dijalan AjaranNya.[‘ani an-nari]
->33:6
tulisan dan perkataan ajaranNya, itu disebut juga dengan istilah malaikat, keilmuanNya disebut dengan istilah Nabi. Dan saat menjadi pengetahuan disebut berita-khusus atau naba. Proses ini internal, belum mengalami proses interaksi umum. Dan ketika pengetahuan itu disampaikan kepada publik, maka menjadi berita umum atau yang disebut dengan rasul. Karena pengetahuan dijalankan dengan proses bahasa-kayu[36:80] yang mewakili bahasa-pohon, dan mewakili berita para wali sebelumnya, maka pengetahuannya disebut dengan istilah “Alloh[bahasa-kayu] dan rasulNya [->bahasa-pohon]”.
bedanya aku dengan kalian?
aku menempuh keilmuan tidak menggunakan pengetahuan yang mengatasnamakan jalan ajaranNya. atau ketika ditanya apa itu islam? Maka menjelaskannya tidak dengan perkataan seperti;
itu lho..kalo secara lughoh bla..bla..bla, kalo secara syar’i bla..blaa, blaaaaa, atau dengan memanggil petualang kolong langit yang membawa istilah madzHab atau kitab-kitab tersohor versi nenek moyangnya[14:26]->[3:91 dza Ha ba]
tapi mengurainya dengan [2:208] sin lam mim->iman +ihsan …dst[14:24,25]
kha mim sin dan ja mim ain atau ->
khamis itu istilah untuk perbuatan yang berlaku dijalan kehidupan, sehingga penulisan atau penyampaian ajaran tidak boleh menggunakan yang terkait tulisan asli ajaranNya.[ibukota peri-angan, atau mekkah atau penulisan seperti sekarang ini]
jum’at itu istilah untuk perbuatan yang berlaku dijalan ajaranNya, sehingga perlu menerangkan dengan tulisan asli ajaranNya.[kota kenang-kenangan atau madaniyah atau penyampaian secara langsung dalam ruang yang terbatas atau baba tustara]
dicukupkan saja, [22:2]jangan lagi minum alkholos[kha lam sin] 100%, atau mengucapkan perkataan [‘iraqi al khawariji]. Nanti sempoyongannya dibawa sampe mati. Yang diminum itu alkhalish[kha lam shad] dengan thawaf[menguatkan sayap dengan ajaran kitabNya] dan sa’i[melebarkan sayab dengan ajaran waliNya].
penghuni rk itu penghuni rumah kuburan, yang berada diantara kalian yang penuh dengan “nar” atau pengetahuan tanpa ikatan dijalan AjaranNya. dan aku sudah tidak mau lagi direpotkan dengan keberadaan mereka, cukuplah sisa waktu ini untuk “nglurug tanpa bala”.[2:11]
Juli 4, 2012 at 9:32 pm
Rumah duabelas
55:1,51:56,17:4,32:29,17:4
7:40 [Al a’raf : Pemahaman tertinggi dijalan AjaranNya]80:24,20:48
seorang yang berambut hitam terlihat sedang menyulam pada selembar kain yang sangat putih. Benang yang berwarna warni seakan menjadi terpadu komposisinya karena mengikuti laju tangan yang mengendalikan jarum yang tampak timbul dan tenggelam menembus lembaran kain.
jarum itu seperti pena yang menuliskan rajutan benang perkataan pada selembar kain hingga terbentuk pengetahuan yang bersih.
-jarum dan benang [al khiyathi, alkhayathi, al khayathu “kha ya tha”] -> benang tulisan pokok yang dipadukan perkataannya dengan warna pemikiran yang dipilih dan dikendalikan dengan jarum yang memiliki lubang [sin mim mim] pemahaman.
-timbul dan tenggelam [yaliju “wau lam ja”] ->*keterangan dilampirkan dibagian bawah penulisan.
– selembar kain[tsa wau ba 11:5,22:19,74:4][tsa ya ba 66:5]
– seorang yang berambut hitam[za ka-ra fa]surat43
disederhanakan;
dan jarum itu mewakili pena atau yang membentuk tulisan yang terikat dengan pemikiran[dza kaf ra].
dan benang itu mewakili perkataan atau yang membentuk bacaan yang terikat dengan pengetahuan[ain qaf lam].
pemikiran dan pengetahuan terikat prosesnya dengan pemahaman[fa qaf Ha].
sumber penjelas ikatan pemahaman 20:27,28 ‘ala thaha rasulillah ->
pemikiran ->uqdatan[ain qaf da] mmin l[l]isani[lam sin nun]
pengetahuan ->yafqaHu[fa qaf Ha] qawli[qaf wau lam]
29:41-44
alif itu pondasi maksud dan tujuan
lam itu seperti langkah, arah, atau motifasi yang berupa energi yang memiliki batasan yang terkait seumpama dinding perkataan, pintu pemikiran, dan jendela pengetahuan yang masing-masing memiliki “fentilasi’ atau tempat keluar masuknya angin[berita].
pintu dan jendela terikat letaknya dengan dinding yang memberikan kepemilikan kunci kepada keduanya. dinding, pintu dan jendela didirikan diatas pondasi yang sesuai. Dinding perkataan itu yang disebut dengan lembar tulisan AjaranNya.
18:92,93 “as-saddayni”[sin da da]
dinding yang mempunyai lapisan luar dan dalam. Atau seperti tembok bata yang dilapisi semen.
dan kata “wajada[wau jada] min duwniHima qawman Laa yakaduwna[kaf wau-da] yafqaHuwna[fa qaf Ha]” menjelaskan suatu perbuatan yang pelaksanaannya tidak bisa membedakan penggunaan dinding perkataan atau bahasa lapisan luar dicampur aduk penggunaannya dengan bahasa lapisan dalam.
contohnya :
si fulan, memerintahkan kepada si wulan, “pindahkan karung beras itu kedapur!!” dalam bahasa asli seperti asal negeri onta, sementara si wulan tidak memahaminya.
hal ini terjadi pula dengan mereka yang menyukai ‘dzikir bersama’ dengan bahasa sifulan. Ada yang pake biji-bijian, ada yang geleng geleng. Si kocak, yang kebetulan melihat hal seperti ini tersenyum. Namun tak disangkan, Si-dudul, peserta yang mengikuti acara tersebut, tidak terima dengan perlakuan si kocak dengan lantang berkata “Enak aje lo sangka gwe mabok, lo tuh yang mabok, kagak rajin dzikir, shalat.. neraka luh”.
si kocak hanya bisa menjawab : “berobat itu ke klinik, jangan ke klenik”. Kalau ke “klenik” dikasih obatnya alkholos 100%. Bukannya sembuh malah tambah berpenyakit.”
tau anda “alkholos100% itu”? iya-nya yang disebut “thiynatu alkhabal”. Atau istilah yang menggunakan pemahaman “huruf” untuk mengutarakan maksud dari perbuatan yang bertradisi turun temurun atau dari nenek moyang pengetahuan dikehidupan saat ini atau min naHri khabal.
[kha ba lam]->yang melahirkan suatu perbuatan dengan mengerahkan perkataan “energi” atau mengucapkan dengan suara dari tulisan asli ajarannya karena nanah[pengetahuan] yang bercampur dengan darah[tadisi] yang turun temurun dikehidupan[aHli an-nari].
seperti mereka yang geleng-geleng mengucapkan “laa ilaha ilaalloh” secara berulang-ulang…sambil menunduk, memegang “tasbeh”, yang kadang sambil menangis. Dan mereka lakukan ini karena tradisi yang sudah mengikat “hati” mereka. Sehingga mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya.[22:2] mereka tidak mabok…mereka sadar…namun mereka telah membuat sekarat kemurnian pemahaman AjaranNya!!!
dinding dengan lapisan luar dan dalam itu, seperti dinding yang sudah dilapisi keilmuanNya dicat dengan pemikiran yang rapi pemahamannya. Sehingga tulisan akhir sudah jelas maksud dan tujuannya.
laa[lam alif] ilaha illa Alloh;
memberi motifasi yang berupa energi petunjuk ajaran itu dengan yang sudah jelas maksud dan tujuan perkataannya. Atau bukan energi lapisan dalam, melainkan energi lapisan luar yang melanjutkan energi perkataan lapisan dalam.
AjaranNya sangat toleransi dengan bahasa yang berlaku dikehidupan, namun tidak toleransi dengan yang namanya KEBODOHAN yang didasari pengkhianatan terhadap maksud dan tujuan ajaranNya.[4:51,52,53]
bisajadi mereka tidak mengerti, mana bahasa denah perkataan, mana bahasa bangunan perkataan.
mereka memalsukan perbuatan bernama “thawaf, sa’i”.
tha wa fa[7:133][7:201]
pusing tujuh keliling, itu pasti terjadi saat membaca denah perkataan untuk mencipta bangunan perkataan yang dapat mencerahkan pemikiran. Proses diantaranya disebut [tha wa fa], menjalankan pemikiran dengan mengelilingi pandangan keilmuanNya yang berproses dalam bahasa denah dan bahasa bangunan hingga tercipta satu ikatan dijalan AjaranNya.
bahasa denah itu, dilihat dan dibaca dengan “membayangkan” bentuknya dalam pemikiran atau belum terbentuk pemahaman.
Seperti orang yang “awam”membaca tulisan KitabNya, lebih cenderung menggunakan “bahasa parit” atau menggunakan terjemahannya. Sehingga ketika menjelaskan denahnya, yang terbentuk bukan rumah manusia, melainkan kandang harimau.
bahasa bangunan itu, bahasa rumah duabelas, atau IbraHiym.*keterangan dilampirkan dibagian akhir tulisan.
yang memiliki akar dan pondasi yang kokoh yang tidak menggunakan dan mengambil secuilpun dari Kitab tandingan yang berlaku secara turun temurun yang beredar dikehidupan. Karena kitab, buku tandingan adalah kutu pengetahuan[“qaf mim lam” wal-qumala] yang mempengaruhi jalan pemikiran yang dapat menyesatkan. Dan dapat mengacaukan pandangan AjaranNya, karena mereka menempatkannya dengan dua kedudukan, posisi air dan posisi darat.[dha-fa da ain “wadh-dhafadi’u].
Atau seperti “kitab tafsir”, “Kitab fiqh” dst, sehingga dikuti secara turun temurun dikehidupan.[wad-dama “da-mim wau-mim”]. Akibatnya fatal, dan menyiksa mereka sendiri. Mereka memahami “syahadat,shalat,puasa,zakkat,hajj” dengan pemahaman yang salah besar. Mereka melakukan ibadah “kelnik”, mengharapkan sesuatu yang tidak pasti dan tidak diajarkan. Mereka seperti berobat ke dukun dengan bacaan bertipe mantra-hati. Keyakinan dan kepercayaan yang fatamorgana.[13:14]
mereka menterjemahkan 7:40 saja sudah salah, bagaimana bisa membuka pintu langit.
hatta yaliju aljamilu fi sammi al khiyati. -> sudah mencapai taraf keindahan penyampaian energi AjaranNya dengan mengerahkan kekuatan pemikirannya kedalam pena perkataannya.
teori 12:43,46
tulisan ini kurus, energi pada tulisan ini kecil
atau dengan ilmu angka :
43[shad mim] : pada posisi raja, atau yang menerangkan tulisan raja AjaranNya yaa tulisan ini.
46[shad qaf] : pada posisi pelayan, keilmuan yang memberikan energi harus dilayani pemberitaannya.
atau seperti budak yang melahirkan berita tuannya atau raja nyembah kawula, tulisan raja mengikuti tulisan rakyatnya.
dipendekan;
alhujurati[49:4], tan ngasorake liyan, urang sunda disarambat, urang sunda ngahampura, penggembala yang meninggikan bangunanya.
pintu pemikiran, dan jendela pengetahuan, itu memiliki kunci khusus, atau sudah ada peruntukannya. Yaitu harus dengan KehendakNya[39:67]
bagi siapa saja, dimana saja,
selamatkanlah diri kalian, jangan lagi berpangku tangan dengan tradisi yang sesat dan menyesatkan, mengucapkan perkataan tanpa jelas pondasi maksud dan tujuan ajaranNya. tidak ada lagi yang lurus dijalanNya, walaupun ianya berasal dari pihak abuqital, karena mereka termaksud telah menganggap sampah berita AjaranNya.
yang pokok pada AjaranNya adalah perwalian, jika tidak dengannya, semua akan sia-sia saja. Hubungi saja dengan email yang tertera. Jangan takut dengan yang namanya manusia, bukankah setelah kehidupan ada versi selanjutnya?
[9:3,9:17,9:24,9:67,68,69,9:107,108]
—————————————————–
batas anak kecil dan orang dewasa, statemen on “yawma khandaq” at 15
—————————————————–
tempat tenggelam : al-layl [lam ya lam]-> lam ya, lam lam -> lam alif, alif lam
tempat timbul : an-NaHr[nun Ha ra]-> nun Ha, nun ra -> nun wau-ra, ba-ra yaa
dijelaskan dengan urutan :
tulisan1 | perkataan1 | pengetahuan1->keilmuanproses [lam ya lam]-> bulan [qaf mim ra] bintang [nun ja mim]
langit : pengetahuan1 dan keilmuan1 ->lam alif[yalid “wau lam da”] -> Haruwna [Ha ra-wau nun]
bumi : pengetahuan2 dan keilmuan2 ->alif lam[yuwlad “wau lam da”] -> maryama [mim ra-ya mim]
bumi^ ->proses [nun Ha ra]-> matahari [sya mim sin]
langit : tulisan1 dan perkataan1[bulan “sya Ha ra”]->nun wau-ra -> anshar
bumi : tulisan2 dan perkataan2[bintang “kaf-wau kaf-ba”]->ba-ra ya -> muHajirin
$proses [nun ba alif] -> langit^ : al anbiya dan langit* : nabiyyin,an-naba
$$proses [ra sin lam]-> bumi^ : ar-rasula dan bumi* : rasulillah,rasulullah
->$ + $$ : Alloh dan RasulNya [3 bentuk penulisan]
3:27
langit* ->langit,malam,bumi
bumi^->langit,siang,bumi
langit* ->langit,hidup,bumi
bumi^->langit,mati,bumi
tulisan ajaran pokok :
masukkan malam[langit*] ke dalam siang[langit^]
masukkan siang[bumi^] ke dalam malam[bumi*]
tulisan ajaran yang mengikuti tulisan ajaran pokok :
keluarkan yang hidup[langit*] dari yang mati[langit^]
keluarkan yang mati[bumi^] dari yang hidup[bumi*]
baba tustara itu 2,4,5
terkait “kha sin fa”, “kaf sin fa”
2:60,7:160,9:36
rumah ibraHiym 2:125
—————————————
al-manna
sittati ayyamin
7:54 [1]alif : pondasi
32:4 [2]lam : dinding, pintu, jendela
25:59 [3]mim : lantai,atap
10:3 [4]shad : wilayah dalam dan luar
11:7 [5]sya : denah dan bangunan
50:38 [6]qaf : fungsi dan peruntukan
—————————————
was-salwa
57:4 [20:38][45:29][37:4][7:145]
[7] kha lam [qaf]: yang memiliki lisensi
[8] [qaf]fa lam [qaf]: yang akan meneruskan
[9] [qaf] ba lam [qaf]: silsilah keluarga
[10] [tha] ra qaf : pelaku dan tempat [14:1,2 nun [->wau,ainmim ra alif/ain 57:4<- |10:3langit 11:7bumi |50:38bumi^
Juli 4, 2012 at 11:54 pm
Timur dan barat
yang menerbitkan tali pengabdian adalah tulisan ajaranNya. seperti “putri salju” yang tertidur pemahamannya selama ratusan tahun. Yang akan bangun apabila ada “pangeran” yang datang dengan “kuda putih” yang mencium dahi dengan seciduk pemikiran keilmuanNya.
namun banyak orang yang jahat, yang mencoba membelah peti pemahaman ditempat tertidur putrinya seiring perjalanan waktu menuju saat yang dijanjikanNya. Mereka seperti nenek sihir, yang menghipnotis banyak kalangan, dari yang kecil hingga tua renta. Dari yang berpendidikan rendah hingga yang memanggul sekarung gelar dikehidupan. Entah apa yang dituju pada pengabdian mereka.
dan merekapun saling bertengkar, memojokkan satu dengan yang lainnya. pengakuan demi pengakuan pun memenuhi suara yang mewakilkan keberadaan si putri itu. “aku yang berhak menjaga putri, bukan kalian”, sahut si gendut botak kudisan. “akulah yang pantas memelihara putri” timpal si kurus kulitnya belang kadasan. Yaa, banyak pihak saat ini yang merasa berhak mewakili penjagaan, pemeliharaan tulisan ajaranNya. padahal mereka hanyalah petualang kolong langit, yang tidak dibekali secuilpun keilmuanNya.
mereka tidak mengerti makna [qaf ba lam] yang bisa bersuara “qiblata”, “qablu”. Disatukan suaranya untuk apa? Agar tidak lupa dengan perkataan, ingatlah dengan [qaf lam ba] hati kalian, jangan lupakan persatuan. Namun sayangnya, qiblat itu dirubah arahnya menjadi kesuatu tempat yang berada dinegri bernama arab saudi.
qaf ba lam, energi terletak pada urutan akhir. Apakah seribu tahun yang lalu, energi itu benar-benar tempat kehidupan atau berupa tulisan AjaranNya? apakah benar dan sungguh sekali kebenarannya, tempat yang berada dinegri arab saudi, adalah energi yang kekal?.
yang kekal itu,energi dari tulisan ajaranNya!!!43:26-28, 11:86
[kaf ain ba] atau mereka mematenkan istilahnya dengan ka’bah. Apakah seribu tahun yang lalu sudah ada bukti otentik berupa photo, video, atau lukisan yang dapat dipercaya yang menguatkan argumen bahwa ka’bah itu berupa kotak-hitam di negri arab saudi?
atau anda lebih percaya dengan apa?77:50
[kaf ain ba] itu terdapat 4 bentuk penulisan didua surat 5:6,95,97 78:33
mengerti tidak kalian maksud dari [kaf ain ba].
kalau diding lapisan dalam sudah disemen keilmuanNya dan dicat dengan pemikiran yang tinggi dijalanNya, maka didinding luarnya itu yang disebut [kaf ain ba] atau dua mata kaki AjaranNya yang menyatu, yang beritanya bernilai seperti 78:33, atau setara waktu prosesnya.
timur itu mewakili AjaranNya, barat itu mewakili pembawa ajaranNya.
dan diakhir cerita putri salju, dilanjutkan saja dengan suara jayabaya;
marga adiling pangeran wus teka
kalian tertipu oleh jaman yang jahat pemberitaannya, kalian tersiksa dengan pengabdian yang serba prasangka. Begini saja…tabiat kalian suka berdebat…bagaimana kita lihat 18 : 8 : 2012?
kita buktikan dengan sesungguhnya persaksianNya, jikalau dahulu benua australia, benua amerika, hilang dari peredaran, maka bagaimana dengan akhir jaman ini?
kitabNya satu, seruanNya untuk persatuan persaudaraan yang saling tolong menolong, bagaimana bisa jadi berantakan seperti sekarang ini. Apakah cukup dengan menempel kata “Islam” pada identitas? Kalian tidak paham sin lam mim!!! Yang disana, tidak perlu yang namanya suara; “saya membela Islam”. Karena jelas mereka tidak paham, karena “sin lam mim” itu harus didahului suara yang turun dari langit. 2:143, ummatan wasathan itu satu perkataan dengan satu-sumber perwalian dijalan AjaranNya. sehingga harus dipelihara dijaga 2:238.
jangan Cuma bisa mengucapkan dengan bahasa arab saudi, gak penting banget sih!!!
Juli 5, 2012 at 4:37 pm
Si-kocak the bara-badar
cerita pena 1:
“mau kemana enteh?” tanya sailu
ke bahrain… jawab udang
ngapain? Tanya sailor
mo ngambil “jizyah”, kan disuruh di “hadits”. Jawab udongo
al bahrayni[ba ha ra] diterjemahkan mereka dengan “bahrain”. Apakah termasuk realita, bila 1400 tahun yang lalu, sudah dikenal negara yang bernama “bahrain”?
jizyah, [ja za ya] mereka terjemahkan dengan pajak atau pungutan. Apakah termasuk realita, bila 1400 tahun yang lalu, diterapkan kepada perbuatan “gayus”?
copy paste, barang bukti tindak kriminil pelecehan kalimatNya;
“Rasulullah pernah mengutus Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah ke Bahrain untuk mengambil jizyahnya.”
dijelaskan :
41:9,10 25:45
[$]langit* -> langit : maksud “hidup”, bumi : maksud “mati/mim wau ta”
[@]bumi^ -> langit : tujuan “mati”, bumi : tujuan “hidup/ha ya ya”
[$]pendengaran[sin mim ain], [@]penglihatan[ba shad ra] dan [$@]hati[qaf lam ba]
“$”bacaan, “@”tulisan dan pemahaman[“$@”qaf ba lam]
-> pemahaman maksud itu melekat pada bacaan yang hadir sebelumnya.
-> pemahaman tujuan itu melekat pada tulisan yang hadir sesudahnya.
jika maksud “al bahrayni”, adalah bahrain, maka sudah tidak mengikuti pemahaman yang melekat pada bacaan sebelumnya.[2:183 qablikum]
kutiba[kaf ta ba] -> bacaan yang diwajibkan
ash-shiyyamu[shad wau mim] -> ikatan kendali yang sudah ditetapkan[bacaan yang pokok pada AjaranNya]
jika tujuan “abu ‘ubaidah bin jarrah” adalah nama seseorang disaat itu, maka sudah tidak mengikuti pemahaman yang melekat pada tulisan sesudahnya.[2:144,10:87 qiblatan]
2:144 [sya tha ra] : menyatunya tulisan bahasa denah dan tulisan bahasa bangunan -> al masjidi al harami. Intinya -> 2:144 perintah kepada “tulisan”, 10:87 perintah kepada “pelaku tulisan”
bibashrah -> dengan tulisan pokok AjaranNya.
bacaan, tulisan terikat dengan bahasa->
wainnahu maktuwbun bayna aynayhi[ain ya nun] kafirun[kaf fa ra] yaqrawuhu[qaf ra alif] kullu muwmin[alif mim nun] katibin, aw ghayra katibin.
maktuwbun[kaf ta ba]-> suatu perlakuan pada bacaan[muwmin katibin] dan tulisan[ghayra katibin]
katibin->’bin’ bunyi pantul dari perbuatan yang berasal satu tempat yang sama
aynayhi -> mata pemahaman
kafirun[kaf fa ra] -> suatu cipta perbuatan yang sudah pasti berlaku dikehidupan [bahasa]
walaw kariHal kafiruwna -> energi yang diteruskan terikat dengan para-dogma yang terikat dikehidupan.[multi-persepsi, campur-tangan -> kaf ra Ha]
yaqrawuhu[qaf ra alif] ->transisi bacaan dan tulisan yang terproses, atau [kaf ta ba] jika sudah sampai perjalanan pemahamannya maka menjadi [qaf ra alif] atau al quran atau bacaan dan tulisan yang dihasilkan dari yang hadir sebelumnya. [yaa sin -> perjalanan maksud bacaan pokok ajaranNya, ‘ala yasin habibillah -> secara waktu terkini 36:2]10:40,94,95
terkait kata abu ’ubaidah[ain ba da] bin jarrah[ja ra ha]
[ain ba-da] : yang terbentuk dari bacaan dan tulisan atau pemahaman
19:30 ‘abdulloh : pemahaman dengan keilmuan “langit”[pemikiran khusus],
72:19 -> ‘abdulloh : pemahaman dengan keilmuan “bumi”[pemikiran umum]
[ja ra ha]7:150 : mengembalikan ikatan-maksud kepada kitab sebelumnya
“hati” itu ada dua bentuk penulisan :
[qaf lam ba]->pemahaman dan [fa alif da]->pengetahuan
niyat[nun wau ya] -> pengetahuan bacaan
dunya[da nun ya] -> pengetahuan kitab
yang pokok [kaf ta ba], yang dihasilkan [qaf ra alif]
inna ‘amalu biniyat -> semua perbuatan yang ada pada kehidupan itu harus dengan dasar-pengetahuan. Yang bagaimanakah?
contohnya seperti kasus dibawah ini :
Seseorang lalu berkata: “Wahai Rasulullah, apa itu Al-wahn?”, beliau menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.”
yang tersebut, adalah ‘amal.[pengetahuan lanjutan] atau nass[nun sin wau]
faqala qailun : yaa rasulallahi, wamaa al waHn? Hubbu ad-dunya wakaraHiyatu al mawti.
yang tersebut, adalah ‘ilmu.[pengetahuan dasar] atau nisa[nun wau sin]
proses pada [pengetahuan dasar] diistilahkan dengan menangis[ba kaf ya]
proses pada [pengetahuan lanjutan] diistilahkan dengan tertawa[dha ha kaf]
proses yang menyatukan disebut al insan [alif sin nun]
hanya saja kerusakan telah terjadi pada proses an-nass
seharusnya membacanya dengan cara->
[112:3] lam yalid wala yuwlad
yang tersebut adalah bi’ilmu [pengetahuan dasar kitab] atau an-nisaa [nun wau sin]
tidak beranak dan diperanakan
yang disebut adalah ‘amal tanpa [shad lam ha] atau an-nass [nun sin wau]
proses yang menyatukan disebut dunya[da nun ya]
jadi yang dimaksud, wamaa al waHn? Apakah yang melemahkan berita ajaranNya?
hubbu dunya wakarahiyati[kaf ra Ha] al mawti.
memproses pengetahuan kitabNya, namun campur-tangan atau membuat para-dogma yang mengganti maksud al mawti3:27. Akibatnya menterjemahkannya salah, melanjutkan pengetahuannya juga salah.
yaa ummat muhammadin, wallahi, law ta’lamuwna, maa a’lamu al dhahiktum qaliylan,wal-bakaytum katsiran
inti pemahamannya : kalo mau memperoleh pengetahuan dijalan ajaranNya, jangan hanya menggunakan terjemahan, melainkan dengan memahami perkataan aslinya.
terjemahan mereka :
Wahai umat Muhammad, demi Allah! Kalau saja kalian tahu apa yang saya tahu, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis’.”
sebenarnya sama saja, hanya mereka memahami kulit pengetahuan luarnya, hingga tidak memiliki energi untuk memahami maksud sesungguhnya. Akibatnya “multi persepsi”.
2:256
Laa ikraHa fid-diyn, qad tabayana rusydu mina al ghayyi
inti pemahamannya :
gak perlu repot-repot mas,mba om,tante,paman,tuan,pembesar, untuk menterjemahkan pemikiran perkataan ajaranNya, qad -> ketentuanNya, nanti akan dikirim kok yang meluruskan jalan pemahaman dari prasangka pengetahuan.
20:27,28
al ghayyi itu bukan sesat, maknanya adalah berprasangka dalam mengambil keputusan pemikiran.
makanya baca alqalam 36-40, jadi jangan iseng lagi menterjemahkan seenak udelnya.
nah, penjelasan tersebut diatas yang dinamakan [ja za ya] atau jizyah, atau mencari pengetahuan untuk mendekatkan pemahaman, balasannya yaa jadi paham, bahwa kondisi yang diluar sana, true-bodor…
tau tidak kenapa “bodor” itu lutcu…
badar itu seperti “pembawa acara”
budur itu seperti energi yang mengendalikan pelaku.[bahasa, pengetahuan]
bodor itu badar+budur yang bercampur, seperti yang pada asik ceramah style “arab saudi”, dihadapan khalayak yang gak ngerti bahasanya. Udah gitu pada nangis, udah gitu pada sok paham. Minum alkholis 100%nya dimana, maboknya dimana….
ba2,da4,ra3[dikasih tau cicak]
kalo yang hebat, dan tau nulisnya seperti borobudur;
bara-nya dengan tulisan dan perkataan pokok ajaranNya
buru-nya mengikuti bahasa yang digunakan sesuai lokasi “budur” nya
terkait [sya ain ba] atau syu’aib atu 7:88,78:8 [khafifah]
terkait 2:187 benang putih dan benang hitam
9:2[alif lam mim shad -> 4 bulan haram] -> syaHru ramadhana 2:185, min alfi syaHrin 97:3
intinya : untuk pembawa ajaranNya. [syaHru itu bermakna bacaan]
33:4 qalbayni fi jawfihi ->
peruntukan kata “shalat”, tidak boleh mengandung pelaksanaan ganda atau dua pemahaman. Sekarang tinggal pilih, mau yang mana?
tau gak sih [shad lam wau] itu? Energi yang paling kuat dan paling wajib itu yang mana, KitabNya atau perbuatan yang seperti kalian namakan ‘shalat 5 waktu”?
isra mi’raj?
aku juga keberatan jika disuruh 50, karena maknanya harus menjelaskan seluruh perkataan pada kitabNya kekhalayak umum. makanya milih 5 aja. Nulis dan ada yang menyebarkan.2:286
tarawih[ra wau ha atau ruwh atau mendelegasikan beritaNya] -> hari keempat stop ke masjida? Takut dicontoh? Mengapa?
karena mendelegasikan beritaNya tidak boleh terkesan kepemilikan satu orang saja. Melainkan harus dimiliki secara bersama dalam satu rumpun persaudaraan dijalan ajaranNya.
kok umar dan abu bakar boleh?
“Aku kira kalian telah mendengar bahwa Abu ‘Ubaidah datang membawa sesuatu.” Mereka menjawab, “Benar,
yang dibawa abu ‘ubaydah :
abu [ali ba wau], bin,ibnu [ba nun ya]
umar [alif mim ra],‘umar [ain mim ra], khathathab[kha tha ba]
bakar[ba kaf ra], ash-shidiq[shad da qaf]
benahilah cara kalian dlam membaca kitabNya, jangan tergantung dengan kitab tandingan lainnya, karena sama saja memungkiri-> 11:1,2, 112:2, 10:69
Juli 6, 2012 at 12:32 am
Kurang sedikit lagi
2:31-33,
[fa ra qaf] -> iftaraqat [kondisi pembagian perjalanan berita ajaranNya]
71,72,73 terkait juga dengan
‘Hai Abul Qasim!’ Rasulullah saw. menoleh kepadanya. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukan engkau yang aku maksud. Namun, aku memanggil si Fulan.’ Maka Rasulullah saw. berkata, ‘Pakailah namaku tapi jangan pakai kuniyahku’,
3:3,4,67
[bacaan1, bahasa1],[bacaan2,bahasa2]
48:29->9:80, 9:111, 11:91 ->terikat dengan perwalian secara roda-waktu
[fa ra-qaf] ->“aftaraqat al yahuwdu”, “wa-aftaraqat an-nashara”, “lataftariqawna ummati”
bacaan1, bahasa1,[bacaan2[3:8]bahasa2],bacaan3,bahasa3
->
harus dipadukan dengan 3:27 tentang langit*,bumi^
bacaan1,bahasa1 -> dalam pandangan saat ini yang tersebut sebagai “Kitab Suci”, yang nyeleneh perbuatannya disebut alyahuwdu atau seperti mereka yang membuat istilah “al quran dan terjemahannya”
bacaan2,bahasa2 -> dalam pandangan saat ini, seperti hadits “aisyah, anas bin malik, abu hurairah”, “siliwangi”,”jayabaya”, atau yang menolong secara pengetahuan. Yang nyeleneh perbuatannya disebut an-nashara atau seperti kitab fiqh, kitab tafsir dlsb
bacaan3,bahasa3 ? yang menjelaskan pemahaman Kitab suci dengan keilmuanNya
aljama’atu? Pelaku secara waktu.
bacaannya->disebut dengan istilah khamis, penulisnya-> disebut dengan istilah jum’at.
bacaan1,bahasa1 itu yang dimaksud “jangan menggunakan kuniyahku” atau abu al qasim
bacaan2,3,bahasa2,3 itu yang dimaksud 66:2 “iymanakum”
66:3 “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab: “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
72:22,96:16,27:24
sudah ditutup.
Juli 7, 2012 at 8:18 pm
Suci dalam debu
cara menuliskan perkataan suci dalam debu[bahasa kehidupan].
dasar pemahaman iman[alif mim nun] : tulisan suci ajaranNya, atau kitab suci.
2:183
melanjutkan perkataan suci ajaranNya[yaa ayuHa lladzina amanu]
wajib dengan bacaan yang pokok yang terikat dijalanNya yaitu kitab suci[kutiba alaykumu ash-shiyyamu]
yang serupa dengan bacaan pokok leluhur AjaranNya[kama kutiba ‘ala lladzina min qablikum]
itulah ikatan energi penerus tulisan yang sesungguhnya[la’allakum tattaquwn]
tattaquwn[wau qaf yaa] : perbuatan dengan ikatan ketentuan perwalian tulisan-keilmuanNya.
30:50,
engkau bagai air[pemahaman] yang jernih
didalam bekas[terjemahan] yang berdebu[bahasa kehidupan]
zhaHirnya kotoran[pemikiran] itu terlihat[kesalahan tafsirnya]
kesucianpun terlindung jua[yaa iyalah kan ada pemilikNya]
cinta[hibbu->tali pengetahuan] bukan hanya dimata[terjemahan kata]
cinta[hubbu-> tali pemahaman] hadir didalam jiwa[terjemahan akar kata]
biarlah salah dimata mereka[tidak usah ikuti tradisi kehidupan mereka]
biar perbedaan terlihat antara kita[cukup dengan keilmuaNya saja]
kuharap engkau kan terima[pohon tulisan yang memberi pemahaman bintangmu]
walau dipandang hina[yang ianya tumbuh dari tanah kehidupan yang berbeda bahasa]
namun hakikat cinta[walhabbu] kita, kita yang rasa[keharuman maksud dan tujuan bersama]
2:71, [ba qaf ra] sapi betina
proses yang melahirkan penulisan berita ajaranNya dengan ketentuan waktu.
– tidak menggunakan air pemahaman yang sudah pernah digunakan, atau tidak memakai pemikiran yang berlaku dikehidupan.
– tidak menggunakan pemikiran dari jejak pengetahuan yang berlaku dikehidupan, seperti kitab fiqh, kitab tafsir dlsb dst
– tidak terpengaruh bahasa kulit yang berlaku dikehidupan seperti bahasa arab-saudi
result->
suatu hari nanti,pasti kan bercahaya
pintu akan terbuka,kita akan bersama
disitu kita lihat, bersinarlah hakikat
debu jadi permata, hina jadi mulia
bukan khayalan yang aku berikan, tapi keyaqinan yang nyata
karena cinta lautan berapi, pasti kan kurenang jua
bagaimana bisa 2:183, dijadikan oleh mereka sebagai landasan perbuatan yang bernama “puasa” sebulan penuh itu?[30:10][3:17]
Juli 7, 2012 at 10:56 pm
Logika ludah
syair lagu[suci dalam debu] itu yang dimaksud dengan “ludah”. Sesuatu yang sudah ada pemilik rumah perkataannya, dan dijadikan pangkal ucapan pemikiran.[lidah]
awalnya, mencari lagu “gerimis mengundang”, karena yang mendekatkan kata “fathallun”2:265, yang diberi pemahaman sebagai pelaku dilembar ajaranNya, atau seperti pak-tani, yang membajak sawah dengan menggunakan lembu[pemikiran yang berkendaraan onta].
dasar pemahaman, kata “muhammad, nabi, rasul”, terkait dengan berita ajaranNya, hanya berbeda pada fungsi pelaksanaan dengan kaitan pokok pemberitaanNya.
->[dulu aku pernah mendengar tentang ini]6:20, 30:50
nabi saat melewati sebuah “rumah milik seorang yahudi”, diludahi. Dan membalasnya dengan senyuman. Ketika melewati rute yang sama, “seorang yahudi” itu diberitakan sakit.
nah, kata “yahudi” itu memberitanda suatu perbuatan yang terhubung dengan perkataan pokok atau kitab suci. “diludahi” sudah dijelaskan, dan “senyum” itu maknanya “menulis” dilembaran yang terkait perjalanan “gigi” ajaranNya. atau “sunnah” 5:45 [sin nun nun]->gigi, sunnah satu akar kata.
mengapa sakit? Karena kata “sakit”, itu memberitahukan kedudukan atau posisi sandaran, antara yang kuat dan yang lemah. Jadi kata sakit itu seperti “syair lagu suci dalam debu” itu yang berposisi lemah atau yang dikalahkan dengan keilmuanNya.mengapa orang tersebut tidak kelihatan? Yaa karena sudah menjelma dalam satu tulisan, dengan posisi “sakit”.
nah, kalau membaca itu jangan pergi ke klenik atau ke buku-buku yang menuliskan keterangan dengan mantra persangkaan tanpa keilmuan. Akibatnya menganggap surat56[wau qaf ain] sebagai “bacaan pelaris dagangan atau usaha perniagaan dikehidupan”. Surat56 itu maknanya adalah tulisan masa depan ajaranNya, atau yang memuat pemahaman AjaranNya dengan membentangkan trik keilmuanNya.
56:19 yang diterjemahkan dengan pening[shad da ain-wau] itu maksudnya gak perlu repot-repot cari sandaran ke “kitab yang bengkok”, cukup pakai yang tersaji dikehidupan dan dikaitkan dengan hati. Dan yang diterjemahkan dengan “mabuk”[nun za fa-wau] itu maknanya perbuatannya tidak terhalang dengan cara berpikir kebanyakan orang saat ini, yang takut dan kemudian bertanya kepada “pemimpin yang bengkok” otaknya dan tabiatnya.
suatu hari nanti,pasti kan bercahaya[14:1]
pintu akan terbuka,kita akan bersama[1:6]
disitu kita lihat, bersinarlah hakikat[2:71]
debu jadi permata, hina jadi mulia[55:58,49:13]
bukan khayalan yang aku berikan, tapi keyaqinan yang nyata[102:5]
karena cinta lautan berapi, pasti kan kurenang jua[76:28]->penjelasan dengan bahasa lokal, atau sudah mengendarai buraq[ba ra qaf], dengan energi [ba qaf ra].
cicak, walaupun tidak sehebat manusia, namun apabila sudah dalam kuasaNya, maka akan memunculkan kekuatan pemikiran yang melebihi manusia. Karena bisa mengoreksi penulisan dengan isyarat “suara ketukan”kiri, kanan, dekat,jauh, dan sesuai temanya.kewren.[59:13][61:11][5:55]
Juli 7, 2012 at 11:37 pm
Kejar dunia
kata “Alloh” itu harus selalu berada pada Kitab Suci.
[59:13]-> indikasi bahwa pemahaman yang berlaku diluar sana, yang berupa kitab yang bengkok, yang mengatasnamakan ajaran “Kitab Suci”, ternyata lebih diminati, diyakini kebenarannya. Ini yang tidak boleh.
“Alloh” itu yang tertinggi, atau kitab suci. Tulisan yang meneruskan pemahaman “kitab Suci” disebut “ar-rahman”.
kata “qaf ta lam” itu khusus, untuk “spesial men” dijalan AjaranNya.
intinya, jangan berwali dengan dukun, tapi berwali dengan yang seperti “maulana malik ibrahim”, atau yang memiliki kekuatan keilmuanNya.
syukuri apa yang ada, cinta adalah anugrah
untuk selamatkan hidup ini, segera lakukan yang terbaik.
Juli 8, 2012 at 3:17 am
Bandung1910
[walau lelah kudicoba, tuk menggapai hatimu]
aku adalah tulisan ajaranNya, yang tidak dapat menolak yang datang kepadaku. Dan aku juga perkataan ajaranNya, yang tidak dapat menghidar dari seruan orang yang menyeru menggunakanku. Kini aku semakin tak berdaya, dikarenakan banyaknya tangan jaHil yang melekatkan tulisanku, dilembar yang tak semestinya. Aku diletakkan dikertas yang menempel dimobil, motor, sebagai gantungan penghias, sebagai penguat identitas semata. Aku ditempel di plastik dan didinding restoran sebagai boleh dan tidaknya orang memakan makanan dikehidupan. Dan aku semakin tak berdaya, disaat kotak-uang yang menggunakanku, melecehkanku dan aku malu dengan pemimpin tertinggiku yaitu kata Alloh.
aku selalu diperkosa tanpa makna, tanpa maksud yang tujuan untuk menjagaku, membelaku, memperjuangkanku.Karena aku hanyalah tulisan AjaranNya. aku dipaksa mengikuti kemauan dan selera mereka, kepentingan mereka, kepopularitasan mereka. Aku lelah dan tak ada yang memberi makanku, memberi minum kepadaku. Namun mereka menggunakanku untuk mengumpulkan kekayaan, mengumpulkan pengikut, mengumpulkan kesombongan yang tidak membelaku. Karena aku hanya bisa terdiam melekat pada lembaran AjaranNya.
[rindu selalu diganggu tuk selalu dekatmu]
banyak pihak yang mewakilkan rindu pemahamanku, yang menggunakan pengetahuan yang bukan dariku. Aku tak berdaya, aku tak kuasa menolaknya, karena aku hanyalah tulisan AjaranNya. aku dicetak bersama buku-buku yang mengaku kenal denganku, yang mengaku dekat pemikiran denganku. Padahal mereka tidak membela kepentinganku, padahal mereka menolak seruan padaku, padahal mereka tidak peduli aku indah atau aku rusak. Yang mereka pedulikan hanyalah laris tidaknya buku-buku itu.
Aku malu dengan nama-darahku, Adam, IbraHim, Muwsa, ‘Iysa, Muhammad, Nuwh, Idris, Yahya, dzulqarnain, Ishaq, Ismail, Yaqub, Yuwnus, Huwd, Ayyub, Shaleh,Syu’aib, Ilyasa, dan darah keilmuanku Yuwsufu. Mereka benar-benar ingin menghancurkanku, mereka menjual nama-darahku untuk kepentingan golongan, kelompok dikehidupan.
[adakah kau merasa, hangatnya tatapanku]
aku tahu, mereka mendapatkan banyak hal dari menggunakan energiku. Mereka bisa mendirikan bangunan yang megah, mereka bisa disanjung, karena energiku. Tapi mereka tidak memperdulikan kepentinganku, mereka hanya memanfaatkanku untuk kepentingan yang sepihak saja. Mereka berdusta menggunakan perkataanku, karena mereka tidak memahami sepenuhnya maksud dan tujuan yang ada padaku.oh perihnya rasa cipta padaku.
[oh manisnya senyummu, dan kau bukan milikku]
banyak tulisan yang mewakiliku, banyak seruan yang menyeruku, namun sayang tidak ada maksud dan tujuanku disitu. Mereka memanah simpati dengan perkataan yang ada padaku, mereka mendapatkan yang dimau, sementaraku hanya diam terpaku melihat selain dari mereka yang awam bengong takmengerti tulisan dan perkataan yang ada padaku. Karena perkataan mereka bukan untuk maksudku, melainkan untuk maksud mereka.
[segala yang kuberi tak pernah berarti]
aku ada, aku tiada, bagi mereka sama saja. Aku berarti bagi kehidupan mereka, juga bagi mereka hanya biasa saja. Aku dirusak diseluruh dunia, lagi-lagi bagi mereka juga biasa saja.
karena apa?karena aku hanya tulisan perkataan ajaranNya, yang diam membisu, tidak dapat berjalan dengan sendirinya, seperti orang buta yang tidak bisa melihat siapa yang menuntunku, seperti orang tuli, yang tidak bisa mendengar siapa yang menyeruku, seperti orang yang tidak punya hati, yang tidak bisa melerai permusuhan, pembunuhan-sadis, menggunakan tulisan dan perkataan yang ada padaku. Aku malu, aku sangat malu pada pemimpin tertinggi perkataanku, yaitu kata Alloh.
[berat terasa habiskan darahku]
nama-darahku, muhammad, dipakai diseluruh dunia, tanpa makna, tanpa adidaya yang sesungguhnya. Padahal nama itu untuk pemersatu, bukan untuk membelah persangkaan yang memicu perbedaan dijalan pengabdian yang mengatasnamakanku. Sribaginda, raja diraja, keagunagan diberikan kepada nama-darahku muhammad, namun sayangnya hanya untuk kepentingan maksud dan tujuan mereka sendiri. Padahal bukan itu maksud dan tujuan dari nama-darahku. Bukan untuk manusia yang bisa hidup kekal, namun untuk perbuatan yang menggunakanku atas idzin pemilikKu.
[menusuk tulangku, yang lelah]
wahai pembelaku yang sudah lelah, aku tahu, nasib engkau tak jauh dariku, disepelekan diremehkan oleh orang yang berwujud tikus, yang menggerogoti pemahaman keilmuanKu yang ada padaku. Wahai pembelaku, istirahatlah, cukupkan pembelaanmu, perjuanganmu, sampai disini dulu, hingga datang pertolongan dari pemiliKu. Karena aku tahu, pembelaku tidak bisa memindahkan gerak perjalanan matahari, karena hanya pemilikKu yang bisa mengendalikannya. Al ghuraba itu, ternggelam bersamaku, memasukkan kehidupan pembelaku kedalam kehidupanku. Perlu perjuangan melawan batas yang berlaku pada tradisi mereka. Tidak mudah ditempuh, namun cukup dengan menerima dengan lapang dada perkataan kakiku, “berbahagialah engkau Al ghurab”.[31:31][65:3][6:53]
Juli 8, 2012 at 8:37 pm
Dewa19
[mungkin aku pernah juga merasakan cinta]
dulu,”about long years ago” aku hanya ikut-ikutan saja dalam menjalani pengabdian. Identitas “islam” melekat pada KTP-ku, tanpa kumengerti, apakah ianya, bagaimanakah ianya dalam makna yang sesungguhnya. Dan dulu aku melakukan sesuatu yang dinamakan dengan ibadah. Tanpa kupahami asal-kejadian ibadah itu sendiri. Dan aku hanya mengikuti yang menjadi kebiasaan orang banyak disekelilingku. dan aku terus berjalan dengan pengabaian yang sangat, tanpa ilmu pengetahuan yang cukup, padahal ianya sangat pokok. Karena dulu aku terpesona dengan “ucapan manis” yang keluar dari penyeru yang mengatasnamakan jalanNya.
[tapi tak pernah, seindah ini]
but, now on, aku bisa membalasnya dengan perjalanan pengetahuan yang lebih dari cukup dengan tulisan untukNya, untuk keagungan AjaranNya.[yawmid-diyn]
[mungkin aku pernah merasakan rindu]
dulu,”about fifteen months ago”, aku masih cupu, atau mempertemukan kata-perkata berdasarkan terjemah yang umum beredar diluar sana. Aku tertib makan “sahur”, tanpa bertemu dengan makna yang sebenarnya. Aku mengikuti ibadah i’ed, lagi-lagi tanpa menjumpai dasar pemahamannya. Karena yang diluar sana yang bertindak dan meng-klaim sebagai pemuka, pemimpin dari kelompoknya adalah penyeru te-OP Be-GT dijalanNya, tidak ada satupun yang sanggup dan berani menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
[tapi tak pernah, sedalam ini]
sihir, sihrun,sahur, “sin ha ra”, ianya adalah proses yang terjadi saat menjalankan pemikiran kepada suatu bentuk berita. Yang ianya bisajadi hasilnya seperti telah merasa bertemu dengan pemahaman yang sesungguhnya, atau juga ianya yang seperti telah menjumpai pengetahuan dari perkataan disuatu berita. Seperti “mereka” yang mereka dan merasa dengan benar bahwa kata”sahur” itu untuk perbuatan makan diwaktu khusus yang “mereka” sebut bulan puasa.[20:57-76]
hari raya? “ain wau da” atau ‘iydan 5:114.
“ain wau da”, ianya bermakna seperti tonggak sejarah yang berulang. Atau perkataan sederhananya seperti “ulang tahun”,”perayaan kemerdekaan”. Dan mereka menyebutnya dengan ‘idul fitri, atau ‘idul adha. Kedua kata tersebut adalah salah dalam penulisan. Mengapa? Karena kata ‘iydan[yang terulang kembali] tidak boleh dipatenkan atau disandingkan kekal dengan “yang tercipta” [fa tha ra], “yang bersinar” [dha yaa alif].
karena “yang tercipta kembali”, “yang bersinar kembali”, harus melalui proses berbatas secara kekuasaan yang terikat dengan waktu, serta pokok ajaranNya dan dikendalikan atas dasar kehendakNya.
jadi makna ‘idul fithri itu kelahiran kembali pelaku ajaranNya, yang membawa [dha ya alif] atau sinar terang dari cahaya pokok AjaranNya. dan berlangsung secara bersamaan, bukan terpisah seperti yang dipahami saat ini diluar sana.
Meninggikan kalimatNya itu, memberi pemahaman yang baik yang sesungguhnya, bukan seperti perbuatan dari para pemuka mereka,yang berbekal definisi pemahaman yang baik itu adalah, yang sesuai dengan kepentingan kelompoknya dan takut sama kebanyakan orang, tapi tidak takut dengan penciptaNya.
dan sudah jelas bahwa mereka hanya melanggengkan suatu tradisi tanpa landasan yang jelas dan kuat dengan ikatan pokok keilmuan AjaranNya. akibatnya mereka tidak memahami maksud dan tujuan kata “shalat”, “shawm”,”zakkat”, alhajj”.
syaHadat itu statement berita yang telah tertulis dijalan ajaranNya, Kitab Suci, dan tulisan para leluhur. Kalau salah pilih kitab, atau berita warisan leluhur, akibatnya yaaa melantur, mengiggau, yang akhirnya mengacau!!!
mungkin kamus tak-kan percaya..ya..ya
bahwa sesungguhnya paku tlah tersaku[54:9-17]
ku..akui, a..ku telah larut
larut kedalam kaf..mim..yang kucintai[54:1]
pak, bodoh itu apa sih?
perbuatan yang membohongi penciptaNya.[13:19]
Juli 8, 2012 at 11:09 pm
Paku
1:1,3 17:110, 38:21-25 54:13
pada barisan huruf, “nun” dan “lam” saat awal tidak bisa langsung diikuti huruf “ra”. Karena harus diproses terlebih dahulu dengan “ta nun ra”11:40, 23:37
->
seperti pohon yang diproses menjadi lembaran papan, kemudian dipaku[wau-da sin-ra].
paku itu tidak bisa dilekatkan saat papan masih pada posisi “pohon”. Ini ada pada 38:21-25
papan dan paku itu seperti penulis dan buku yang ditulisnya atau penulis buku.
kasus pada[38:21-25], itu penulisnya yang tidak boleh kekal, atau bersatu abadi dalam sebuah buku yang merupakan kelanjutan suara kitabNya.
atau yang dimaksud dengan “Bergembiralah kalian karena akan datang kemudahan bagi kalian. Kesusahan tidak akan mengalahkan dua kemudahan ->
pohon itu “nun wau ra”[ya sin ra 2:185], papan itu “lam wau ha”[Ha da ya7:154]
15:87 ->
1:1 yang terdahulu, 1:3 yang terkemudian
->17:110
tulisan pokok[Alloh], yang mengikuti tulisan pokok[ar-rahman], dan pelaksananya[asmau alhusna], atau pohon, papan, dan paku
atau kha da ja, kha nun sin dan da kha nun
[1]kha da ja? Siti khadijah
[2]kha nun sin?81:15,114:4
[3]da kha nun?41:11,44:10
karena cicak menyuruh mengeja maka;
[2] itu abu bakar”shad da qaf”, [3] itu umar”kha tha ba”
proses [1][2] itu utsaman”alif fa fa”, proses [2][3]itu ali”alif ba wau,tha lam ba”
semua penamaan itu untuk pelajaran.[2:31-33]
kalian itu kebanyakan beban pemikiran, sehingga “error” dalam memahami maksud dan tujuan yang terdapat pada lembar ajaranNya. telitilah, dan berbenahlah.[62:5][71:9][22:77,78]
Juli 9, 2012 at 12:54 am
Al ghurab?
ghain->7, ra->5, ba->4
atau bahasa yang digunakan[4->pangeran] dalam berita yang mengekspresikan[5->ratu] sumber tulisan ajaranNya[7->raja]
al? Itu pelakunya?
-> “siliwangi”
Tapi ratu saha? Ti mana asalna éta ratu? Engké ogé dia nyaraho. Ayeuna mah, siar ku dia éta budak angon!
tamat[50:35]
Juli 9, 2012 at 7:23 pm
Kisah tongkat dan sumpit
Al-ahzab60-70
[qaf ra nun];
surat18 : yaa+dzu[dza wau ya]+qarnaiyn[qaf ra nun],
surat28 : qarun[qaf ra nun]
tongkat muwsa[mim wau sin] dan cincin sulayman[sinlam ya mimnun]
———————————————————————————————————————————–
kisah leluhur, diringkas, dan disaring dalam penyampaiannya.
“Dimanakah negeri mekah itu?” “Di ufuk barat, di tempat matahari terbenam, “jawab Sang Resi.
ilmu napak kancang, aji halimun, aji geni?
“Sayyidina Ali tidak membutuhkan kesaktian-kesaktin seperti itu, Nak! Yang sakti ucapan dan perbuatannya. Kau akan jatuh tersungkur jika mendengar dia bicara.”
…
kiansantang diuji suruh mencabut tongkat yang ditancapkan ke tanah dan akhirnya kiansantang tak mampu mencabut tongkat itu walaupun sampai keluar darah dari pori-pori tubuhnya setelah mengungkapkan menyerah kalah.
Dengan rasa malu Kian Santang, langsung pamit/cabut diri, beliau merapalkan ajian terbangnya. Namun lagi-lagi ilmu yang di milikinya tak bisa membawanya pulang. Bahkan bukanya dia langsung raib seperti biasanya, malah sekarang dirinya seperti katak sedang berjongkok, diam dan masih di tempat semula.
Dengan tersenyum Sayyidina Ali, berkata: “Kisanak, bila engkau ingin pulang, ada satu ilmu yang bisa menghantarkanmu sampai ke pulau Jawa”.
Merasa dirinya ada harapan,,,, maka di turutilah ucapan sang kakek tadi dan setelah keduanya singgah di salah satu bangunan tua, Sayyidina Ali , yang sudah mengenalkan jati diri kepada Kian Santang, mulai mengajarkan Kalimat Syahadatain dan Hakikat Bismillahirrohmanirrohiim.
Ilmu Pancawarna Tunggal Jati : Bhinneka Tunggal Ika
———————————————————————————————————————————–
[nun fa lam]8:20, 8:1 17:79,93 21:72
nun itu tongkat, fa itu sumpit, lam itu manunggaling energi keduanya.
kalian yang senior, sudah pasti bisa :
[1]ilmu napak kancang, atau mengeluarkan energi pemikiran dengan mendengar perkataan atau melihat tulisan yang bersumber dari kitabNya. ini yang dimaksud ilmu berjalan dan berlari diatas permukaan air laut.
[2]ilmu aji halimun, atau menggunakan energi[napak kancang] dengan menterjemahkan secara pengetahuan. Contohnya, kata “ba’du” diterjemahkan dengan kata “sesudahnya”. Ini yang dimaksud dengan ilmu menghilangkan jejak, atau tulisan dan perkataan “ba’du” menjadi hilang diganti dengan perkataan dan tulisan “sesudahnya.
[3]ilmu aji geni, atau mengekspresikan energi[halimun] dengan menterjemahkan dalam berbagai bahasa. Contohnya, kata “sesudahnya” dilanjutkan dengan kata “ever after”, “enggeus”, dst. Ini yang dimaksud dengan ilmu tahan api, atau ilmu ekspresi bahasa dikehidupan.
namun sayangnya, pada kenyataan yang berlaku adalah pola klenik atau “ilmu napak kancang, aji halimun, aji geni”dianggap sebagai kekuatan supranatural yang berlaku dikehidupan duniawi.
ketiga ilmu tadi itu seperti sumpit yang digunakan untuk makan mie kuning[1] atau mie putih[2,3].
mengapa [1] diberi tanda mie kuning?[2:69, 30:51, 57:20] atau tulisan dan perkataan yang sudah ditetapkan sebagai yang pokok, atau pada kitabNya.
mengapa [2,3] diberi tanda mie putih?[2:71, 27:12, 28:32] atau tulisan dan perkataan yang melanjutkan yang pokok atau dari kitabNya.
untuk memudahkan makna kedudukan “sumpit” dengan lagu :
bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup untuk menghidupimu…
orang bilang tanah kita tanah surga[ja nun nun], tongkat-kayu dan batu jadi tanaman.
[atau dalam isra mi’raj memilih susu”lam ba nun” daripada khamr”kha mim ra”]
Aku bertemu dengan Nabi Ibrahim as. Akulah keturunannya yang paling mirip dengannya. Lalu aku diberi dua bejana, yang satu berisi susu dan yang lain berisi khamr. Dikatakan padaku: Ambillah yang engkau suka. Aku mengambil susu dan meminumnya. Kemudian dikatakan: Engkau diberi petunjuk dengan fitrah atau engkau menepati fithrah. Seandainya engkau mengambil khamr, niscaya sesat ummatmu.
ummatmu->tulisan dan perkataan pokok ajaranNya.[ingat pelajaran tentang iraqi dan al khawariji]
[21:87, 37:44,139-148, 68:48]
tentang labu[37:146] -> yang seperti dijelaskan pada [2,3], atau perkataan yang menjalar pada pagar perkataan atau pokok perkataan.
marah, sedih -> terhubung hati -> pagar perkataan atau perkataan pokok pada ajaranNya.
perut ikan-> seperti iraqi, ikan ->seperti al khawariji[yang melekat pada ‘iraqi]
contoh pada 21:87 ->
kata “Laa ilaha ilaa anta”, nah ini iraqi[ain ra qaf] atau dasar sebelum diucapkan atau transisi perkataan bahasa latin yang terikat pokok suara perkataan ajaranNya. dan kemudian perkataan tersebut diucapkan dalam bentuk [‘iraqi] yang disebut al khawariji.
kaf zha mim[68:48]->zha : kaf[‘iraqi], mim[al khawariji] atau mengekspresikan serupa perkataan yang pokok. Atau tanpa disertakan suatu kendali pemahaman atau perbuatan [kha mim ra].
kata perut pada 37:144[bathnihi] maknanya, kata “Laa ilaha ilaa anta”, hanya diterjemahkan sebagai “tiada tuhan selain engkau”, tanpa ada penjelasan yang sesungguhnya, atau dibiarkan menjadi batu. Seharusnya dijelaskan dengan “tidak ada sumpit wahyu[wau ha ya], jikalau tidak dengan tongkat Muwsa[mim wau sin]”.
sumpit-wahyu -> tongkat kayu bertipe “Nuwh”[nun wau ha], yang mengangkut perkataan yang dikeluarkan dari yang pokok kedalam “kapal pemahaman yang satu”, atau teori sarang lebah-madu atau satu dapur pemikiran.
tongkat-muwsa -> tongkat pohon bertipe “IbraHiym”[alif ba-ra Ha-mim], yang menjalankan perkataan pokok AjaranNya dengan sumber suara yang satu, yang kekal, memiliki akar kata yang kokoh.
dipersingkat;
kalimat syaHadat? Secara fungsi adalah untuk mencegah propaganda pemikiran, atau mencegah pecah belah pemahaman, sehingga dapat bersatu secara pandangan dan pendirian diatas dasar pokok ajaranNya.
hakikat bismillah?
tongkat-pohon yang memiliki akar kata yang kokoh, tidak keluar dari batas yang telah ditetapkan. Karena banyak pihak yang saat ini, mengeluarkan statement tandingan secara perkataan. Contoh “tawhid islamiyah”, “ukhuwah islamiyah”, “aqidah islamiyah”, sementara kata islamiyah itu sendiri tidak ada pada tulisan dan perkataan pokok AjaranNya. 4:38,5:38
segala sesuatu yang tidak sesuai dengan “bismillah” atau tulisan dan perkataan Kitab Suci, maka ianya tertolak dan melanggar secara fatal.
cincin melingkar pada jari-tangan, sedang tongkat tidak akan dapat tergenggam dengan baik apabila tidak memiliki jari-tangan. Cincin, manusia bisa menciptanya, sedangkan jari-tangan yang menggerakan pena AjaranNya, itu bukan manusia yang mengaturnya, melainkan atas dasar kehendakNya. Tanpa jari-tangan, anda tidak dapat berjabat-tangan secara erat dan bersatu
cincin itu perhiasan pemikiran, pada goresan pena atau tulisan. Tanpa kehendakNya, tulisan itu tidak dapat menyatukan pemahaman yang sesuai dengan ajaranNya. sudah terbukti dengan nyata, satu sumber, malah dijadikan sumber perpecahan.
aku diutus seperti jarak dua jari ini “seraya merapatkan jari telunjuk dan jari tengah”.
maksudnya?ajaran yang terdahulu dan yang terkemudian sudah menjadi satu pandangan satu pendirian dijalanNya.
qarun itu serupa “segala yang tercipta pada proses berjarak dua jari tersebut yang terbentuk tanpa keilmuanNya tanpa kehendakNya” dan yang akan tergunting apabila sudah ada wasit AjaranNya.[28:76-88]
tugasku hanyalah untuk menyampaikan, dan sudah aku sampaikan.[95:7]
Juli 9, 2012 at 7:56 pm
Satu perbuatan pemahaman
bukan hanya dilandasi dengan pemikiran semata, namun harus dengan perjalanan waktu, yang menyatukan tulisan terdahulu dan kemudian dalam satu perbuatan pemahaman yang satu.
tulisan sebelumnya adalah penjelasan dari :
[1]Ketika Ali datang, Rasululloh saw “meludahi”[fabashaqa “ba shad qaf”] kedua matanya[‘ainayhi ain ya nun] dan mendoakannya/menyeru beritanya[wa da’alahu “da ain wau”]. Sembuhlah penyakitnya itu, sehingga tidak tampak kalau ia baru saja “sakit”. Kemudian diserahkan “panji-panji” itu kepadanya.
[2]Ali ra. Berkata : wahai rasululloh, apakah saya harus memerangi mereka hingga seperti kami?” laksanakan dengan tenang, hingga engkau sampai didaerah mereka.
[3]tsumma ad’uHum ila al islam…
al islam, lam alif -> hadits tersebutkan[1], sin lam-> terkait berita “kian santang dan sayyidina ali”[2], sin mim?… dan kemudian dalam satu perbuatan pemahaman yang satu[3]
dan aku sudah menyampaikannya.[83:26][39:31]
Juli 9, 2012 at 8:40 pm
Penjelasan lalat
dan maksud sisa hadits yang “meludahi” tersebut pada tulisan sebelumnya, seperti yang dijelaskan pada tajuk “tongkat dan sumpit”.
69:42,11:3
lam alif-> yang memancarkan energi[fadhlin], alif lam->yang meneruskan energi[fadhlahu], secara waktu dan peristiwa terkait pelaku dan tempat.
membiarkan anak perempuan bermain dengan ular-> seperti bermain dengan kata “aji geni”,”napak kancang”,”aji halimun”, atau yang berlaku dikehidupan pada cerita rakyat, lagu. Dst
membiarkan anak perempuan bermain dengan binatang buas-> seperti bermain dengan kata “terjemahan” yang berlaku diluar sana, seperti kata “tuhan”, “panji-panji”, “mendoakannya”, yang sebenarnya bukanlah arti dari kata pada sumbernya.
dan saatnya lalat untuk pergi terbang kemana saja ia suka.[54:49]
Juli 10, 2012 at 1:03 am
Penimba air sumur
3:40-43 [surat Ali ‘imran, alif lam mim]
19:9-12 [surat Maryama,KaHayaainshad]
terkait kata :
za-ka ri-ya dan yahya, maryam dan ’iysa, tiga malam
terkait 28:27,6:143,144,39:6,56:7
terkait suara “abu JaHal” pada badr “tiga hari”.
Dari Anas bin Malik, ia telah berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: “Aku didatangi mereka, kemudian mengajakku ke Sumur Zam Zam. Lalu dadaku dibedah, kemudian dibasuh dengan Air Zam Zam. Lalu aku dikembalikan.”
sumur? Ianya catatan peristiwa dalam perjalanan waktu.
12:10 ->kondisi tulisan kitabNya saat “gundul”
12:15 ->kondisi tulisan kitabNya saat “dipenuhi rambut” atau dipenuhi “tanda-baca”.
[suara cicak 5 kanan jauh]
“za” itu lambang dari lembaran tulisan atau buku atau kitab atau yang didekatkan
prosesnya seperti orang yang mengambil air dengan ember pada sumur.
[za ya lam]->yang senantiasa terpisah
[za ya ghain]-> cara penyajiannya
[6:96]
seperti seorang yang mengambil air dari sumur dan memindahkannya ke ember atau seseorang yang mengambil air pemahaman dari sumber kitabNya, kemudian memindahkan kedalam tulisan dengan “air kepentingan” yang sama.
3:8 ->
rabbana[landasan tradisi penulisan ajaranNya], laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaytana[lam alifnya bukan tulisan pemahaman yang melanjutkan energi AjaranNya, melainkan sumber tulisan AjaranNya] -> intinya : air pemahaman dan air kepentingan tidak keluar jalur dari ketentuan yang berlaku dijalanNya. Atau;
jangan jual “air”nya dengan kepentingan selain ikatan persaudaraan dijalanNya, jangan gunakan “air”nya untuk memandikan kepentingan kelompok, golongan, selain dijalan ajaranNya.[10:28 fazayyalna “za ya lam”], jangan menganggap tulisan energi “air”nya lebih kekal dari sumbernya[21:15 zalat “za yaa lam”].
kalian bukan mengabdi pada tulisan, melainkan dengan menggnakan “air” yang terkandung dalam tulisan AjaranNya. akibatnya seperti kondisi saat ini, 3:8 dipakai untuk sesuatu yang dinamakan “berdoa”. Kalian mandi jangan dengan tanah-perkataan, melainkan dengan air perkataan. Akibatnya semakin jauh dari pemahaman AjaranNya, dan semakin berpecah-belah pandangan.
itu metoda “za mim za mim” atau air zamzam, yang bukan berasal dari tradisi di arab-saudi, melainkan dari tradisi ajaranNya, yang sarat dengan keilmuanNya. membelah dada?
shad da ra -> shad da itu saat air masih belum terlihat pemahamannya, atau masih didalam sumur, shad ra-> itu air yang sudah terang dengan penglihatan yang jelas pemahamannya atau pagi yang menyingsing, hadir setelah malam.
3:200,19:98 -> itu yang dimaksud dengan suara “jayabaya” pada “andayani indering ja-gad ra-ya, padha asung bhekti”
dari “zakariya” menuju “jagad raya”, atau dari tulisan sejarah ajaranNya, menuju wawasan pemahaman yang kokoh dijalan AjaranNya.
surat3 itu seperti “sayyidina ali”,surat19 itu seperti “kian santang” yang bertemu di [mim kaf kaf] diufuk barat tempat matahari tenggelam.[53;7, 81:23]
atau posisinya di bumi jawa atau yang bernama saat ini Indonesia.
sumur, memiliki air, dan jika sumur itu kering maka siapa yang berkuasa untuk menjadikan sumur itu memiliki air kembali?67:30
kalian itu, pandai, pintar, dan cekatan dalam pemikiran dikehidupan, namun kalian menjadi lupa-diri dengan keilmuan kalian, sehingga tidak memahami bahwa KitabNya itu tidaklah sama dengan “kitab” buatan manusia. Tidaklah sama. Harus mengikuti kehendakNya. Seperti matahari yang bercahaya di jam 10, kalian tidak bisa memindahkannya seperti diposisi jam 3 sore. Yang berkuasa atas waktu, hanyalah pemilikNya.
inilah waktu perpisahan aku dan kalian semua.[4:89]
ingatlah, yang pokok itu adalah perwalian dijalan ajaranNya atas dasar al haqqi al qadri.[8:2]
Juli 11, 2012 at 8:37 am
Wahai penulis, segera lah membaca istigfar… hingga kapanpun tidak akan pernah terbentuk Negara Islam Indosia… Islam adalah Islam. Saya sangat kasihan sama kader kader NII yang di bodohi oleh teori teori al-quran yang di pelintir. Mereka hanya menggunakan al-quran sepotong sepotong. Di NII Berbohong sama orang tua di halalkan, mencuri di halalkan, berbuat mesum di halalkan, tidak solat tidak apa-apa.. Ini ajaran yang aneh dan sangat sesat serta menyesatkan, sungguh saya merasa kasihan sama kader kader NII….
Abuqital1:
Wahai pemberi komentar….miftah_ppi@ymail.com
Yang dimaksudkan oleh anda adalah KW9 Panji Gumilang yang sesat nenyesatkan. KW9 Az Zaytun Panji Gumilang bukanlah bagian dari NII akan tetapi tandingan NII yang dibuat oleh NKRI (Negara Kafir Republik Indonesia). KW9 sengaja dibuat oleh NKRI untuk membuat citra NII buruk. Komentar anda diatas sudah basi bagi saya dan teman-teman yg sudah mengetahui NII yang sebenarnya.
Jadi jika anda berkomentar atau menjustifikasi hendaklah pahami dulu lalu. Beristighfarlah anda karena telah buruk sangka terhadap perjuangan NII. Jika memang anda dulunya pernah masuk KW9 Az Zaytun atau mungkin family anda juga ada yg pernah masuk MAKA KAMI SIAP MEMBERI DAN MEMBANTU TENTANG NII YANG SEBENARNYA.
Juli 12, 2012 at 12:48 am
A walk in the clouds
27:88, atau innaka laa tukhlifu[kha lam fa] al miy’ada[wau ain da].
terkait 70 kata [qaf wau mim] al qiyamati, terkait 40 kata [wau ya lam], terkait 3 kata [Ha mim za] dan terkait 4 kata [lam mim za] -> surat 104
terkait hajjati[ha ja ja] al wada’i[wau da ain]
jika tulisan AjaranNya bersuara maka berbunyi : satukan aku dengan pengetahuan yang berlaku didalam kehidupanmu. Agar aku hidup pemahamanNya dan berdiri secara keilmuanNya sesuai masa yang ditentukanNya.
18:32-53
teks[tulisan dan perkataan] yang pokok dan teks yang menjelaskan “teks yang pokok” dijalan AjaranNya, ianya seperti dua kebun kurma[nun kha lam] dan dua kebun anggur[ain nun ba].
19:92,93
tidaklah pantas apabila setiap kata yang terbentuk dari [kaf fa ra] selalu diterjemahkan dengan kata “kafir”, melainkan harus menyatukan maksud teks sumber dan teks yang dipancarkannya dalam satu pembawaan pemahaman yang diinginkan sumber asalnya[‘abdan], seperti darimana asal “kata-nya”, dimana posisi “kata-nya” itu berada.[kalimat ayat surat]
[wau ya lam] : sesuatu yang pantang untuk dilakukan, dilaksanakan, diterapkan [2:75,14:2,3,41:6,7]
didekatkan dengan perkataan pada “hajjati al wada’i” :
Boleh jadi sebahagian dari mereka yang mendengar dari mulut orang kedua lebih dapat menjaga daripada orang yang mendengarnya secara langsung.
dan didekatkan dengan perkataan pada bait 148 “jayabaya” :
Akeh janji ora ditepati, akeh wong nglanggar sumpahe dewe; manungsa padha,seneng ngalap, tan nindakake ukuming Allah; barang jahat diangkat-angkat, barang suci dibenci
dan dikembalikan kepada 95:7,8
“Sesungguhnya jika kaumku berselisih dalam satu permasalahan, mereka mendatangiku, lalu aku-lah yang memberi putusan hukum atas perselisihan mereka, dan mereka ridha[faradhiya”ra dha wau” atau saling memahami, sepaham, sepengetahuan, seiring sejalan dalam menjelaskan].”
…
Aku mempunyai anak yang bernama Syuraih, Muslim dan Abdullah.” Beliau bertanya lagi: “Di antara mereka siapa yang paling besar[faman akbaru-> cipta yang lebih membesarkan pemahaman]?” ia menjawab, “Syuraih[sya-ra ya-ha].” Beliau bersabda: “Kalau begitu namamu adalah Abu Syuraih.”
faajaza[ja za ya->pendekatan perkataan]Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga sampa[hatta atii] Arafah[ain ra fa biarafati] hingga ketika matahari telah condong seperti yang diperintah[alif mim ra] biqashwa[qaf shad ya] maka berjalan[ra kaf ba],lalu menaikinya hingga sampai di perut [ba tha nun] lembah[wau da ya].
dan dikembalikan kepada 17:1 terkait kata biqaswa yang satu akar kata dengan masjidil aqsha[qaf shad yaa]
sehingga ianya menjadi :
teks[tulisan dan perkataan] yang pokok dan teks yang menjelaskan “teks yang pokok” dijalan AjaranNya, ianya seperti al masjidil harami[teks pokok AjaranNya yang terdahulu] dan al masjidil aqsha[teks yang terkemudian]
mengapa anggur?apakah yang dimakan buahnya atau yang diperas?12:36,49 maka jawabannya anggur yang diperas.
apa tujuannya? Karena anggur yang diperas, pohon induknya, selalu dijaga “akarnya” atau selalu diutamakan, dipelihara dengan sebaik-baiknya.[14:24,25]
surat104
[wau ya lam] : sesuatu yang pantang untuk dilakukan, dilaksanakan, diterapkan
pengumpat? Itu untuk perbuatan penulis suatu berita[Ha za mim]
pencela?itu untuk perbuatan penyeru suatu berita[lam za mim]
orang yang mengitung itu, sudah pasti dengan sesuatu yang sudah di ada wujudnya, hatta 104:2 seperti menulis dengan teks sumber aslinya, menyuarakan dengan suara yang tertera pada sumber aslinya. Atau perbuatan alkholis100%.
“jayabaya” sudah mencontohkan, menuliskan kata “Allah” hanya pada bait 148. Mengapa? Karena leluhur sudah pasti tau aturan KitabNya terkait 17:26,27 yang merupakan dasar dari 104:1,2
148 dari 200 -> Angkara murka saya ndadi, : perbuatan yang melampaui batas[wau ya lam] semakin tidak terbendung, semakin menjadi saja.
kalian itu tidak mengerti dengan sesungguhnya apa itu “syaHadat[sya Ha da], shalat[shad lam wau],shiyyam[shad wau mim], zakkat[za kaf kaf], al hajj[ha ja ja]”
mau tau arti nisfu[nun shad fa]?
[1]satu perbuatan yang terikat dengan “masjidil harami dan masjidil aqsha”
nisfu min ramadhana? Itu untuk yang menjalankan[1]
sehingga ketika sudah keluar pernyataan yang “menggelegar” darinya, tutuplah rumah-rumah tradisi kalian yang selama ini dipergunakan.
atau pada “hajjati wada’i”
maka sesungguhnya Allah sungguh telah mengharamkan[ha ra mim->mengkhususkan perbuatan yang mengendalikan ajaranNya] di antara kamu sekalian darah-darah kamu sekalian dan harta-harta kamu sekalian
dan
Dan sesungguhnya telah aku tinggalkan pada kalian apa yang kalian tidak akan sesat setelahnya apabila kalian berpegang teguh dengannya yaitu kitab Allah, dan kalian akan ditanya tentang aku apa yang kalian katakan. Maka mereka berkata, kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan risalah-risalah rabbuka.
tau anda kitabulloh itu apa?
[1]satu perbuatan yang terikat dengan “masjidil harami dan masjidil aqsha”
aku sudah ingatkan kalian semua, ingatlah, yang mendapat dispensasi itu hanyalah “tunarungu/tunawicara” atau “tuna-netra”.[7:46][6:91][6:96]
Juli 12, 2012 at 1:22 am
Jumpa terakhir
aku tahu anda, atau kalian pasti sangat terganggu dengan pemberitaan ini. Namun aku hanya menjalankan tugas sesuai apa yang aku jalankan. Dan aku melakukan hal ini karena, perbuatan diluar sana banyak sekali yang mengganggu “KalimatNya” yang suci, Agung dan Mulia.
ini aku copy & paste dari sesuatu yang terhubung dengan surat104
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Utsman dan Ibnu Umar berkata: “Masih segar terdengar di telinga kami bahwa ayat ini (S.104:1,2) turun berkenaan dengan Ubay bin Khalaf, seorang tokoh Quraisy yang kaya raya, yang selalu mengejek dan menghina Rasul dengan kekayaannya.”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari Utsman dan Ibnu Umar.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1,2,3) turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq yang selalu mengejek dan mengumpat orang. Ayat ini turun berkenaan sebagai teguran terhadap perbuatan seperti itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim yang bersumber dari as-Suddi.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1-3) turun berkenaan dengan Jamil bin Amir al-Jumbi seorang tokoh musyrik yang selalu mengejek dan menghina orang.
(Diriwayatkan oleh Ibnu jarir yang bersumber dari seorang suku Riqqah.)
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ummayah bin Khalaf selalu mencela dan menghina Rasulullah apabila berjumpa dengannya. Maka Allah menurunkan ayat ini (S.104: sampai akhir surat) sebagai ancaman siksa yang sangat dahsyat terhadap orang-orang yang mempunyai anggapan dan berbuat seperti itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari Ibnu Ishaq.)
aku jelaskan :
[kha lam fa] itu kata khusus bagi sesuatu yang terpancar dari KitabNya.
[sya ra qaf] itu kata khusu bagi sesuatu yang terdapat pada kitabNya.
keempat riwayat itu menyebutkan dengan jelas aturan dalam memproses penerbitan tulisan dan perkataan yang menggunakan sumber pokok AjaranNya.
jamil[ja mim lam] bnu amir[alif mim ra] al jumbi[ja nun ba]
aku sangat mengenal “jumbi” itu awalnya tertulis dengan “junbi”, karena [ja nun ba] itu proses diantara [sya ra qaf] dan [ghain ra ba].
namun bagaimana orang yang tidak tahu? Dan hanya melihat dari tulisan latinnya saja?
walau aku tidak melihat tulisan aslinya[10:66] aku sangat mengenal maksudnya!!!
karena seorang yang membaca buku, ianya tidak menghapal tulisannya, namun memahami maksud dan tujuan tulisan yang terdapat pada buku tersebut. Nah itulah dasar perbuatan [ja nun ba].
apakah aku gunakan kitab-BUSUK seperti kitab fiqh, kitab tafsir yang jelas-jelas SANGAT dilarang berlaku dijalan AjaranNya?TIDAK pernah sedikitpun aku menyentuh kitab selain KitabNya. Tidak pernah aku menyentuh ajaran sedikitpun selain ajaran dari leluhur yang benar-benar memahami maksud dan tujuan KitabNya. itu bedaku dengan kalian!!![57:17]
Juli 12, 2012 at 2:18 am
Saat terakhir
komentar “miftah” dan “abuqital” itu setali tiga uang, satu pelaku, manusia GOBLOK, TOLOL, DUNGU, IDIOT.
semua manusia itu KOTOR, makanya disuruh membersihkan diri, sepanjang hidupnya.
NII KW9, NII, RI/NKRI, SUDI ARABIA, Dan seluruh negara didunia sudah SESAT!!!
miftah[fa ta ha] itu seperti :
seseorang yang memanggil seorang yang memengang “kunci gerbang”. Dan berkata “tolong dibukakan gerbangnya dengan kunci yang ada disisi anda”, agar semua binatang paling buruk diseluruh dunia bisa merasakan siksaNya yang nyata. itulah makna dari mim+[fa ta ha]
85:20,12:66
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S.104:1,2,3) turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq yang selalu mengejek dan mengumpat orang. Ayat ini turun berkenaan sebagai teguran terhadap perbuatan seperti itu.
al akhnas[kha nun sin]81:15
karena sudah mengenal tabiat manusia yang suka “mengganti-ganti” isi pemberitaan, maka dijaga dengan “nama”, agar maksud dan tujuan tidak hilang dan dapat dikenali dengan “nama yang tersebutkan’.
8:22,
mereka itu tidak bisa memahami perkataan AjaranNya, atau manusia GOBLOK, TOLOL, DUNGU, IDIOT.
aku memohon keadilan, setarakan kepedihan ini, dengan yang NYATA.[13:40]
Juli 12, 2012 at 5:49 am
Berjalan diatas awan perubahan
a walk in the clouds,9:18 aku yang tidak pernah takut dengan siapapun, walaupun aku hanya berdiri sendiri disini. Melawan seluruh manusia yang hidup diakhir jaman ini dengan tradisi mereka yang kuat dan saling menguatkan satu sama lain. Aku berdiri hanya untuk kalimatNya, yang aku sudah mengerti dan pahami maksud dan tujuannya. Rumah dan kuburku telah ditentukan, hanya pada sisi AjaranNya.
berbeda dengan kalian, hatta zurtumu[za wau ra] al maqabir[qaf ba ra] 102:2
kubur kalian memang sepertinya sama, menggunakan KitabNya, dan ajaran waliNya, akan tetapi kalian mengawali dan mengikatnya dengan “zurtumu”[za wau ra] seperti kitab-BUSUK, yang penuh keangkaramurkaan, kitab fiqf, kitab tafsir, dll, disertai dengan nama puja-puji seperti bnu taimiyah,bnu katsir, madzHab syafi’i, hambali, hanafi, maliki, atau dengan segala nama nge-trend aliennya yaitu, sayyid qutb, yusuf qardhawi, abul ‘ala maududi, dan banyak lagi. DAN SUDAH PASTI untuk KEPENTINGAN kelompok, golongan, partai, maupun negara.
[za wau ra]25:72,22:30-> tidak perlu aku bersandar dengan keterangan dari yang tersebutkan. Sangat tidak perlu dan tidak BERMANFAAT!!! Karena mereka tidak memiliki lisensi, legalitas yang solid dijalan AjaranNya.
kitabulloh?pernyataan berupa tulisan maupun perkataan yang bersandar dengan menggunakan sumber AjaranNya, harus sesuai dengan kekuatan waktu yang menyatukan kembali ianya kepada sumber asliNya, KitabNya. innaka laa tukhlifu al miy’ada. Tidak ada yang boleh melanggar dengan alif lam mim [wau ain da] atau ikatan pokok ajaranNya.
yang pokok itu KitabNya, bukan kelompok, golongan, partai, maupun negara yang mengaku secara palsu, mengatasnamakan ajaranNya!!!
110:3 fasabbih bihamdi rabbika wastaghfirhu, innahu kana tawwaba
mana bisa Tradisi ajaranNya diatur dengan tradisi manusia seperti yang berlaku di negara arab saudi!!!jangan mimpi disiang bolong!!!
kalo orang yang sudah tau, maka dia tidak berani menggunakan kata seperti abuqital. Karena kata tersebut [qaf ta lam] peruntukkannya khusus. Sama juga dengan penggunaan kata “muhammad yusuf”, ini benar-benar kelewatan banget!!! Memandang indah keduniaan, melupakan keindahan AjaranNya. JANGAN SOK SUCI!!!
aku dahulu, untuk ninggalin kebiasaan tradisi “ibadah 5 waktu” itu susah, tidak bisa, sampai setiap malampun minimal 8 raka’at. Tapi jika pemahaman ajaranNya berkata : kenapa kamu takut dengan tradisi, yang mengatakan sesuatu yang tidak dimengerti!!!mengapa kamu mengikuti kebiasaan orang-orang yang menyusun tubuh lembu, yang hampa dari kebenaran!!! Tradisi mereka itu menyeru tanpa mengetahui apa yang diserukannya!!!kamu menyembah siapa?
mereka itu tidak tahu, mereka itu tidak paham, kitabNya tidak melarang perbuatan yang dilakukan manusia, namun kitabNya melarang perbuatan yang meninggalkan Kemurnian AjaranNya. seseorang yang sudah melekat dengan kitabNya, ia tidak mau mencuri, berzina, membunuh, apalagi durhaka terhadap orangtuanya. Akan tetapi KETEGASAN itu harus dijaga, apabila “kedua orangtua” memaksa untuk meninggalkan kebenaran yang sesungguhnya, maka yang harus didahulukan adalah ajaranNya. lihat diluar sana, mereka yang sampe “item jidatnya” atau yang keliatan rajin “ibadah membenturkan kepala 5 kali sehari”, apakah bisa membendung BIRAHI!!! Apakah bisa membendung dari perbuatan membunuh secara SADIS!!! Apakah bisa bertahan untuk tidak berbohong kepada sesama manusia!!!apakah bisa untuk berbuat saling tolong menolong yang kekurangan beras tanpa batasan golongan!!!apakah bisa untuk tidak menumpuk kekayaan!!!
karena mereka itu semuanya palsu, SUNGGUH PALSU dalam melakukan pengabdian.
hai “miftah?” kamu ngoceh tentang istighfar…
tau tidak arti sesungguhnya!!!alif sin ta +[ghain fa ra]->ha mim pertama, atau mengikat dengan Ajaran kitabNya. itu makna istighfar yang sesungguhnya. Bodoh kok dipelihara!!!
Juli 12, 2012 at 8:28 am
Tantangan resmi
dahulu aku tidak tau apa masjid itu? Sekarang aku mengenal betul apa itu lembaran yang dapat mendekatkan diri kepadaNya dijalan ajaranNya. itulah sin ja da.
aku mengingat suatu peristiwa, disuatu tempat, yang disapu bersih dengan ombak besar, yang tersisa suatu bangunan yang disebut “mesjid”. Sementara yang disekitarnya sudah rata dengan tanah. Buat apa mendirikan bangunan yang notabene, katanya dan katanya akan mendapat pertolongan, sementara keselamatan tidak dapat diraih? Itukah yang kalian namakan “mesjid”? itukah yang kalian artikan tempat memurnikan ketha’atan kepadaNya?mengapa tidak ditolong!!!karena kalian telah mencoret kalimatNya disembarang tempat, memperlakukan kalimatNya bukan ditempat sebenarnya. Serambi mekkah? Itulah penyebabnya!!!
aku, tanya kepadamu abuqital?
surat dinas kepemimpinan diantara anda apakah boleh diperlihatkan kepada yang tidak berhak?
aku tanya kepadamu MUI?
nama kalian, rahasia keluarga kalian boleh tidak ditempel disembarang tempat, dibungkus permen, bungkus makanan, yang dibuang dan kelak akan terinjak-injak orang?
KENAPA KALIAN PERLAKUKAN KITABNYA dengan seenak-enaknya!!! Tulisan yang disana memang tidak bisa berbicara, tapi aku disini Bisa Lantang Berbicara!!!
nawaitu shawma ghadin?
tau anda artinya nawaitu[nun wau ya]
seperti : seseorang yang berkata : aku beli bibit pengabdian yaa dari kamu. Itulah “nawaitu”.
ghadin?[ghain wau da]
seperti : kepemimpinan hari ini[diucapkan 1000 tahun yang lalu] pemberlakuannya tidak sama dengan kepemimpinan yang akan datang.[18:23,24]
tau anda insyaAlloh itu? Yang sering tersebutkan dengan Alloh dan rasulNya lebih mengetahui!!!
“shawma”[shad wau mim] -> jembatan kata yang menghubungkan keduanya.
jadi apa makna nawaitu shawma ghadin?
berpeganglah pada pengabdian dijalan kepemimpinan atas kehendakNya.
yang seperti apa?
‘an ada-i fardhi syaHri ramadhana
yang ditetapkan perwaliannya berdasarkan “syaHri[juklak ajaranNya] ramadhana[waliNya]”.
Hadzihi sanati[sin nun nun]
itulah pijakan yang bergaris “sunnah” AjaranNya.
lilahi ta’ala
dengan tembusan suara KitabNya.
itukah yang kalian sebut “niat” dalam tradisi kalian? Dahulu, saat aku tidak memahami perkataan ajaranNya, aku iyakan saja.
coba anda pikirkan, renungkan?
saya berniat puasa esok hari…
perkataan ini disebutkan, diucapkan pk3 pagi, jika esok hari maka baru menjalani puasa sehari setelah pk3 pagi tsb.
bagaimanakah cara kalian menterjemahkan perkataan yang terikat dijalanNya?
ghadin, ghadan, ghuduwwan, itu juga diartikan mereka dengan esok hari. Sama seperti qiyamati, qari’ah, waqi’ah, haqqah, saa’ata yang mereka terjemahkan dengan kiamat.
itukah cara kalian membela kalimatNya?
ushali fardha arba raka’ti…bla bla bla….
ini perkataan milik siapa!!! Lagi pelajaran membohong yaa!!!sama siapa membohongnya!!!
memang kalian setelah hidup, menuju kemana sih!!!
kalian membela kalimatNya, atau membela kelompok anda!!!
kalau kalimatNya diplesetkan diluar sana mengapa didiamkan saja.
tapi jika yang berhubungan dengan nama pencitraan kelompok anda, mengapa jadi uring orangan!!!
kalian tidak malu yaa!!!
wahai para pembesar…
KitabNya tidaklah sama dengan buku-buku yang beredar diluaran…tidaklah sama…DAN TIDAKLAH SAMA!!! Kalian boleh hina saya…tapi jangan kalian perlakukan hina kitabNYa!!!aku atau saya akan berjuang menghadapi kalian walaupun aku disini hanya seorang saja!!!
tau mengapa anjing diharamkan? Karena seperti perbuatan kalian, itu ANJING, BABI maupun MONYET. Enak saja mempermainkan ajaran KitabNya, diobral untuk kepentingan kelompok golongan, partai maupun negara. TERLAKNAtLAH KALIAN SEMUA!!!
mari kita buktikan…ini yang terakhir kalinya dari saya…
pada saat anda merayakan hari besar menurut tradisi anda…lihatlah apa yang terjadi!!!dan rasakanlah dengan Nyata kejadianNya!!!
abuqital tau alamat saya, jika ada diantara kalian tidak suka, dan ingin membunuh saya, dipersilahkan, dengan catatan asal bisa memiliki kekuatan yang lebih dariNya!!![8:30]
Juli 12, 2012 at 11:41 pm
[ain qaf da]hakikat bahasa ajaranNya
[1]2:235 [bahasa ibu]->melahirkan
[2]2:237 [bahasa bapak]->melindungi
[3]4:33 [bahasa keluarga]->menjaga
[4]20:27 [bahasa persaudaraan]->memelihara
[5]5:1 [bahasa keturunan]-> meluaskan
[6]5:89 [bahasa silsilah]->menertibkan
[7]113:4 [bahasa rumpun keluarga]->menyatukan
2:233 ->[1][2]
2:234 ->[3][4]
2:236 ->[5][6]
2:238 ->[7]
2:226, 9:2,36, 46:15 ->[1][2][3][4]
[1] itu pencipta kehidupan, sedangkan [2] itu pengatur kehidupan atau yang disebut dengan KitabNya. [3]?pelaku yang menjaga kitabNya, [4]?tempat yang memelihara kitabNya
empat perbuatan yang tersebutkan adalah khusus, atau insya-Alloh, atau Alloh dan rasulNya lebih mengetahui.
mengapa aku tidak menyebut dengan identitas “Islam”? karena kata “islam” yang tersebutkan baru terdapat pada posisi [2], bukan pada posisi [1]
mengapa aku tidak menyebut, yang menciptakanku dengan identitas “Alloh”? karena kata “Alloh” yang tersebutkan baru terdapat pada posisi [2], bukan pada posisi [1]
sehingga aku menegaskan bahwa, Alloh sebagai identitas pemilik Kehidupan kitabNya, dan Islam sebagai identitas pengatur kehidupan KitabNya.
karena bagiku [1] itu adalah segalanya, yang aku bisa sebutkan dengan simbol “yang”, atau yang menciptakan langit bumi, yang menciptakan matahari, bulan bintang, yang menciptakan gunung lautan dan pohon-pohon dibelantara kehidupan, dan yang KEKUATANNYA tidak dapat ditandingi oleh yang namanya manusia, dan hanya satu-satuNya.
apakah mungkin, kalian saat berumur 1 tahun hingga 10 tahun sudah dapat membaca kehidupan secara nyata?kalian hanyalah diberitahu, diberitakan, bahwa yang menciptakan bernama “Alloh”. Sekarang yang ditanyakan, bagaimana posisi yang memberitahu itu disaat umur yang sama[1-10 tahun]?apakah tidak berlaku hukum perantaraan yang sama?
disuatu “toko buku” ada 3 orang yang saling berdebat tentang “akidah islam”.
yang “A” tidak terikat apapun selain pengetahuan dari buku, yang “B” terikat dengan pemahaman dari seseorang, yang “C” terikat dengan persatuan dalam suatu kelompok.
ujung kening mereka[hasil akhir pemikiran mereka]->urusan akidah, adalah urusan masing-masing, yang penting tidak saling mengganggu.
yang jadi pertanyaannya : apakah pemilik dan pengatur kehidupan, boleh diatur seleranya dengan pelaku kehidupan yang notabene adalah makhluk ciptaanNya?
posisi manusia secara umum itu hanya berada pada[5][6][7].
sudahkah kalian memahami hal ini?
KitabNya, dibagi penulisannya dalam surat-surat, untuk dapat membedakan maksud dan tujuan dalam pelaksanaan dikehidupan. Apakah kalian menulis resep masakan, sama seperti menulis resep obat?walaupun ada penggunaan kata yang sama, namun peruntukannya yang berbeda. Namun keduanya ditulis dalam bahasa yang dikenal bagi pemakainya, penggunanya. Itulah bahasa persatuan[rumpun keluarga].
kalau tidak dikenal, maka seperti kondisi saat ini yaitu menggunakan alkholis100% yang berakibat, perpecahan dimana-mana. Dan ujung perkataannya -> urusan akidah, adalah urusan masing-masing, yang penting tidak saling mengganggu.
memangnya kalian siapa? Yang diciptakan atau yang menciptakan!!!
sebagai jawaban “miftah”, islam itu islam, tapi yang bagaimana?[80:3][55:8]
anda, kalian, suka atau tidak suka denganku itu urusan kalian semuanya. Yang terpenting bagiku adalah, mengingatkan agar jangan sampai pengabdian yang dilakukan kalian menodai kepentingan pokok AjaranNya.[25:6] intinya bahwa yang dijalankan dan diajarkan harus mengikuti Kekuatan KehendakNya. Tidak bisa dengan kekuatan pemikiran manusia belaka. Seperti apakah anda dapat menentukan kapan hidup atau mati? Atau apakah kalian yang mengatur pengetahuan keberadaan waktunya? Atau apakah anda bisa menggerakan peredaran matahari?
dan aku sudah lega sekarang, sudah bisa pergi meninggalkan medan berapi ini.
Juli 13, 2012 at 9:42 pm
surat untuk Para pembesar
aku, penggembala-kata, yang tidak ingin merampas kekuasaan kalian, yang juga tidak menginginkan merusak tradisi dikehidupan kalian. Namun aku datangi kalian, karena adanya keterkaitan KalimatNya yang Suci, dengan kekuasaan dan tradisi yang berlaku dikehidupan kalian.
aku juga memiliki buku “tarikh muhammad” versi mhaikal,mnatsir, dan aku diajarkan untuk membuang buku tersebut ke TONG SAMPAH. Hal yang sama juga diperlakukan untuk buku-maya, mulai dari yang terkait bnu katsir hingga hanafi, dan pengarang besar diera modern, ratusan buku yang secara keseluruhan “black-list” dijalan AjaranNya, dan aku diajarkannya untuk menghamburkan abunya sebagai lambang “Kitab Tak Berguna”.
dari bukhari, muslim, tarmidzi, ibnu majah, abu dawud, nasa-i, malik, ahmad, ad-darimi, baihaqi, yang bukunya seperti keledai yang mengangkut beban puluhan-ribu nisan-kata, aku perhatikan juga, hanya prosesnya “ra ta lam”, eksekusi harus sesuai waktunya. Jika ianya membuat ragu, maka biarkan saja didalam rak-penyimpanannya. Karena yang utama adalah ajaran pada KitabNya dan keberadaan “nisan-kata” tersebut untuk memelihara persatuan, bukan berdiri sendiri dan memecah dari induknya. Seperti penggembala yang menjaga domba ajaranNya dari terkaman srigala-perkataan yang melolong dimalam hari.
sehingga terhindar dari perbuatan, merajah/mentato perkataan bukan pada tempatnya seperti membuat coretan dinding dengan kaligrafi dan semacamnya, mencabut alis-kata seperti merusak penjaga kata-mata dengan membuat istilah “aqidah islamiyah, tauhid rubbubiyah” dan banyak lainnya, yang sama saja merenggangkan “gigi-perkataan” pada lembar ajaranNya, akibat memanjangkan rambut-pemikiran untuk dilihat kecantikannya semata. Sehingga tanpa sadar telah merubah ciptaan Alloh, atau merubah perkataan pokok yang terdapat pada Kitab AjaranNya atau diistilahkan dengan “wanita yang menggunakan parfum”, atau diistilahkan juga dengan “penyakit mata”.[33:33 dan puluhan “hadits”]
saya jelaskan tentang [ja nun ba], atau yang dikenal dengan istilah “junub”.
[1]kata “al wasymi”…jika dibiarkan tanpa penjelasan maka disebut “junbi”.
[2]kata “merajah/tato”..jika dibiarkan tanpa keterkaitan maka disebut “junub”
dan terkait “ja nun da” atau yang dikenal dengan istilah “pasukan atau tentara”.
model tulisan pada [1] disebut jundin[36:28], yang juga setara dengan perkataan “antara aku dan ‘iysa tidak ada nabi” atau tidak ada model tulisan[1] yang boleh berlaku menandingi yang pokok pada lembar ajaranNya. contohnya pada Kitab Busuk seperti “kitab fiqh, kitab tafsir”, yang menggunakan model tulisan[1] dan juga menghiasnya.[36:74,75]
model [1] itu disebut “hafshah”[ha fa shad], atau kata yang tidak terdapat pada pokok kitabNya sedangkan kata “junbi, jundin” itu disebut ‘aisyah[ain ya sya], atau kata yang terdapat pada pokok kitabNya. dan model [2] itu disebut zaynab[za-ya nun-ba], atau kata yang mengikuti perkataan baik yang terdapat pada pokok maupun yang mengikuti pokok kitabNya. yang demikian disebut juga dengan istilah “tenda perkataan”, atau disebut sebagai dasar-perkataan sebelum diproses dalam cipta pemahaman.[ain kaf fa “’itikaf”]
terkait juga dengan “ain ja-mim” atau ‘ajam, yaitu penerapan kendali kata dengan “bahasa pemahaman khusus”. Dan sebaliknya ‘ain ra ba, atau ‘arab yaitu penerapan kendali kata dengan “bahasa pemahaman umum”.[41:44, 16:103, 26:198]
nama-nama seperti ‘aisyah, hafshah, zaynaba atau yang lainnya itulah yang dimaksud dengan “nyamuk”2:26, atau karakter maupun penokohan pada suatu berita.
“yudhillu bihi katsiyran, wayahdi bihi katsiyran” -> ada penokohan, ada cerita yang berpetunjuk.
“wamaa yudhillu bihi illa al-fasiqiyn” -> dan apa saja yang karakternya, maka penamaan tokohnya disesuaikan dengan ketentuan ceritanya.
yang demikian adalah metoda “ain ja mim”, atau dengan membaca dengan “bahasa pemahaman khusus”. Mengapa kalian begitu kaku dan kasar dalam menterjemahkan? Karena kebiasaan atau tabiat kalian seperti perbuatan “yang merajah dan minta dirajah”. Contohnya : [fa sin qaf], kata tersebut ditato dengan lekat diterjemahan dan pemikiran dengan arti “orang-orang fasik”.
dan perbuatan yang demikian disebut pada perkataan :
Dan orang yang meletakkan ilmu[maksud tulisan] bukan pada pada ahlinya[sesuai langkahnya], seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.
[kha nun za ra] atau babi, yang dimaksud adalah perbuatan yang memakan “suatu kata” namun masih melekat pada “hidung”, atau masih senafas dengan suara makanannya. Contoh “fasiq” dimakan dengan kata “fasik”.
secara pondasi perkataan :
‘ilmu itu maknanya tulisan, sedangkan ‘amal itu perkataan
untuk menjelaskan bahwa, diluar sana banyak perkataan yang sudah tidak mengikuti “tulisan pokok ajaranNya”.
mengapa saya bernani mengatakan “segala peribadahan” seperti “ibadah tradisi 5 waktu, puasa tradisi dst” yang kalian lakukan adalah sia-sia. Cukup dengan 9:40 yang menghimpun semua maksud dan tujuan perkataan pada tulisan saat ini.
“bijunuwdin llam tarawHum” ->tulisan dan perkataan yang asli tetap dalam “gua”, dan perkataan yang melanjutkan yang berada sebagai penjaga gua.
atau 19:98 atau setara dengan “darus-salam” yang memerangi suatu kaum apabila sudah tidak ada “kumandang adzdzan”. Maksudnya baik menulis, maupun bertutur kata, tidak menggunakan “ocehan beo” atau menggunakan bahasa ‘dalam gua”.
adzdzan?proses pemikiran. Jadi apabila sudah selesai proses berpikir yang kemudian melanjutkan kedalam penulisan dijalan ajaranNya[darus-salam], menggunakan bahasa penjaga gua atau bahasa lokal.
bagaiman dengan “adzan” yang saat ini berlaku diluar sana? Itu sih yang disebut “gangguan, pelecehan, penodaan” terhadap kalimatNya yang suci, diucapkan tanpa dimengerti maksud ucapannya.[3:111 “adzan”]
dan aku menyarankan, hormatilah keberadaan KalimatNya yang Suci, tempatkanlah ditempat yang baik, tidak diobral semau-maunya, se-enak udelnya. Jika tidak memahami, maka tanyalah pada yang memahami KalimatNya. telitilah dalam mengabdi dijalanNya kepadaNya!!![9:115]
Juli 13, 2012 at 11:12 pm
Cicak
cicak-cicak didinding, diam-diam merayap
datang seekor nyamuk, Huwa..lalu disingkap
kalau cicak bisa ngomong, tentu cicak tak akan bohong
tak seperti manusia yang merongrong, mengucap kata yang “terlalu”
[alif ja lam] 23:43[satu mim]”maa tasbiqu”, 15:5[dua mim]”mmaa tasbiqu”
“ajal” dijelaskan dengan :
bukan seperti itu pemahamannya, tapi seperti ini pemahamannya.
atau waktu ditetapkannya berita AjaranNya dengan pemahaman sesuai tempatnya.
atau seperti proses pada 29:29, dan seperti proses pada;
“Barangsiapa yang kedatangan “ajal”, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.”
[nabi itu berita kitabNya, “satu derajat kenabian” itu pemahaman diatas suatu berita pada KitabNya.]
terkait dengan, saran, pendapat, anggapan, atau masukan-pemikiran atau [ain dza ra] atau yang dikenal dengan istilah ‘udzur.[9:90,94]
yang intinya adalah sudah tidak boleh mengemukakan pendapat, saran pemikiran yang mengatasnamakan AjaranNya, tanpa didampingi keilmuanNya.
cicak itu kalau berdecak…ekornya bergoyang keatas…
dan jika diburu…ekornya diputus yang digunakan sebagai “siasat”..
maksudnya serupa dengan, gunakan bahasa “ekor” yang ditujukan suara pemikirannya ke “langit” apabila “memburu pemahaman” tulisan dan perkataan AjaranNya.
saat ini, “tulisan dan perkataan AjaranNya” diperbudak dengan sewenang-wenang diluar sana. Diatur, diseret menurut kepentingan seseorang maupun kelompok tanpa dasar Ketentuan ajaranNya. Ingatlah perkataan : apabila budak melahirkan “tuannya”, yang terkait perkataan “jum’at tuan segala hari”, dan terkait “dua jum’at” dan yang terkait 62:9, yaitu apabila sudah dihadirkan yang dapat memberi pemahaman “tulisan dan perkataan AjaranNya”, maka tinggalkanlah segala tradisi perbudakan yang sewenang-wenang.
Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan[nishfu min ramadhana], pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalaytum “fa ja ra” pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, karena barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”
Nisfu min ramadhana itu setara dengan diantara “dua jum’at”. Kata “jum’at” itu tuan yang menjaga “budak” atau yang menjaga “tulisan dan perkataan AjaranNya”.[4:43,173]
dan aku bisa bebas pergi sekarang!!!
Juli 15, 2012 at 2:26 am
Muka tikus
27:66, 18:56, 103:2
dasar keilmuanNa :
[fa wau qaf] yang sering diterjemahkan dengan, “atas, diatas mereka, sadar kembali”.
apa itu [fa wau qaf]?
integrasi[peningkatan perbuatan] dari “tulisan dan perkataan”
[1]diatas tulisan ada pengetahuan, dan diatas pengetahuan ada ?[bahasa] …dst
[2]diatas perkataan ada pemahaman, dan diatas pemahaman ada ?[tradisi] ..dst
[1][2] diistilahkan dengan “lendir kehidupan” atau wawasan yang mengental pada hidung dan mulut atau al-nahl, suatu pemberitaan dengan hidung[nun], mulut[lam] pada satu tali perbuatan[ha] atau an-naml, suatu pemberitaan dengan hidung[nun], mulut[lam] pada lintasan kendali perbuatan[mim]
[ha][mim] dimudahkan dengan contoh :
—————————————————————
[hidung “dengan dua lubang sejajar”]terjemahan “daging panggang” [tulisan mengatasnamakan tulisan]:
al-syirku fi hadziHi al-ummati akhfa min dabiybi al-namlati al-sawada-i ‘ala shafatin sawada-a fi zhulumati al-llayli
—————————————————————
[mulut dengan “satu lubang, satu lubang”] terjemahan “diatas api”[perkataan mengatasnamakan perkataan] versi “biawak”[yang berlaku secara umum, yang banyak diikuti][dha ba ba] :
syirik yang ada ditengah-tengah umat ini, lebih tersembunyi dari jalannya semut-hitam, diatas batu-hitam ditengah kegelapan malam
—————————————————————
penulisan cara “hidung” itu yang disebut “sya wau lam” atau yang dikenal dengan istilah bulan “syawwal”
pemberitaan cara “mulut” itu yang disebut dzu[dza wa ya] [qaf ain da] atau yang dikenal dengan istilah bulan “dzu al qa’idati”
itulah maksud dari langkah ludah “dua mata” pada sisi perbuatan “sarang lebah”
proses pada perbuatan “penulisan” yang terikat “hidung” disebut “Ha wau da” atau yang dikenal dengan istilah “yahuwdi”
proses pada perbuatan “pemberitaan” yang terikat “mulut” disebut “nun shad ra” atau yang dikenal dengan istilah “nashrani”
itulah maksud dari langkah lidah dengan “dua bibir” pada sisi perbuatan “sarang semut”
###########################################
didekatkan dengan perkataan [sudah disyahkan dengan ketukan “cicak”7 keras] :
“Sesungguhnya di antara kalimat yang kalian ucapkan tentang keagungan Allah dari tasbih, tahlil dan tahmid, maka ucapan itu akan selalu berputar di sekeliling ‘Arsy. Bagi tiap-tiap kalimat tersebut suaranya mendengung bagaikan dengungan lebah yang menyebutkan orang yang membacanya. Bukankah seseorang dari kalian menginginkan atau, selalu ingin akan sesuatu yang dapat mengingatkan dirinya?.”
###########################################
hatta, dapat dijelaskan bahwa :
[@]al-syirku fi hadziHi al-ummati -> jalur [fa wau qaf] terhadap penulisan
[&]akhfa min dabiybi -> jalur [fa wau qaf] terhadap pemberitaan
dua perbuatan ini[@] ain-ba, [&] ain-da, atau yang dikenal dengan ‘abiduwna, a‘budu[109:3,5] liya’buduwna[51:56] ’abidi[2:186] atau yang dikenal dengan al[lam alif] islam
atau [@] itu timur”sya ra qaf”, [&] itu barat[gha ra ba]
atau langkah[@][&] itu al[lam alif] ummati atau [@] itu merah”ha-mim ra”, [&] itu putih[ba ya-dha]
“kering” itu menulis, atau yang menggunakan “pena pelepah kurma”
“basah” itu memberitakan atau yang menggunakan “tinta perasan anggur”
contoh “kekeringan setahun” atau [@][&] dalam satu bentuk penyajian yang terkait :
fajarrullohi sajadan :
[@]subhanallohi al qu[d]duwsi, [&]subhanallohi al qud[d]uwsi, [@][&]rabbana alquduwsi
###########################################
aku diberi dua harta simpanan; merah dan putih, dan aku meminta Rabbku untuk ummatku agar tidak dibinasakan oleh kekeringan setahun, agar Ia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri lalu menyerang perkumpulan mereka, dan Rabbku berfirman: yaa Muhammad, “Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah”, Aku memberikan untuk umatmu agar tidak dibinasakan oleh kekeringan setahun, Aku tidak memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka meski mereka dikepung dari segala penjurunya atau bersabda: Musuh dari segala penjuru- hingga sebagian dari mereka membinasakan sebagian lainnya dan saling menawan satu sama lain.”
“Hilal datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa sepersepuluh madunya dan meminta kepada beliau untuk menjaga lembah -yang dinamakan Salabah-, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjaga lembah tersebut untuknya. Saat Umar bin Khaththab menjadi khalifah, Sufyan bin Wahb menulis surat kepada Umar menanyakan tentangnya, ” maka Umar menulis; ‘Jika dia memberikan kepadaku zakat yang dahulu ia berikan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berupa seperpuluh kurmanya, maka jagalah lebah Salabah tersebut untuknya. Jika tidak, maka itu hanyalah kurma yang mengikuti curah hujan dan yang dimakan oleh orang yang menginginkannya.”
Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata; “Ketika seorang laki-laki dari suku Aslam sedang berada di penggembalaan kambingnya, ia memandangi kambingnya dengan senang dari tanah lapang dzil Hulaifah (nama tempat), lalu datanglah seekor serigala mengambil kambing miliknya, maka laki-laki penggembala itupun melemparinya dengan batu hingga ia dapat mengambil kembali kambing miliknya. Serigala itu berlalu seraya duduk dengan menggerak-gerakkan ekornya membelakangi sang penggembala. Lalu ia menyebutkan semisal hadits Syu’aib bin Abu Hamzah.
Tsabit bin Yazid Al Anshari dia berkata, “Kami bepergian bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu orang-orang menangkap seekor biawak kemudian mereka memanggangnya di atas api dan memakannya, aku juga mendapatkan seekor biawak dan memanggangnya di atas api. Kemudian aku membawakannya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mengambil selembar pelepah kurma, kemudian beliau mulai menghitung jari-jarinya dengan pelepah kurma tersebut sambil bersabda: “Sungguh, dahulu ada sekelompok Bani Israil yang di ubah bentuknya menjadi binatang melata di muka bumi, dan aku tidak tahu barangkali binatang tersebut adalah ini.” Aku berkata, ‘Orang-orang telah memanggangnya di atas api lalu memakannya! ‘ namun beliau tidak memakannya dan tidak pula melarangnya.”
###########################################
penjelasan :
yaa Muhammad, “Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah”
yaa muhammad, i[n]na idzaa qadhaytu qadhaan
[@]qadhaytu [&]qadha-an -> [qaf dha-ya] dan didekatkan dengan menggunakan perkataan terkait “lubang biawak” pada “kumpulan ahmad, ibnu majah, muslim” ->
qaluw : waman Hum “yaa rasulallohi” aHlu alKitabi? Qala: faman ->[@]
qaluw : “yaa rasulallohi” al yahuwdu wa-nashara? Qala : faman idza->[&]
dijelaskan dengan lebih dekat lagi [an-najm1-14], :
contohnya kata “faman”, maka kata tersebut merujuk tulisan aslinya. Dan hubungan tulisan atau tali pengikat diantara keduanya disebut dengan “qadhaytu”.
sedangkan kata “faman”, kemudian diterjemahkan dengan “siapa lagi kalau bukan mereka” itulah hubungan perkataan atau tali pengikat diantara keduanya disebut “qadha-an”
i[n]na idzaa qadhaytu qadhaan jika diterjemahkan dengan “Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah” maka itu yang dimaksud dengan “ghayra al islami”, atau tidak mengikuti hubungan tulisan dan perkataan yang sesuai dijalan keilmuanNya.
atau “Dan sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa sekelompok kaum ada yang merusak masalah ini, Saya terpaksa memukul mereka dengan tanganku ini atas dasar Islam”
bedakan dong “ila[y] al Islami”, “ghayra al islami” “illa al islami”. atau “sidrati” : melatinkan pengetahuan dengan pijakan tulisan sumbernya, sehingga menghasilkan “muntaHa”, perkataan yang mengembalikan pemahaman yang sesuai maksud dasarnya. Atau yang tersebutkan pada “abu sa’id al khudri” dengan penjelasan :
biawak[dha ba ba] itu [@]seperti kambing”ghain nun mim”, [&] seperti srigala[dza alif-ba]
atau yang termaksud dari perkataan prosesnya keilmuanNya[‘iysa]:
sehingga terwujudlah keamanan di muka bumi, sampai sampai singa merumput dengan unta, harimau dengan sapi, serigala bersama kambing, dan anak-anak bermain dengan ular dan itu tidak membahayakan mereka, maka Isa akan tinggal di bumi sekendak Allah, setelah itu ia meninggal, kaum muslimin kemudian menshalati dan mengkuburkannya.”
[qaf dha-ya] itu yang tergabung dan memiliki karakter pelaksanaan secara tersendiri, berdasarkan lintasannya, tulisan dengan tulisan, perkataan dengan perkataan.
contoh perbuatannya :
ada banguna dengan plang “car wash” atau “tempat cuci kendaraan”, maka yang dibawa bukan “kambing” melainkan “wujud kendaraan yang termaksud”
atau seperti perkataan pada “Tsabit bin Yazid Al Anshari” dibagian akhir
“namun beliau tidak memakannya dan tidak pula melarangnya.” Perkataan ini dapat membawa kambing ke “car wash”. Mengapa? Karena tulisan aslinya bersuara “falam ya-kul, walam yanHa”, yang artinya, kalau menyampaikan gunakan yang mudah dipahami secara bahasa [&], dengan berpijak pada dasar-tulisan landasanNya[@].
mereka itu menganggap “Nabi, Rasul, Muhammad” sebagai manusia, dan bukan penokohan AjaranNya, yang mempunyai kedudukan khusus dijalan ajaranNya atau dzu al qa’idah atau suatu pandangan yang menetap secara ketentuan penulisan suatu berita yang terikat “sya wau lam” atau syawwal yaitu penulisan dan pemberitaan dijalan ajaranNya. itulah yang dimaksud dengan “puasa 10 hari dibulan syawwal”.
tikus itu berbahaya pada bagian “mukanya”, atau pada mulut dan giginya, yang dapat menggeroti lembaran terbaik milik ajaranNya. mau tau contohnya?
ini contohnya, si muka tikus :
———————————————————–
yang merusak maksud dari perkataan :
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan di bulan Dzu al Qa’idah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzu al Hijjah dan Muharram…”
…Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad…
Derajat Hadits
Hadits ini derajatnya palsu (maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa perawi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana diperbincangkan oleh para ulama hadits. Para perawi tersebut ialah sebagaimana berikut ini
1. Nu’aim bin Hammad
Dia seorang perawi yang dha’if (lemah),
Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan” (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).
Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran” (Lihat As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).
———————————————————–
itu salah satu perbuatan buruk dari si-muka tikus yang “menghipnotis”, atau memberi masukan pemikiran secara permanent kepada “orang awam” yang berpola ikut-ikutan dengan tradisi nenek-moyang ->4:51“bijibti watha-thaghuwti”
Dan apakah kalian sudah benar-benar memenuhi [ain qaf da] nya?[5:1]
bacalah dengan TELITI!!! Masihkah merasa paling BENAR!!!
Juli 16, 2012 at 2:13 am
Cobalah mengerti
[7:3]love is to tie our soul…[7:33,66,99]through the lines of eternity
dibuka dengan perkataan :
qala[Abu Hurairah]; Maka ada seorang laki-laki[faqala lahu rajulun] dari aHli hadhramauwt[ha dha ra + mim wau ta] yang berkata; “Apa itu ahdatsa wahai Rasulullah?” beliau bersabda: “Kentut yang tak bersuara atau kentut yang bersuara.”
“Laa tuqbalu shalatu man ahdatsa hatta yatawadha-a”->
16:101-105
->ini contoh “ahdatsa” dengan tipe “kentut yang bersuara”…atau pada lirik lagu “cobalah mengerti”, yang juga sebagai tandaku diakhir jaman ini untuk “tha lam ba”, dijalan AjaranNya.antara aku[pelaku ajaranNya], kamu[tulisan dan perkataan AjaranNya]
**********************************
aku…takkan pernah berhenti…akan terus memahami…masih terus berfikir…bila harus memaksa…atau berdarah untukmu…apapun yang kurasa-kau mencoba menerimaku…
dan kamu…hanya perlu terima…dan tak harus memahami…dan tak harus berfikir…hanya perlu mengerti…aku bernafas untukmu…jadi tetaplah disini…dan mulai menerimaku…
cobalah mengerti…semua ini mencari arti…selamanya takkan berhenti…inginkan rasakan…pintu ini menjadi satu…biar waktu yang memisahkan…
**********************************
apa itu shalatu? Love is to tie our soul atau Cinta yang mengikat pada jiwa kami, atau [ha ba ba] yang terikat pada tulisan dan perkataan dijalan ajaranNya, yang terdahulu, yang terkemudian.
mereka menterjemahkan perkataan :
“Laa tuqbalu shalatu man ahdatsa hatta yatawadha-a” dengan “Tidak akan diterima shalat orang yang berhadats hingga ia berwudhu,”
seharusnya ->
man ahdatsa -> yang mengeluarkan “statement” terkait jalan AjaranNya.
hatta yatawadha-a ->through the lines of eternity atau hingga menggunakan tali pengikat tulisan dan perkataan yang “kekal/permanent” dijalan ajaranNya.
[wau dha ain] yang sering disebut dengan istilah mereka yaitu wudhu’, sebenar maksudnya adalah pijakan atau ikatan tempat yang merupakan hubungan letak suatu keterangan terkait teks ajaranNya. contohnya seperti : jika mencari[tha lam ba] maksud dari “ahdatsa” maka carilah ditempat lembaran yang terikat dijalan ajaranNya.[bishayna] atau “nun wau ya”.
inna ‘amalu biniyata -> setiap “buah perkataan” selalu terikat dengan “biji perkataannya”.
mereka mengatakan “ahdatsa” dengan “hadats”, yang patut dipertanyakan adalah, mereka membeli biji-perkataannya dari mana dengan siapa?
“Laa tuqbalu shalatu man ahdatsa hatta yatawadha-a”-> bukanlah mengikuti suatu tradisi penjiwaan ajaran Kami, jikalau tidak “through the lines of eternity” atau hingga menggunakan tali pengikat tulisan dan perkataan yang “kekal/permanent” dijalan ajaranNya.
terdapat 27 “hadits” terkait kata “hadhramawta”[ha dha ra + mim wau ta],
mereka memelesetkan kata “hadhramawt” dengan sebuah tempat di negara yang benama “yaman”?. Ini benar-benar “kentut yang tidak bersuara”, atau suatu perkataan yang tidak diketahui siapa yang memulainya, atau siapa dalang perkataannya!!!
apa itu “hadhramauwt”?
anna an-nabiyya shallalohu alayhi wasallam : aqtha’ahu ardhan bihadhramuwta?
inginkan rasakan[aqtha’ahu “qaf tha ain”]…pintu ini menjadi satu[ardhan “alif ra dha”]…biar waktu yang memisahkan[bihadhramuwta]…
atau berita pokok AjaranNya akan terurai rasa paling akhir, hingga menjadi satu perkataan dibumi ajaranNya, dengan kekuatan waktu yang menunjuk tempat pelaksanaan berita termaksud.
jadi “hadhramawt” itu seperti negri impian[tulisan dan perkataan ajaranNya] yang tersembunyi secara waktu eksekusi pemahamannya[hasanun ghariybun shahiyhun] namun jelas pijakan pengetahuannya. [hasanun shahiyhun]
———————————————————–
Sungguh, Allah akan menyempurnakan urusan ini hingga ada seorang yang mengendarai tunggangannya berjalan dari Shan’a[shad nun ain] menuju hadhramauwt tidak ada yang ditakutinya melainkan Allah”. Bayan menambahkan; “atau tidak ada kekhawatiran kepada serigala atas kambingnya”.
shan’a-a[shad nun ain]->20:41
mereka memelesetkan kata “shan’a” dengan terjemahan lain yaitu kata “madinah”. Bagaimana bisa untuk memahami maksud ajaranNya jikalau semua perkataan diganti dengan semau-maunya selera pikiran manusia?-> walakinnakum tasta’jiluwna[ain ja lam]
“ad-dunya tidak menggoyahkan mereka sedikitpun, dan ada yang disisir dengan sisir besi hingga terkoyak tulang dari daging dan uratnya, akan tetapi hal itu tidak menggoyahkan dari “diynihi” sedikitpun.”
pelaku ajaran itu “syam”, berita ajaranNya itu “syamsi”.
qala : alaykum bisya-mi
———————————————————–
terkait 10 tanda;
qala abu abdur-rahman “saqatha kalimatun”. 7:148-150
apa perlu dijelaskan lagi?[19:16]
“kuota dan tenggang waktu onlineku” sudah habis sejak 12 juli 2012, dan biasanya sudah tidak bisa dipakai untuk “koneksi internet lagi”. Itu aturan dari “manusia”. Dan tetap saja aku masih bisa online tanpa hambatan hingga saat ini. Itu kekuatan darimana?
Juli 17, 2012 at 4:28 am
Product activation failed
ribuan “kilau” ajal yang ditempuh, sikati bintang dengan baju dipaku,
ibuku malang, dalam gurih berjalan, walau tampak kail, penuh sampah, penuh fitnah
cemeti udara, tali-angkuh dibeberkan, tak mampu tuk membahas satu…pintu…
*nada lagu “ibu”
jika kata tak lagi berpanah, lebih baik diam saja
jika langkah tak lagi bermata, pelakunya “dirajam” saja
…melenggang lembar melenggang, terawang dibalik bukit “khurashan”…
…berenang aku berenang,diatas samudra yang berbatu bintang…
…berlari aku berlari menembus “yawmi”…
bagaimana bisa bertali, sedang “tintaNya” belum berdaya
bagaimana bisa kembali, sedang “rasaNya” belum tercipta
bagaimana bisa mengerti, sedang “dzikir” belum ber-syamsi
bagaimana bisa dianggap “Faham” sedang “Al Akbar” belum berkuasa
*nada lagu “awang-awang”
[nun sin kha] : 2:106 ->45:29 ->22:52 2:107
[kha sya ain] khasyi’atan : 41:39, 68:43, 70:44
mereka diluar sana, semena-mena dengan KalimatNya
berdusta dengan kesadaran sebagaimana biasanya
melelapkan kata berita yang berkereta kencana
namun mereka mengaku paling benar dijalanNya
bagaiman bisa? Dan bagaimana bisa dianggap benar?
tidak bisa bedakan [qaf wau lam], qala dengan “lam” atau dengan “lam alif”
TIDAK ADA GIGI[sunnah] AJARANNYA, tumbuh DIATAS KELOMPOK,GOLONGAN,PARTAI,maupun NEGARA!!!
Al Maliku Al Muqsith
Kekuasaan AjaranNya, hanya berada diatas tali-kuasa KitabNya.[17:84]
Juli 20, 2012 at 12:23 am
Enam tiang
Abdullah berkata, “Aku lalu bertanya kepada Bilal saat ia keluar, ‘Apa yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam Ka’bah?” Dia menjawab, “Beliau memposisikan tiang sebelah kanannya dan dua tiang pada sisi kirinya, sementara tiga tiang lainnya di belakangnya. Waktu itu Ka’bah terdiri dari enam[sittati] tiang, tsumma shalla.”
kata “blalu” terdapat 79 kata, kata “al Hilala” terdapat 87 kata, kata “bil-nuwqi”, kata “bil naquwsi”, kata “an-naquwsa”, kata “naquwsan mitsla naquwsi”, kata “qarnan mitsla qarni”,kata “yunawwaruw naran”, kata “yuwru naran”
*ditradisikan perkataan oleh mereka, dengan perbuatan seperti beduk adzan, iqamat, wudhu’,shalat,puasa
2:189 [Ha lam lam] al Hillati
17:93 [ra qaf wau] liruqiyyika
2:247,251,258 [mim lam kaf] al mulku alayna, al mulka wal hikmata, al mulka idz
7kata[nun wau qaf]al qamar27 “an-naqati”
terkait kata [ain lam mim]26:197,198 ‘ulama-u, 35:28,29
terkait kata tsayyibatin[tsa ya ba] wal abkaran[ba kaf ra] 66:5 -> “Wong wadon nunggang jaran, wong lanang nunggang pelangi, randha sanga lara[92],prawan sanga lima[95]”
terkait kata [ta wau ba][nun shad ha]66:8 tawbatan nnashuwhan
dipendekan, dan dijelaskan dengan sas-sus seputar “Hilal tidak terlihat disebagian besar tempat”, terkait tradisi yang sedang berlaku yaitu puasa “ramadhan”.
mereka tidak memahami, penamaan hari, bulan, tahun al hijr, hanya berlaku untuk sisi keilmuan AjaranNya, dan tidak dapat diperlakukan sebagai “penanggalan biasa” atau perhitungan kalender secara umumnya.[33:36]
mereka bersumpah dengan kuat dan menggunakan kata “isbath, ruqyah” dan segala macam “pijakan nenek moyangnya”, sebagai penguat tradisi itu. Dan perbedaan tetap berada diantara mereka. Mengapa? Karena mereka selalu berprasangka tanpa keilmuan disisi ajaranNya.
walaupun mereka meyakini tradisi “shalat, puasa, zakat, infaq, shaddaqah” seperti yang sedang berlaku diluar sana, tetap saja mereka sudah tidak bernilai dimataNya.
“jika Hilal tidak terlihat disebagian besar wilayah ajaranNya maka ber-“puasa”lah keesokan harinya[maghrib]” atau jika pintu pengetahuan AjaranNya tidak terlihat lagi dengan kebenaran yang sesungguhnya dihampir seluruh dunia, maka carilah si-“maghrib”, atau satu tiang yang berada disebelah kanannya. Atau “bilal” atau “budak angon”.
dan dicukupkan dengan menutupnya menggunakan 20:135,[59:14,15]
Juli 31, 2012 at 9:40 am
Everything that i am atau…
inna allah ‘ala kulli syay-in qadirun atau segala sesuatu yang berlaku dikehidupan tertuju kepada satu ketentuan kepemilikan, satu kendali kekuasaanNya.
——————————————————————
kembali dari keteransingan kebumi berada, ternyata lebih menyakitkan dari “zughara” panjang…
tu-hamim bimbinglah “buthun” ini agar tak “jaHiliyati” mata, dan sampaikanlah rasa “badar” ku kembali al jami’atu…
kemana sirnanya nuwr ‘ayni embun pagi, yang biasanya roh-mah, kini terbakar “ats-tsalji”
apakah bila yang terlanjur “bis-sahili”[20:39], akan tetap dilanda “kariHa”
tak ada waktu bagi “bikhamsi kalimati”, tak ada tempat bagi “ayatul kursiyy”
——————————————————————
penjelasan ini didekatkan dengan gubahan syair lagu “kalian dengarkan keluhanku” yang ter”ludah” dikehidupan dengan “lidah” seseorang.
qala: akhbiruwni ‘an ‘ayni zagharu?
[za ghain ra] itu yang berada dalam dekapan [nun za ghain]7:200,41:36,12:100,17:53 atau sesuatu yang mengaburkan, yang mengganggu pandangan perkataanNya.
contoh-nyatanya; penggunaan perkataan ajaranNya, seperti “ya alloh rabbi”, “bismillah…”, ‘assalamu’alaikum” dst dlsb pada acara kenegaraan disuatu tempat, atau acara sinetron, atau presenter, atau konser musik, atau iklan, atau pamflet “kepentingan/hajatika” dll…
perkataan AjaranNya itu seperti “kambing” yang disembelih, atau yang dikorbankan.
memiliki kriteria pelaksanaan berdasarkan peruntukan penamaannya, [nun ain ja]38:23,24 yaitu
{ghain nun mim} pada “hadits kitab&wali”->21:78,79 ghanamu,
[mim ain za] pada “hadits kitab&wali”-> 6:143 al ma’zi
dan [wau sin ya] pada “hadits wali”-> bisyatin, syatin,syatan,syatun yang terkait kata “syiyatan”[wau sin yaa]pada 2:71
jadi yang diperbolehkan dengan “kambing” atau perkataan berbahasa kehidupan yang umum atau prosesnya dilaksanakan dengan [wau da ain] yang terdapat pada hadits kitab 6:98,11:6,93:3,33:48 atau yang terdapat pada hadits wali dengan ikatan [wau da ain] pada kata “bibid’atin”, “bid’atin”, “bid’atun”, “al mubadi’i” yang terikat [da ain wau] atau seruan langit “du’i-aa 40:12” dan seruan bumi “du’a-a 24:63”.
terkait [sin mim wau] atau “nama”, atau “langit” dengan [wau sin mim]15:75, 68:16
dijelaskan dengan bahasa “buraq”;
mengapa aku tidak menggunakan tulisan asli? Karena terkait “laa jalab” atau walaa nauwmun 2:255 atau yang diperbolehkan dengan “penulisan latin” atau al ‘iraqi. Atau 33:49,59 agar “sumber tulisan pokok tidak campur aduk keberadaaan dalam penerapan dan pelaksanaannya”.
yang terkait juga 33:4,5 atau walaa janaba atau Laa ta-khudzuhu sinatun[wau sin nun] atau tidak boleh “al khawariji” melebihi ketentuan pelaksanaannya.
seperti pada tradisi kalian yaitu “solat 5 waktu, solat tarawih, solat lainnya” yang bertipe “as-samiriyyu”7:148,20:88 [khuwarun] atau al khawariji al haruwriyyatun atau alkholis100% atau mengucapkan tanpa memahami maksud dan tujuan dari perbuatan perkataannya. Silahkan ditanyakan kepada para pelaku tradisi tersebut, apakah mengerti apa yang dibaca dan disuarakan oleh mereka. Seandainya mengerti, maka sudah pasti mengikuti pemahaman dari nenek-moyang pengetahuannya.
shalat itu pengabdian hati, jiwa, sehingga tidak boleh menoleh, atau tidak boleh memandang baik perkataan yang bersumber bukan dari tempat aslinya yaitu kitab tafsir, kitab fiqh, dan kitab keilmuan lain dari produk akal dikehidupan yang turun temurun atau yang disebut “lakhmin dan judzama”. Karena shawm itu pengabdian akal, raga, yang mengikat pada tempat-tempat pengabdian yang telah ditentukan AjaranNya.
waman ad-da’aa da’waa al jahiliyati fainnahu min jatsa jaHannam
kata “jatsa” itu berakar [ja tsa tsa} atau yang terdapat pada 14:26 “ijtutstsat” atau sesuatu yang melekat dan digunakan, sehingga “min jatsa jahannam”, bermakna perbuatan yang bersumber pada sesuatu yang melekat dengan pelaksanaan tradisi pengetahuan yang turun temurun.
kata “jatsa”, “zhagaru”, “lakhmin”, “judzama”, “ijtutstsat”, termasuk kategori [ha ya ra] atau hayrana6:71 atau suatu bentuk kata yang tidak dibekali petunjuk awal. Yang juga seperti kata “hira-a” atau yang teristilahkan dengan “gua hira” yang terbentuk dari kata “taharraw”[ha ra wau]72:14
dipendekkan
Nun Sa Kaf atau kalimat Pengabdian AjaranNya
10:100
bikhamsi kalimatin : walibasu at-taqwa[7:26], kalimatan at-taqwa[48:26]
kata “bikhamsi kalimatin” yang terdapat pada “1 bukit muslim”, ”1 bukit tirmidzi”, ”1 bukit ibnu majjah”, ”3 bukit ahmad”.
terkait kata “ayata al-kursiyya” yang terdapat pada “2 bukit bukhari”, “3 bukit tirmidzi”, “1 bukit ahmad”, “2 bukit darimi”,
yang terkait dengan kata “sinatun, nauwmun” 2:255 yang terkait dengan perkataan “ayyu ayatin fi al qurani azhimu?” pada 1 bukit abu-dawud.
dan terkait 13 kata “zamanin” yang menghubungkan perkataan “khudzuw maa ataynakum biquwatin” 2:63,93 7:171 dan yang terhubungkan dengan perkataan “afaman zuyyina lahu suw-u ‘amalihi faraahu hasanan” 35:8
Yang pokok itu adalah perwalianNya, atau Al jama’ah, sedangkan pembatas pokok ajaranNya adalah tulisan pemahaman kitabNya atau hijabuhu an-nuwru
—————————————————————————
ada kitabNya, pasti ada “juru KitabNya” yang datang dengan membawa “awan perubahan” yang berbeda, asing cara menterjemahkan perkataanNya, tidak sama cara menjelaskan kalimatNya, tiada tandingan keilmuan ajaranNya, atau seperti 112:4 yang juga datang secara mendadak, tidak dinyana, tidak disangka, tidak sesuai perhitungan pemikiran kebanyakan orang dikehidupan yang nyata didunia semasanya atau 112:3
yang juga terkait kata “bifatihatil-kitabi”, yang terkait juga “qala Hiya, Hiya waHiya as-sab’ul-matsani wal qur’anul azhiymu” 15:87 atau tsumma qala shallallohu alayhi wasallam : yaa ‘aliyyu[1], yaa ‘aliyyu[2], yaa ‘aliyyu[3], qala : bi-abi[2] wa-ummaa[1] qala : innakum satuqatiluwna bani al ashfari[3]
—————————————————————————
“bos besar”, aku sudah menyampaikan yaa, dan aku sudah mau direpotkan dengan harus menjelaskan kepada mereka lagi…
Juli 31, 2012 at 6:00 pm
Just the way it is
terkait 49 kata “sab’ati ahrufin”
sekilas tentang kata “lakhmin”
lam dilanjutkan kha, kendali penulisan serupa kitab yang pokok, bolehkah?
hanya satu-satunya akar “sin lam kha” 9:5,36:37 yang menuju 43:81, atau hadits wali bersandi ‘aisyah, abu Hurayrah, anas bnu malik dst .
terkait “sin lam kaf”7:175 ->kitab tafsir karangan…, kitab fiqh tim penyusun… dlsb dst
dicukupkan saja….
aku memposisikan sebagai pencari “kebenaran” yang sama seperti anda, kalian semua. Jika kalian berhak mewakili KitabNya, maka tunjukkan bukti yang kuat, bahwa pemahaman KitabNya, dan hadits pendukung, setuju dengan kelompok anda!!!
aku membaca 7:79, dan aku tidak memahaminya sebagai seseorang yang hidup dijaman dahulu, karena bagiku, ianya sebagai landasan bagi keterangan seperti “jayabaya, siliwangi,ranggawarsita, maupun seseorang yang memakai sandi nostradamus”.
mengapa? Karena KitabNya mutlak harus didahului waliNya yang satu!!!, sehingga hadits wali yang pokok maupun hadits wali yang mengikuti, pasti berupaya untuk mengembalikan posisi yang seperti demikian.
lantas mengapa anda, kalian semua, seakan-akan merasa berhak mewakili kitabNya???
seseorang bisa berkata “kebo barule, kebo bule”, atau “akan singgah ke negri perancis” karena terkait dengan perkataan “bani al ashfari”.
seseorang bisa berkata “Dari 3 lautan akan terlahir seorang, yang akan menyatakan hari kamis sebagai hari libur” karena terkait dengan “qala : laysa albirra ash-shayamu fis-safari” terkait “biwadiy al quraa fayashuwmu itsnayni wal khamiysa fis-safari” terkait “qala : laqalama rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yakhruju idza arada safaran illa yawmal khamiysi”.
senin itu KitabNya, sesuatu yang terpancar dari kitabNya itu “khamis”.
intinya menjelaskan maksud dan tujuan dari sumber pokok ajaranNya.
leluhur yang benar itu tidak seperti kalian, karena kalian menjelaskan pemahaman kitabNya tapi “nadzar” kepada pemuka/kitab pengetahuan nenek moyang kalian dan “hajatika” atau peruntukan urusan atau kepentingannya ditujukan kepada kelompok, partai,golongan, maupun negara-kalian…
aku akhiri dan tutup seluruh rangkaian tanggung jawab diriku ini dengan 4:41[2:92,29:2]
Agustus 2, 2012 at 2:34 pm
Cahaya lilin
kitab, terjemahan dan pemahamannya, seperti pergerakan sejajar antara sumbu,parafin dan api yang menyala pada lilin. Dan menjadi satu cipta cahaya, yang dapat menerangi, membantu penglihatan dalam kegelapan suatu pandangan.
bukan kuning-apinya yang dipegang, namun kuning-cahayanya yang digenggam.[2:69]
walaupun aku baru selesai dari sakit kepala yang terberat yang berlangsung seharian disertai menggigil karena kedinginan yang sangat, namun aku harus sampaikan pesan “bos besar”ku untuk yang terakhir kalinya.
cahaya itu muncul dari api yang melekat pada sumbu, bukan pada parafinnya.
contoh : shalat itu lebih baik dari tidur[parafin], yang bersumbu “ashalatu khayrum minan nawmun” dan “ashalatu khayrum minan nawmun waHuwa”.
seharusnya cahaya itu bersuara :
pengabdian jiwa yang terbaik adalah yang tercipta dengan menggunakan sumbu KitabNya dan sumbu pemahamanNya.
contoh pelaksanaannya :
bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, “Tidakkah engkau memperkerjakan aku sebagaimana engkau memperkerjakan si fulan?” beliau bersabda: “Sesungguhnya kalian akan melihat atsarah (sifat mengutamakan diri sendiri), maka hendaklah kalian sabar hingga kalian berjumpa dengan aku.”
jika orang mencari “cahaya” dengan menggunakan terjemahan tersebut, maka sama saja “memegang api”. Mengapa?
karena yang diterjemahkan dengan “bahwa ada seorang laki-laki datang” itu tertulis dengan suara “anna rajulan min al-anshar ja-a”
rajulan kalau hanya dipegang dengan arti “seorang laki-laki” maka sama saja memegang “bara-api perkataan”.[ra ja lam} itu bisa bermakna raja, pemimpin langkah tulisan yang berisi perintah pokok atau tulisan sumbu kitabNya. sementara [nun wau sin] atau nisa-a itu bisa bermakna ratu, penjaga pemahaman yang berasal dari sumbu raja. Sehingga pemahaman kitabNya seperti “sarang lebah” yang dipimpin ratu lebah.
al anshari[nun shad ra] itu seperti tulisan bersumbu kitabNya, sedangkan al muHajirin[Ha ja ra] itu tulisan pemahaman yang menggunakan tulisan bersumbu kitabNya.[9:100,107]
fulanan[25:28] atau seperti terjemahan yang tersebutkan diatas, atau tulisan yang tercetuskan bentuknya yang bersumbu tulisan awalnya.
qala diterjemahkan dengan “beliau bersabda”, dan inilah yang dimaksud “memanusiakan perkataan” atau memberi bentuk nyata seperti yang berlaku dikehidupan. Atau yang diterjemahkan dengan “Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang ada gambarnya”. Atau yang tertulis dengan suara “ inna al bayta laddzi fiyhi ash-shuwru laa tadkhuluhu al malaikatu”
laa tadkhuluhu al malaikatu : itu bisa bermakna dengan “tidak dapat dijadikan keterangan yang resmi dijalan ajaranNya” atau “bukan pemahaman yang dapat dijadikan wakil ajaranNya”.
ayat jika diperjalankan maka akan menjadi “bayata”.
“inna al bayta laddzi fiyhi ash-shuwru” itu seperti menterjemahkan kata “mekah, madinah” seperti yang terdapat pada negri arab saudi. Dan banyak lagi contoh yang setara dengannya.
kembali menjelaskan tentang perkataan yang tersebutkan sebelumnya;
“sesungguhnya kalian akan melihat atsarah” atau yang tertulis “innakum satalqawna ba’di[y] atsaratan”.
kata “satalqawna” itu [lam qaf wau] yang salah-satunya terdapat pada 19:59[yalqawna]. Yang terhubung dengan kata “ghayyan”, atau pemahaman bertipe “pepesan kosong” atau tong kosong nyaring bunyinya.
sehingga perkataan “innakum satalqawna ba’di[y] atsaratan” itu bermakna “kelak dipastikan akan ditemukan pemahaman yang dijalankan atau diterapkan menurut selera pelakunya masing-masing”.
contohnya : antara NII dan NKRI yang sama-sama merasa benar dalam melaksanakan perintah ajaranNya, yang sama-sama menyalahkan satu sama lainnya dengan menggunakan pemahaman yang bersumber pada tulisan KitabNya dengan perantara kelimuan sesat semisal Kitab fiqih, kitab tafsir.
padahal, para pemuka mereka menyadari, bahwa mereka hanya dititipkan untuk menjaga, bukan untuk menguasai AjaranNya.
“maka hendaklah kalian sabar hingga kalian berjumpa dengan aku”, ini tertulis dengan “fashbiruw hatta talqawni ‘ala al-hawdhi”.
kata talqawni[lam qaf wau]3:142,143, 27:6,7
al hawdhi adalah peleburan raja dan ratu yang menjadi pangeran atau putra mahkota ajaranNya atau tulisan pemahaman yang menjadi mahkota ajaranNya.
“fashbiruw” itu menunggu dengan mengikat pada jalan AjaranNya.
secara “bahasa lagu”, makna dari terjemahan yang teruraikan, adalah seperti :
tak bisakah kau menungguku?, hingga nanti tetap menunggu…
tak bisakah kau menuntunku?, menemani dalam hidupku…
walaupun kalian buat, perguruan-tinggi yang megah, universitas yang indah, yang mencoba membedah pemahaman kitabNya, Ketahuilah, hanya “putra mahkota ajaranNya” yang dapat menguak misteri dikeseluruhannya. Tidak ada Ketentuan yang berlaku selain dari yang disebutkan.
bukankah sudah dijelaskan dalam kitabNya berulang kali, segala sesuatu harus diawali dengan wakil utama kitabNya, atau putra mahkota ajaranNya. lantas siapa yang memberi perintah kepada kalian semua, yang menyuruh menjalankan tradisi yang salah, yaitu seperti “solat 5 waktu, puasa romadon” dlsb. Bukankah itu kerjaannya “kitab fiqih” atau kitab tafsir” atau kitab keilmuan yang bukan berlisensi dijalanNya!!! BijaHannama [4:55][89:23}
kasihan anda, kasihan kalian semua, sia-sia yang mendapat siksa terberat jika tak segera meninggalkannya. Karena sama saja merusak jalan ajaranNya.[7:5]
baik atau buruk itu bukan berdasarkan pandangan manusia NII atau NKRI atau seluruh manusia diseluruh dunia ini. Namun baik dan buruk harus bersumbu dengan api yang menyalakan cahaya seperti pada 27:7.
ingatlah cemeti ekor sapi :
Barangsiapa yang merampas sesuatu dijalan ajaranNya yang bukan miliknya, maka sama saja “mencuri, berzinah, membunuh, dan durhaka” terhadap ketetapan ajaranNya.
“bos besar”, sekarang aku pamit, lebih baik aku menyepi kembali untuk menyusun kekuatan dengan membenahi yang terlanjur dirusak oleh terjemahan mereka. Hingga dipenghujung tahun nanti.[7:85,86]
Agustus 2, 2012 at 10:16 pm
Family100
ada seorang yang bertanya :
pak ustadz, bagaimana dengan orangtua yang menelantarkan anaknya?
lalu si ustadz tersebut, mencari sandaran dari kitab maupun hadits terkait dan diteruskan dengan ocehan “tidak boleh menelantarkan anak..bla..bla..blaa”.
tunggul ametung, atau a’jazu nakhalin atau habasyiyyan atau 7:163 atau ala kadarnya atau talk less do more. Menghadapi pertanyaan-polemik kehidupan seperti yang tersebutkan, langsung ke TKP, bukan untuk diperbincangkan secara tulisan maupun perkataan. Bantu maksimal secara nyata, secara persaudaraan tanpa batas, jika itu urusan kehidupan duniawi. Karena kitabNya mengajarkan kasih sayang, keselamatan tanpa batas dikehidupan duniawi, namun mengkhususkan keselamatan kehidupan setelah kematian hanya kepada yang berpegang teguh pada kitabNya dijalan ajaranNya. [3:156,157]
a’jazu nakhalin itu seperti feedback kehidupan yang memakmurkan ajaranNya, atau sesuatu yang terjejak pada perjalanan kehidupan. Yang bisa juga dimaknakan seperti “habasyiyyan” atau yang dikenal dengan terjemahan “budak habsyah” atau yang dipelesetkan dengan “ budak eithopia”.
terkait dengan 9:34,35
kalau kalian cari secara otak saja, akal pengetahuan saja makna kata “habasyiyyan” atau makna kata yang terikat dijalan keilmuan ajaranNya, maka akan nihil, hampa dari hati dan jiwa. Kalian akan seperti robot etnis, robot kelompok, robot golongan, robot ras, dan robot yang kaku dan kasar dalam menyikapi kebersamaan hidup sesama manusia.
mengapa aku memahaminya? Maka jawabnya 66:3
boss besar, sudahilah kesemrawutan ini!!!70:1
Agustus 6, 2012 at 9:08 pm
Islam
islam itu bermakna jalan ajaranNya, bisa juga bermakna pengabdian dijalanNya dengan penciptaan, pelaksanaan secara ketentuan waktu atas kehendakNya, hingga ianya tidaklah dapat melekat kepada pelaku, ataupun tempat dan peristiwa dikehidupan secara kekal [3:80].
jalan ajaranNya yang bagaimana?
yang selamat, yang murni hanya menggunakan KitabNya dan lembar ajaran para waliNya yang terdahulu.
Pengabdian dijalanNya yang seperti apa pelaksanaannya?
yang menjaga keseimbangan antara tunduk dan patuh, tunduk pada amanat terdahulu, patuh terhadap pelaksanaan yang terkemudian.
dan yang berserah diri total kepada kepemilikan atas dasar kuasaNya, yang terkini[3:19]
sehingga sangatlah mengherankan, apabila tertulis pada sebuah “kartu identitas” dengan agama titik dua “Islam”. Apakah jalan ajaranNya bisa dimiliki selain dariNya? Apakah yang menentukan waktu pengabdian bisa selain dariNya? Apakah negara bisa menciptakan seekor lalat yang hidup dikehidupan, terbang bebas ke mana saja arah yang disukainya? Apakah pemimpin negara yang menciptakan bisa selain dariNya? Kemana saja otak kalian!!!
tata-pelaksanaan pengabdian dijalanNya;
ridha allah atau legalitas ajaran kitabNya atas kekuasaan waktu diturunkannya “jibril” atau pelaku utama ajaranNya.
ridha islam atau dibukanya keran pengabdian dijalan ajaranNya, yang dilanjutkan dengan ridha muhammad atau pengabdian secara luas dalam satu suara pelaksanaan
apakah jibril turun dalam suatu negara? Apakah jibril turun diarab saudi?siapa yang berhak dan berkuasa atas keberadaan “jibril”? apakah yang menentukan pemahaman kitabNya bisa melebihi kekuasaan pemilik petir? Sehingga bisa diberlakukan,diajarkan secara bebas dengan institusi pendidikan, universitas, lembaga pengkajian yang dayanya berasal dari manusia, yang hanya semut paling kecil yang tak terlihat keberadaannya dengan pandangan bumi dari matahari? Mengapa kalian memaksa untuk menentukan jalan ajaranNya dengan tradisi yang berlaku turun temurun dikehidupan manusia?[2:28]
pengabdian kalian itu seperti “kontes burung perkutut”, mengucapkan perkataan yang tidak dimengerti maksud dan tujuan bagi ajaranNya, dan hanya dipandang dari sisi keindahan berdasarkan kepentingan manusia semata.
pengabdian kalian seperti “letupan kembang api”, yang hanya sementara berlakunya, indah dipandang dan dirasa dikehidupan saat ini saja, tidak untuk yang setelahnya, alias sisa-sia saja.
pengabdian kalian seperti “teriakan pengetahuan raja singa”, yang hanya menakuti sesama dengan pengetahuan yang menebarkan “penyakit kelamin” secara turun temurun, yang merusak kesantunan pemakaian perkataan ajaranNya.
sampai disini saja penjelasan “tata-krama AjaranNya” dari saya, karena batas waktu pertalian sudah hampir putus, dan jika sudah putus, resiko kalian derita sepanjang waktu dariNya.
Agustus 7, 2012 at 8:07 pm
Perbudakan Prasangka
titian cipta tingkah yang menggelayut manja dikalbu pelakunya
yang beroda waktu diperdayakan kereta tanpa kuda dan kusir sesungguhnya
seperti nyata selera,termakan dan dimakan oleh kata dan katanya
ini dan itu perintah Alloh, jangan begini dan begitu dijalan Alloh dari suara penderumnya
yang jadi pokok pertanyaannya :
Alloh, perintah yang mana, dimana lembar letak pemahamannya, siapa yang menuliskannya, siapa yang menjelaskannya. Karena Alloh pada KitabNya, pada hadits para waliNya tidaklah dapat bersuara, memberi pemahaman, penjelasan dan memerintah dengan sendirinya.
Alloh itu simbol AjaranNya, KitabNya yang satu, yang tertinggi dan tak dapat disandingkan dengan ajaran yang berasal dari kitab buatan manusia, seperti kitab fiqh, kitab tafsir, maupun kitab keyakinan manusia yang lainnya seperti “weda, tripitaka, bibel dlsb”.
tradisi “sembahyang, puasa”, yang kalian lakukan atas perintah siapa? Darimana asal suara pemahamannya? Adakah Jibril berserta kalian semua? TIDAK ADA JIBRIL maka TIDAK ADA AJARANNYA[2:97,98]
kalian saat ini mengabdi, mengatasnamakan jalanNya, namun perbuatannya malah membenarkan dan membela tradisi pengetahuan nenek moyang kalian. Kitab-kitab pemahaman nenek moyang kalian yang diterapkan. Jika kalian mengabdi kepadaNya, maka kalian akan menjaga dan membenarkan keberadaan “Putra Mahkota AjaranNya”, yang datang dan ada karena kehendakNya untuk mengajarkan yang terkandung dalam KitabNya.
AjaranNya itu terkait tempat[kitabNya] dan pelaku[waliNya],seperti “lam mim mim” 53:32, dan bukan disatukan seperti pada 89:19, atau seperti perbuatan kalian yang menjadikan KitabNya sebagai barang dagangan yang dijual bebas, diobral pengetahuannya, dengan terjemahan yang penuh noda pemahaman dan yang menimbulkan kerusakan besar dijalan ajaranNya
AjaranNya mempunyai ketentuan pelaksanaan secara waktu atau disebut dzi[y] al qarnayni[18:83].
ketentuan itu dengan dua pondasi ibu : tempat[kitabNya] dan pelaku[waliNya], diserupakan seperti berkondisi sebagai dua orang anak yatim, yang tidak ada “bapak yang terkemudian”, sepeninggal “bapak yang terdahulu”. Bapak itu simbol peristiwa ajaranNya, yang satu garis pelaksanaan, terdahulu dengan terkemudian. Ibu melahirkan dua orang anak yaitu pemahaman KitabNya dan pelaksana kitabNya. sehingga dapat dikatan jika kebangkitan ajaranNya, seperti seorang ibu yang melahirkan anaknya. Ini yang disebut [ya wau mim][fa tha ra] 30:30
begini saja, dan dipersingkat saja;
ajaranNya, mengenal 3 perhitungan waktu secara bulan, matahari dan bintang. Yang digunakan dikehidupan adalah perhitungan matahari berdasarkan perkataan “inna khayra al majlisi awsa’uHa” atau yang paling umum dan mudah yang digunakan. Karena sisi ajaranNya menggunakan perhitungan bulan untuk kepentingan pengajaran seperti yang sudah diutarakan sebelumnya atau
—————————————————–
[ain qaf da]hakikat bahasa ajaranNya
muharam[1]2:235 [bahasa ibu]->melahirkan
safar[2]2:237 [bahasa bapak]->melindungi
rabi’u al awal[3]4:33 [bahasa keluarga]->menjaga
rabi’u al tsani[4]20:27 [bahasa persaudaraan]->memelihara
jumadi al awal[5]5:1 [bahasa keturunan]-> meluaskan
jumadil al tsani[6]5:89 [bahasa silsilah]->menertibkan
rajab[7]113:4 [bahasa rumpun keluarga]->menyatukan
sya’ban[8]2:233 ->[1][2]
ramadhan[9]2:234 ->[3][4]
syawwal[10]2:236 ->[5][6]
dzu-alqa’idah[11]2:238 ->[7]
dzu-alhijjah[12]2:226, 9:2,36, 46:15 ->[1][2][3][4]
—————————————————–
yang tersisa adalah perhitungan bintang, yang akan menjadi pertanda datangnya peristiwa “seorang ibu yang melahirkan anaknya” atau kebangkitan ajaranNya. terkait al hijri, al jadri, al jadra dan 18:49, 20:127
yang terpenting, janganlah menunggu sampai waktunya tiba, perhitungkan saja “kematian dekat” yang tak terduga datangnya.
saya ajarkan sedikit cara “menterjemahkan” maksud perkataan dijalanNya.
[1]“yaquwlu : aqirruw ath-thayra ‘ala makinatiHa”[thriller abu dawud dan ahmad “bilhudaybiyati”, “aqiyqati”]
[2]prahu lumaku ing dhuwur awang-awang[teaser jayabaya]
saya gunakan kata “thriller[bioskop] dan teaser[tv]” sebagai pembeda kedudukan “komersial pemutaran berita”
[1] diterjemahkan dilua sana dengan “seperti burung didalam sangkar”, seharusnya dilihat terlebih dahulu “tema beritanya” yang menggunakan dua objek [dua kambing, dan satu kambing],[anak laki-laki, anak perempuan],[jantan, betina] sehingga dapat diwakilkan dengan perkataan “ikuti ketentuan pemberitaannnya seperti burung-bangau yang kembali kesarangnya”. Yang bermaksud agar menuliskan “pemahaman kitabNya” dikehidupan, tujuannya ya untuk Ajaran kitabNya.
[2] itu maknanya “mengembangkan layar-pemikiran dengan persangkaan”, atau berobat pemahaman ke “klenik” bukan ke “klinik”, alias menggunakan mantra dukun bertitel “habib,da’i, ustadz” yang suka mencuri gelar “hajji, hajjah, al hafizh dst”.
sehingga bisa saya putuskan talinya dengan :
jika kalian mengatakan sudah-mengikuti perintah Alloh, maka akan saya katakan yang bersumber bukan dari KitabNya, melainkan dari kitab keilmuan nenek moyang kalian semua. Sebab KitabNya, berdiri diatas Kekuasaan waktu dari Yang Memiliki Langit Bumi.
Agustus 7, 2012 at 10:15 pm
Menghitung hari
‘Iysa ibnu maryama identik dengan “ahad”,
atau Century 2 Kuantrain 28 tertulis :
Le penultiesme du surnom du Prophete,
Prendra Diane pour son iour & repos:
Loing vaguera par frenetique teste,
En deliurant vn grand peuple d’impos.
Satu-satunya nama nabi terakhir
akan menetapkan hari minggu sebagai hari istirahatnya.
Dia akan berkelana jauh
membebaskan bangsa besar dari perbudakan.
atau selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu
bakal ana dewa ngejawanta, apengawak manungsa
Dia nu di beulah kulon! Papay ku dia lacak Ki Santang! Sabab engkéna, turunan dia jadi panggeuing ka dulur jeung ka batur. Ka batur urut salembur, ka dulur anu nyorang saayunan ka sakabéh nu rancagé di haténa. Engké jaga, mun tengah peuting, ti gunung Halimun kadéngé sora tutunggulan, tah éta tandana; saturunan dia disambat ku nu dék kawin di Lebak Cawéné. Ulah sina talangké, sabab talaga bakal bedah! Jig geura narindak! Tapi ulah ngalieuk ka tukang!
-> 28:27
hari minggu, bulan dan tahunnya mengikuti perhitungan bintang [Suku Bangsa Maya “meksiko”]
terkait al jadri, al jadra dan “al hijri” yang diplesetkan bentuk pemahaman tetap dengan “hijir ismail”.
Century 1 Kuantrain 50 tertulis :
De l’aquatique triplicité naistra,
D’vn qui fera le Ieudy pour sa feste:
Son bruit, loz, regne, sa puissance croistra,
Par terre & mer aux Oriens tempeste.
Dari 3 lautan akan terlahir seorang
yang akan menyatakan hari kamis sebagai hari libur.
Ketenaran, kemuliaan, aturan dan kekuasaannya akan tumbuh
melintasi daratan dan lautan membawa bencana bagi timur.
“Alloh dan rasulNya lebih tahu” -> statement yang menyerahkan sandaran petunjuk kepada Ajaran KitabNya, Ajaran para-WaliNya secara kekuasaan waktu.
yang tersebutkan diatas, menggunakan metoda “semburan satu lubang pada ikan paus” atau lain ladang, lain belalang, lain lubuk lain ikannya atau qala : inna al jarada nasyratu al huwti al bahri
sudah aku sampaikan yaa “boss besar” sambil melihat cahaya langit yang megah dan tak terkira luasnya. Aku mau istirahat, mau membaca “kisah-kisah lama” para legenda ajaranMu.[113:1]
Agustus 8, 2012 at 10:29 pm
Aku
asyHadu itu, pernyataan tertulis dijalanNya yang tidak boleh tergantikan dengan yang lainnya.
sehingga untuk mendapatkan petunjuk ajaranNya tidak bisa hanya dengan perkataan yang melekat pada tulisan kitabNya, melainkan harus dengan pemahaman yang dihidupkan dari kitabNya dan terbentuk secara ketentuan kepemilikan waktu. Dan satu pola penterapannya, yang terdahulu dan yang terkemudian. Hal yang demikian, terkandung pada “alif lam mim” surat 2[ketentuan tempat atau kepemimpinan kitab] dan surat 3[ketentuan pelaku atau kepemimpinan wali].
8:12 [bananin], 75:4 [bananahu]
Alloh itu simbol AjaranNya yang satu, yang terdahulu[azza wa jalla] dan terkemudian[jalla wa azza].
hadits terkait “kedatangan ‘Iysa” diakhir jaman, untuk mewakili sisi tempat/kitab bahwa yang datang adalah ajaranNya yang terdahulu, bukan yang baru. Sedangkan hadits yang terkait “namanya seperti namaku”, diakhir jaman, untuk mewakili satu pola penterapan AjaranNya, yang berlaku sejak dahulu, yaitu ajaran KitabNya harus didahului dengan keberadaan satu waliNya.
saya jelaskan sedikit tentang ‘ashobiyah.
[ain shad ba] itu bermakna awal adalah tradisi masa lalu atau menggunakan jejak yang berlaku sebelumnya.
laa[lam alif] menekankan sisi pelaksanaan pengetahuan.
laysa[lam ya sa] menekankan sisi pelaksanaan perbuatan.
laysa minna bisa bermakna “tidak sesuai dengan pelaksanaan pengabdian dijalanNya”.
mengikat pengabdian dengan pengetahuan bertradisi masa lalu, mengikat dengan kepemimpinan berjejak yang berlaku sebelumnya, mengikat dengan wawasan yang berlaku secara turun temurun, ianya tidak sesuai dengan “Allahu, Laa ilaha ilaa Huwa al hayyu al qayyuwmu”.
karena sama saja meniadakan keberadaan Yang mencipta langit dan bumi dengan segala kehidupannya.
qala : laysa min al birra ash-shayamu fis-safari
pengertiannya seperti ini :
sudah tidak berguna lagi, segala pengabdian apabila telah menyatu cipta terkait “safar”, khamiys, ‘iysa, muhammad, ahad, minggu, bulan dan tahun yang sesuai perhitungan bintang.
kitabNya itu petunjuk yang hidup, yang dapat menyelamatkan sesama manusia dengan pengetahuanNya, dan bukan untuk dibuat main-mainan seperti yang berlaku diseluruh dunia saat ini. Adab ajaranNya janganlah dilanggar, mengertilah, telitilah dan waspadalah.
ingatlah, bukan hanya terjemahan, melainkan harus dengan pemahaman seidzinNya.[39:71]
Agustus 11, 2012 at 11:00 pm
Tertawalah atau menangislah
aku terpana, menyaksikan “patung batu yang menangis” karena perkataan “walaw bishayna” dipenjara dikehidupan, dengan umpatan bergelar, makian yang berketurunan, dan juga yang bermuatan rekayasa pengetahuan.
“walaw” itu seperti transisi ikatan langkah, “jika tidak ada disini, maka cari yang disana”. Sedangkan “bishayna” itu seperti tempat yang mendukung pengetahuan ajaranNya. yang seperti apa, dan bagaimana? Yang pasti, harus tidak menyalahi “tata-krama ajaranNya”, dan tidak untuk menjauhkan pemahaman pada pokok ajaranNya.[19:23-25]
tata-krama ajaranNya?
cahaya itu yang melekat pada “gelap[sedikit/tidak ada] dan terang[banyak/ada]”, sehingga bisa dipahami makna dari “azh-zhulumati ilan-nuwri” :
[alif,alif]”yang diciptakan” mutlak tergantung kepada aturan “yang menciptakan”, dan ”yang dimiliki” mutlak tergantung kepada aturan “kepemilikan”,
[lam,lam]”yang diberikan” terikat kepada ketentuan “yang memberikan”, dan “yang diajarkan” terikat kepada ketetapan “yang mengajarkan”
[mim,raa]”yang dipimpin” terkait kepada ketetapan “yang memimpin”, dan “yang diperintah” terkait kepada ketetapan “yang memerintah”
“sedikit-cahaya” itu identik dengan “malam hari”, sedangkan “banyak-cahaya” itu identik dengan “siang hari”. “tidak-ada cahaya” terkait “mati secara mata”, sedangkan “ada cahaya” terkait “hidup secara mata”. Jejak sepatu-kata : “al ‘ayni haqqun”.
——————————————————–
bekal tambahan -> 17:13
pemakaian huruf “ain”[dikenal] dan “ghain”[belum dikenal] seperti kalung, gelang dan cincin yang menetap pada leher, tangan dan jari atau terpaut “alif laam miim” dan “alif laam raa”.
——————————————————–
dicukupkan dan diteruskan dengan yang terpenting,
biang-kerok kerusakan pada jalan ajaranNya, penyebabnya “kitab fiqh”,”kitab tafsir” yang berdampak kepada kerusakan yang timbul dari “terjemahan tanpa kendali” sehingga perbuatannya sebagian besar “melompat pada kepemimpinan dimasa lalu”[26:18]
para legenda ajaranNya, sangat memahami [3:80], sehingga tidak mencantumkan “kepemilikan secara pribadi”, sehingga seluruh nama yang digunakan pada lembar ajaranNya, hanyalah penokohan yang mengikuti cara “nyamuk” atau siapa saja yang disebut semisal ‘aisyah, abu hurairah, anas bin malik, Hisyam, abu bakar, ‘umar, ‘utsman, ‘ali, jayabaya, siliwangi dst bersatu dalam ajaran “nyamuk”[2:26,31].
jangan memancing diair keruh, atau mengeruhkan sesuatu yang samar atau yang terkandung pada kata “al ghibah”. Sudah paham “penyakit kulit 100 unta”? salah satunya seperti perbuatan terjemahan, yang menghantam [kaf fa ra], secara “kafiruwna, kafiriyna, kufran, kafuwran, dst” dengan kata “kafir” yang berkonotasi satu jalur. Dan banyak sekali yang dirusak dengan cara yang seperti demikian. Perselisihan yang berkepanjangan ini, hanya satu solusinya, yaitu “laylatul qadri”.
mau tau apa itu “laylatul qadri”?.
pelaku, tempat, peristiwa atau…
mereka ribut soal “hukum warisan”, diproduksi dengan pengetahuan nenek moyangnya dimasa lalu, berlandaskan kitab fiqh, kemudian mengaku boleh mendapatkannya dari “bintang ini, dan bintang itu” pada lembaran ajaranNya.
katanya : anak laki-laki mendapat bagian sekian…jika hanya anak perempuan maka pembagiannya sekian…
yang jadi pertanyaannya, bagaimana jika satu,dua,tiga benua diratakan dengan air “Nuwh”? siapa yang menjadi saksi? Siapa yang membagi warisan, jika semuanya mati?
jika pelaku,tempat-pelaksanaan terkait ajaranNya sudah ada dimasa sekarang, maka tinggal menunggu peristiwanya, yang akan menyelesaikan segala perselisihan terkait jalan ajaranNya. itu maksud dari “laylatul qadri” atau pemberitahuan “peristiwa kebangkitan ajaranNya” dipenghujung tahun ini.
aku peramal?14:44
diluar sana ada yang mengatakan “sampai bertemu diacara yang sama 4 tahun lagi”, dan ada juga yang mengatakan “kita harus menang di pemilu 2014”…
yang jadi pertanyaannya adalah :
aku mengenal dengan baik Pencipta jiwaku, sedang mereka???
satu suara wali, harus didahului satu “IbraHim”[‘ala yaasiin habibillah], satu suara kitab, harus didahului satu “Muhammad”[ketetapan waktu terkemudian]
dan itulah tata krama ajaranNya.
Menyelamatkan lebih baik daripada “menyesal”. Tabuk itu “perlu tambahan data yang kongkrit”, sehingga selama “sebulan diberi akses gratis internet dari boss besar”, mendapatkan data yang signifikan, dan hasilnya seperti “yang terkena panah nyasar” dahulu, sekarang sudah berada ditempat yang tinggi [jejak sayap nyamuk : ummu haritsah].
satu rasa pengabdian dijalanNya,tidak harus diakhiri dengan satu penyebutan nama[2:7,8]
mau panggil jeruk dengan “orange, citrus, oranje, arancione”, silahkan, yang penting wujud asalnya sama rasa dan keharumannya.
lihat wajah kalian, memanggil ajaranNya dengan kata “Islam”, namun ketika dilihat kenyataannya, beda pemimpin, beda golongan, beda pengetahuan, bedanya banyak, yang sama kepentingannya, yaitu menyuburkan masa lalu yang gelap. “jaHiliyah” itu bermakna rekayasa secara pengetahuan, secara pemikiran, secara perbuatan. Pintar dikehidupan namun “gelap mata karena kepentingan, jabatan, kekuasaan” dijalan ajaranNya.
maka tunggu saja tanggal mainnya!!!
Agustus 12, 2012 at 1:20 pm
Makhluk hidup
framework atau [ ra sya da] atau kerangka pelaksanaan terkait gerak-pengetahuan,gerak-pemikiran,gerak perbuatan.
gerak-pengetahuan seperti “tumbuhan terawat” :
[2:125][3:103] untuk sisi-pandang cipta kepemilikan [alif lam mim]
yang kemudian bergerak secara waktu [3:112] seperti “Pohon IbraHim [14:26]” [terikat alif lam ra pada ibraHim] untuk sisi pandang gerak-tumbuh vertikal, dan seperti “Labu Yuwnus [37:146]” [terkait alif lam ra pada yuwnus] untuk sisi pandang gerak-tumbuh horisontal yang merambat pada “pagar” berbatas cipta kepemilikan ajaranNya. sehingga, apapun yang tercipta harus menyatu dalam kepemilikan “Kitabulloh”.
gerak-pemikiran seperti “binatang terpelihara” :
menggembala kambing[dengan muwsa], menghidupkan burung[dengan ‘Iysa]
gerak-perbuatan seperti “manusia teladan” : empat mim pada “muhammad”[47:2]
terdahulu “berpasangan dengan siti khadijah” -> satu pengetahuan Kitab Pokok[3:144]
transisi waktu “berpasangan dengan ‘aisyah” [jejak : menikah pada 6 tahun, 18 tahun] -> melanjutkan satu pemikiran kitab Pokok[33:40]
terkemudian “berpasangan dengan ‘aisyah” [jejak : menikah pada 7 tahun] ditambah “tenda” hafshah,zaynab, ummu salamah -> melanjutkan satu pemikiran kitab pokok dan yang mengikuti perbuatan kitab pokok.[48:29]
———————————————————-
nyamuk dan lalat
nyamuk pada masa “jentik” lebih baik daripada masa “sayap”, maksudnya… jika penokohan diperuntukan bagi pengetahuan “air” ajaranNya, maka ianya bermanfaat. Namun jika penokohan itu dijadikan seperti “yang berlaku sebenarnya dikehidupan” maka terbangnya pemikiran akan mengganggu pendengaran berpengetahuan dengan perbuatan menghisap darah “pribadi-manusianya”.
lalat itu, sayap keseimbangan “baik dan buruk”, pemikiran yang baik bermanfaat untuk menghindari perbuatan yang buruk, dan pengetahuan tentang perbuatan yang buruk bermanfaat bagi penguatan pengetahuan yang baik. Dan “baik atau buruk” bukan terletak pada penilaian “manusia” pada “lalat” melainkan pada “yang berkuasa menciptakan manusia dan lalat”.
———————————————————-
biang kerok itu pemrakarsa, think-setter dan yang melestarikan pengetahuannya. Atau seperti seseorang yang bisa berenang dilaut, dan seseorang yang tidak bisa berenang namun tertolong dengan adanya pelampung. Yang pokok adalah bukan pada bisa atau tidaknya, melainkan kepada “yang memberi Keselamatan”.[2:156] -> jika tertimpa “bencana pemikiran” akibat keterkaitan suara-cipta pengabdian dijalanNya, maka kembalikanlah ianya kepada sumber pengetahuan ajaranNya[alif lam mim].
sedangkan sumber pengetahuan ajaranNya terikat pelaksanaannya secara “ra ta lam”, yaitu satu [25:32] pemahaman secara waktuNya,dan dua [73:4] kesungguhan mencari pelaku,tempat yang sesuai dengan jalan pemahaman ajaranNya yang beroda waktu. atau “dua” tidak bisa melampaui batas dari “ketentuan satu”, sedangkan “satu” tidak akan dikenali dengan “kesungguhan dua”.
sehingga dapat dijelaskan “yajuj wa majuj” pada 18:94, terhubung dengan “kitab fiqh”, “kitab tafsir” secara think-setter atau yajuj. Dan terjemahan perbuatan yang melestarikannya setara “majuj”. Atau perbuatannya seperti yang terdapat pada “2:65” dan “5:60” atau tradisi pengetahuan MONYET, yang melestarikan pemikiran BABI.
akibatnya adalah terlalu meringankan perkataan yang BESAR kemuliannya. Contoh :
“sudah allohu akbar tuh, buruan gih sembahyang”…”hey anak-anak, ayo sudahi permainannya, sudah maghrib nanti kesambet setan”..dan banyak hal lainnya. itulah contoh dari “memancing diair keruh” atau mengeruhkan pengetahuan dengan perbuatan yang samar secara pemikiran atau al ghibah.
seharusnya kalian paham yang berada pada 17:110, sehingga kalian memahami secara pelaksanaannya. Sudah pernah dengar mobil keren “rudaeli”[22:31,32] yang digunakan [JB] jabal bonn[8:12,75:4 “ba nun nun”], agen najwa700 [2:61,2:161,2:261][58:7], yang bermesin cakram seperti “garuda elang rajawali”.
dasar pelaksanaannya 5:3 tak-ada salahnya mengenyangkan sesuatu pemikiran dengan menuliskan-pemahamannya “berbahasa daging”, yang terpenting menyesuaikan dengan wawasan dan sumber pengetahuan yang berlaku pada jalan ajaranNya.[faman adhthurra fi… fainnallaha ghafuru-rrahiym]
*special one only, the right man on the right place
tekait jejak-kata “dhukanahu”
JB jadi teringat sayup-sayap lantunan lagu “my facebook” gubahan “aroma maulana” dari bani gigi[sin nun nun].
berawal dari face “minal kitabu”
yang datang dengan cara “shibghata”
bekas “busaysah” lama yang bergelang
satu dari “habasyiyan” yang terbaik
…
kubisa putuskan “dukhanahu”-nya
tanpa menulis dengan “hibbu”-nya
karena aku sudah “iqra-u”
tanpa sakaita “hawtin”-nya
Hiya JB, talk less do more…
diluar sana, banyak yang melatih dengan “pengendalian menghadapi bencana alam” seperti tsunami, gempa bumi dlsb. Seharusnya, yang dilatih adalah “pengendalian diri saat akan menghadapi PenciptaNya”, sebagai bekal terbaik kelak selepas kehidupan dunianya. “hidup atau mati” bukan manusia yang menentukan, namun kebaikan mengatasi bencana pengetahuan yang buruk adalah ketentuan sesuai perintah ajaranNya. sehingga bagi siapa saja yang masih berdiam diri,setelah datang pengetahuan yang baik disisi ajaranNya, dan tidak ingin merubah kebiasaan bertradisi yang buruk, maka sama saja melanggar perintahNya. Dan seruan ini bukan untuk main-main belaka.[53:60]
Agustus 12, 2012 at 3:43 pm
Mickey mouse
tikus yang populer, atau suatu perbuatan yang tersohor wawasannya diperadaban manusia, yang menggerogoti tradisi pengetahuan ajaranNya. sebagai penjelas maksud [2:161] : segala sesuatu yang berlaku dikehidupan harus “dikutuk manfaat dunianya” menjadi batu pemikiran yang bertujuan untuk menjelaskan pemahaman yang baik disisi ajaranNya.
dan yang rusak pemahamannya harus diperbaiki dengan “knalpot matematika” atau irisan yang terdapat pada pemberitaan, yang dapat dihimpun menjadi motor-pemikiran.
contoh : [mim ta ain] atau yang diselewengkan dengan konotasi “haji tamatta’a” atau “nikah mut’ah”.
[mim ta ain] itu setara dengan “knalpot matematika”, menyeleksi dan menghubungkan “kata-per beritakata” yang dihimpun dari “cerita nostalgia ajaranNya”[ bil’umarati] sehingga jika digabungkan seperti “mengambil api-kehidupan diatas bukit yang dekat cahayaNya”.
23:113 dengan menghitung “satu” atau kata awal yang digunakan, untuk mencari “setengah” atau tempat-persinggahan “kata awal” tersebut.
contohnya kata “idzkhirun”, “biidzkhirin”,“utrujjata”, “al utrujjata”, “al utrunajata”, yang kemudian “at-tamarati” “ar-rayhanati”. [33:28] -> yang terpenting bukan terletak pada penamaan, limau, atau jeruk, atau kulit jeruk bali, maupun kurma atau semerbak aroma yang wangi, karena akan serupa dengan perbuatan “memegang knalpot yang panas”. Yang terpenting itu “tujuan berkendara”, untuk apa pergi dengan motor, dan apa yang ingin diraih dalam berpergian. ->[33:49] akan menghubungkan dengan “keharuman” pada jejak “siliwangi”.
———————-
Semua keturunan kalian akan aku kunjungi, tapi hanya pada waktu tertentu dan saat diperlukan. Aku akan datang lagi, menolong yang perlu, membantu yang susah, tapi hanya mereka yang bagus perangainya. Apabila aku datang takkan terlihat; apabila aku berbicara takkan terdengar. Memang aku akan datang tapi hanya untuk mereka yang baik hatinya, mereka yang mengerti dan satu tujuan, yang mengerti tentang harum sejati juga mempunyai jalan pikiran yang lurus dan bagus tingkah lakunya. Ketika aku datang, tidak berupa dan bersuara tapi memberi ciri dengan wewangian.
———————
sehingga akan memahami maksud dari 17:110, yang terpenting “pemahaman ajaranNya”, bukan membeo dengan mengucapkan perkataan tanpa makna yang berharga.
jejak siliwangi yang tersebut diatas, sebenarnya menjelaskan maksud dari :
[1]yaquwlu : ash-shayyamu liman tamatta’a bil’umarati ila alhajja,..[2]liman lam yakhd Hadyan ma bayna, an yuHillu bilhajja ila yawmi ‘arafah,…[3]fainlam yashum shama ayaman minan -> wa hadatsani …
atau jika “al muHajirin saling menyenggol al anshar” dengan suara terjemahan :
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Zubair dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata, “Puasa itu bagi orang yang haji tamattu’; dengan umrah lalu berhaji, dan tidak mendapatkan hewan sembelihan antara waktu bertahallul haji sampai waktu ‘Arafah. Jika dia belum berpuasa, dia harus berpuasa pada waktu di Mina.” Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Ibnu Syihab dari Salim bin Abdullah dari Abdullah bin ‘Umar berkata dalam masalah itu sebagaimana perkataan Aisyah radliallahu ‘anha.
kalau kalian paham “empat perkara” terkait “jaHiliyah”, terkait “da’wa al jaHiliyyati”, maka kalian akan menghindari perbuatan “menyandingkan terjemahan-lokal dengan naskah asli ajaranNya”, karena akan merusak jalan saat datangnya “pemahaman yang sebenarnya” atas idzinNya.
jika kalian mengatakan perbuatan tradisi kalian yang menggunakan nama “shalat dan puasa” itu perintah Alloh, maka aku tanyakan, tulisan kata “alloh” yang ada dimana? Siapa pengarang pemahamannya?
“laysa min al birra ash-shayamu fis-safari” itu setara “Dari 3 lautan akan terlahir seorang
yang akan menyatakan hari kamis sebagai hari libur” atau sebelum datangnya “Putra Mahkota AjaranNya”, maka tidak ada keterikatan pengajaran dijalanNya.
jadi, sebenarnya, kalian semua itu mengikuti perintah dari “kitab fiqh”, “kitab tafsir” maupun segala terjemahan pelestarinya. Jadi sesungguhnya kalian semua mengabdi bukan berdasarkan perintah ajaranNya, perintah Alloh pada KitabNya. karena kalian sudah terkena penyakit “al ‘adwa” atau penyakit kulit 100 unta”. Dan kalian tidak mengenal “bismillah” dan “billah”. Contoh : kata pada 112:1 qul : Huwa Allahu ahad diterjemahkan “Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”
kata “allaha”, tetap bersuara “Allah”, itu penyakit kulit 100 unta!!! Seharusnya dipahami 112:3 dengan maksud awal : Prinsip Mutlak, Pijakan AjaranNya satu pelaksanaan.
sehingga kalian mengerti tentang “satu pelaksanaan” itu terikat “tata-krama ajaranNya”, yaitu harus adanya “IbraHim”, atau dihadirkan dariNya, pelaku tunggal yang mengkawal ajaranNya atau seperti suara : “orang pertama yang diberi pakaian adalah Ibrahim”.
bedebat atas dasar keinginan liar pemikiran manusia, maka tak akan ada habis liurnya. Solusinya Cuma satu…”laylatul qadri”. Tunggu saja tanggal mainnya!!![101:2]
Agustus 12, 2012 at 7:34 pm
Ghalaw si putra petir
aku hanyalah budak pengabdianNya, pesuruh ajaranNya, yang dipinjam untuk jadi “carik” yang menulis dan mencatat serta mengabarkan keberadaan berita petirNya. Selain dari itu, aku manusia biasa, yang bertahan dikehidupan sesuai waktu yang ditentukannya. Jadi harapan yang baik itu, harus terletak pada “pemahaman AjaranNya” atau si putra petir, dan bukan pada manusia yang mengabarkannya.
mengapa aku menyebutnya “si putra petir”? karena pemahaman ajaranNya harus bisa didengar, dilihat dan dirasakan beritaNya secara aktual, dan berlangsung nyata secara waktu dikehidupan. Dan itulah yang terkandung dari makna kata “al jama’ah”.
dahulu, saya mencari kebenaran, dan memahaminya harus dengan “al jama’ah”. Hanya saja diwaktu itu, saya memahaminya sebagai “kelompok atau negara”. Dan roda waktu terus bergulir, pemahaman kata bergerak seperti jalannya awan, seperti orang yang memandang “perkataan” sebagai “kebendaan” layaknya mobil yang berada ditahun 1930, dengan yang berada ditahun 2012. Dan aku memahaminya bukan pada “keindahan” semata, melainkan untuk apa ada “mobil” jika hanya untuk melupakan “ikatan persaudaraan”, atau untuk apa ada “kendaraan pemahaman”, jika ianya hanya untuk memecah belah tujuan sebenarnya dijalan ajaranNya. sehingga aku memahami kata “al jama’ah” adalah sesuatu yang seperti seseorang merasakan takut kepada penciptaNya saat melihat langsung “kedasyatan gemuruh petir”. Jadi “al jama’ah” itu bermakna menyatu dikehidupan secara nyata, dan berlangsung aktif persaksian waktuNya.
ghalaw itu seperti seseorang yang menaruh harapan, sedang “ghuluw” itu menyandarkan sebagai harapan yang berlaku abadi. Dan perbuatan seperti itu tidak boleh dilakukan, karena sama saja “meniadakan kekuatan Pemilik Langit Bumi”. Yang abadi itu hanyalah tulisan pada lembaran ajaranNya, sedang pelaku pemahamannya, berganti atas kehendakNya seiring berjalannya waktu[18:23-25].
sehingga jika ada seseorang yang menerangkan tentang “syaHadat”, menggunakan buku karangan seseorang, hanya karena menganggap “keindahan kendaraan pemahamannya”, maka sama saja seperti berpegang pada “hujan jatuh karena bintang ini dan bintang itu”. Yang terpenting adalah mengenal tujuan yang terkandung pada kata “syaHadat”, yang seperti “bukan karena kuasa pemahamanNya”, melainkan harus menyatu dengan kuasa waktu pelaksanaanNya.
kalian itu “pembesar”, yang lebih dahulu terikat pengabdian daripada aku. Dan sekarang aku melihat kalian, bukan mengikat dijalanNya, melainkan pada kitab selain dari kitabNya. dan 112:3 menegaskan, timbulnya pemahaman bukan atas dasar yang dikenal secara waktu, melainkan muncul secara tiba-tiba, tanpa perlu campur tangan keilmuan bertradisi turun temurun.
aku menulis karena aku pesuruhNya, dan karena aku juga manusia biasa yang ingin berbagi pemahaman. Dan aku menyadari, pasti berat kalian melepaskan “perbudakan pengetahuan” yang telah bergelayut rantai waktu yang panjang.
aku tadi melihat sekumpulan orang, yang berjanggut, bergamis, dan ada pula yang bersorban layaknya “yang di film wali-songo”. Mereka mengadakan acara untuk menunggu datangnya “laylatul qadri”. Aku sedih melihat mereka, yang begitu terbelenggu dengan “peradaban nenek moyang” yang dilestarikan tanpa memandang Kebenaran yang sesungguhnya. Dan jika mereka mengenal aku, bisa-jadi mereka beranggapan yang sama, memandang aku terbelenggu dengan ajaranNya. [68:5]
[68:2]bimajnuwnin[ja nun nun], atau yang terbentuk secara pemikiran alami, tidak mutlak bergantung pada pengetahuan kehidupan. [68:6]Al maftuwnu[fata nun], atau yang terbentuk dibuat-buat, atau pemikiran yang diproduksi dengan pengetahuan dikehidupan, dan yang sangat bergantung dengan perbuatan yang berpola turun temurun.
[68:48] diperkuat dengan “al jarada”, faqala rasulullohi alayhi wasallam : innaHa nasyratu huwtin fi al bahri.
menjaga tulisan dan perkataan seperti menjaga dari bahaya sergapan ikan hiu dilaut, tidak mengalirkan atau menyampaikannya dengan bahasa darah atau seperti orang yang marah, tidak dapat mengendalikan “suara hati”, mengucap hanya karena identitas “marah”, bukan melaksanakan karena tunduk perintahNya[17:110].
untuk jumpa akhir, aku ulangi “menyelamatkan lebih bernilai daripada menyesal”. Dan perdebatan tidak akan ada akhirnya jika tidak ada wakil yang memberitakan keputusanNya.23122012, itulah “laylatu qadri” atau 10 safar atau cicak IbraHim.
mereka ada yang menyebutnya “Alloh”, atau “tuhan” atau “Allah Bapa”, atau “Hyang widhi” atau macam ragam bentuk suaranya, namun aku pastikan, pengabdian mereka semua percuma jika bentuk rasa cipta pemahaman tidak berdaya pokok kitab ajaranNya secara benar dan sesungguhnya atas dasar kuasa waktuNya.
demi kekuatan yang berkuasa pada semesta alam ini, hanya kehendakMu yang harus aku ikuti, rasa takutku hanya padaMu. Dan aku kembalikan urusan ini padaMu, karena aku telah menyampaikan perintah ajaranMu. Perkenankanlah kepergianku.[6:51]
Agustus 14, 2012 at 8:46 pm
Perubahan Jaman
selama “hati kalian mati” maka sama saja membiarkan pikiran menjadi liar dan terkendali tradisi dikehidupan duniawi, sehingga melupakan pokok yang utama dijalanNya.
Menyambut datangnya Perubahan Jaman, diberitahukan kepada semua pihak, yang merasa telah mengabdi sepenuh jiwa raga dengan mengatasnamakan “Alloh”, “Al Quran”, maka ketahuilah bahwa semua itu akan menjadi perbuatan yang sia-sia belaka, mulai detik ini disampaikannya peringatan akhir jaman ini. Karena Penciptaan awal AjaranNya akan terulang kembali, seperti bayi yang terlahir dari ibunya.
Penguatan kabar peristiwa perubahan jaman, lebih utama saat ini, lebih bernilai keselamatan. Tidak perlu koordinasi yang berlebihan, jalani saja secara alami, dimulai dari ikatan kepada perwalian yang sebenarnya. Jangan banyak pertanyaan, ikuti saja perintahnya. Tidak ada struktur organisasi, maupun kedudukan tentang jabatan tertentu, karena saya tidak menjamin, kalian semua bisa bertahan hidup. Ketahuilah, pada saatnya nanti[23122012], akan banyak menelan korban jiwa yang jumlahnya sangat banyak sekali, yang berlaku diseluruh dunia ini.
Perdebatan itu berawal dari hati yang mati. Kelak kalian akan tahu, bahwa efisiensi itu akan terbentuk dari peristiwa akhir jaman nanti. Satu persamaan nasib penderitaan, akan lebih menguatkan ingatan, bahwa langit bumi ada pemilikNya.
Demikian yang bisa saya sampaikan, tidak perlu ada unsur paksaan, yang yakin datang, yang tidak yakin berusahalah memohon kepada kekuatan yang tak berwujud. Karena sangatlah tidak mungkin, jika kuasaNya datang hanya untuk meneruskan tradisi kehidupan yang jelas-jelas menyalahi Ketentuan ajaranNya. semua ketetapanNya harus diawali dengan satu pelaksanaan perwalian dijalanNya. Yang sudah mengetahui berita ini, dan tidak mengikuti perintah yang terkandung didalamnya dan tidak beranjak untuk menyampaikan kepada pihak lainnya, maka sama saja melawan kekuatan yang tak berwujud.
Agustus 15, 2012 at 2:23 pm
Manusia separuh Kertas
serangga kecil itu berwarna putih, sayapnya seperti pesawat “concorde”, berjalan berputar seperti mainan “baterai” disekitar “papan ketik” yang biasa aku gunakan untuk menyeru keindahanNya. Dan sangat tidak mungkin jika manusia menciptakan hal yang serupa demikian walaupun ianya berupa mainan plastik, dan tidak bisa ditiru, karena kecil dan yang hidup keindahannya tidak dapat dijiplak. Dan serangga itupun menghilang secara tiba-tiba selepas aku ungkapkan dalam berita ini. Dan cicakpun berdecak 6 ketuk.
Sungguh hebat, perintah dari kekuatan yang tidak berwujud, menggunakan cipta makhlukNya, untuk mengawal proses penyampaian pesan ajaranNya. dan aku menyebut “kekuatan yang tidak berwujud” itu dengan “Al Baja”, cipta kata dari ciptaan-makhlukNya. Dan yang jelas bukan ciptaan Alloh. Mengapa? Karena Alloh itu cipta kata dari ciptaan-KertasNya. Dan cicakpun berdecak 9 kali tanda “ok bisa diterapkan”.
*didukung dasar pemahaman “teori bolak-balik kata”[25:45], kemudian terhubung ba’lan 37:125, terkait puluhan jejak kata bersuara “rayyan”, “1 sha’, 2 sha’” , “baba rayyan”, “kaf lam ba”, “wau za ghain terkait penerapan [wau za ain]”.
mengapa aku menamakan dengan Al Baja[ba wau ja]? Ianya bermakna sebagai : sesuatu yang indah rasa cipta dan daya perwujudannya, yang tidak bisa ditiru, dijiplak , diatur oleh manusia, walaupun si manusia itu hebat kecerdasannya, besar kekayaannya dan luas kekuasaannya.
*dasar “”cipta kata dari ciptaan-makhlukNya”” 27:82 “dabatan”, terkait shalat”shad lam wau” 27 derajat”da ra ja”, dan shalat 25 derajat[cipta kata dari ciptaan-KertasNya], dan terkait “teori angin[33:9]”, “segenggam pasir pada qutila yawma badrin kafiran”[8k]
6 itu “qaf” atau pemahaman yang dilihat dari pengetahuan kehidupanNya, 9 itu “ba” atau “qaf” pemahaman yang dilihat dari pengetahuan kertasNya, yang jika diterapkan bersamaan disuatu jaman yang hidup disebut Al haqq. Dan jika penerapan pengetahuan dari kertas saja, atau dari kehidupan saja maka disebut bathil atau satu sisi pandang pengetahuan, hanya berlaku dahulu atau hanya berlaku sekarang. Dan keseimbangan itu ada pada sayap “ha qaf qaf”.
“kullu bid’ati dhalalatun” said “abu ‘ashim[ain shad mim]”.
setiap langkah tertulis yang mengandung gagasan pasti memiliki propaganda pemikiran, begitu kata penjaga pemahaman[abu ‘ashim]-> maka berhati-hatilah, dan berpeganglah kepada Ketetapan ajaranNya[kitabulloh], simply and deeply, and let it flow…
7:176
kaf : yang ada pengetahuannya, lam : yang digunakan, ba : sebagai cara
terkait “anjing terlatih, pemburu, penjaga ternak”,“2 qirath”, 6:91 “qarathiysa”.
*nanti saja dijelaskannya, karena panjang, terkait lompatan kelinci, 4 kutub, tangan dan kaki, kanan kiri, depan belakang.
aku melihat ditv, banyak anak-muda, tua-renta, yang ceramah mengatasnamakan AjaranNya, “kalo makan seperti tidak makan” atau tidak melewati tenggorokan, atau sudah diberi makanan, hanya dikunyah dan dilepeh. Contohnya : mengajarkan orang memakan kertas…yang tertulis yang dimakan…->para ibu-ibu, bapak-bapak..mari sama-sama diikuti ya…[kemudian berdendang]wakulli mujahidin lillah biaHli badri yaa Alloh….trus tanpa penjelasan apa maknanya, hanya suka dari jalan-suaranya belaka.
“ja nun da” itu bisa bermakna pengetahuan, sedangkan “ja Ha da” itu bisa juga bermakna pemahaman.
“wakulli mujahidin lillah biaHli badri yaa Alloh” itu salah satu tata krama ajaranNya-> mau paham?, mau mengerti ajaranNya? yaa dengan si”badar” lah, yang kalo berperang kata sendirian, yang kalo mengucapkan cuek-bebek yang terpenting makan daging bebek, atau kalau dari naskah jayabaya, apeparap pangeraning prang, tan pokro anggoning nyandhang atau habasyiyan atau apa aja yang nyangkut pada cipta pemikirannya, yang berasa angin topan al baja, yaa diutarakan saja tanpa takut tradisi pengetahuan manusia diseantero dunia.
Karena apa???
karena aku diciptakan melalui kehidupan, bukan melalui kertas. Nah ini disebut proses “mekkah tahap 1”, yang kemudian dilanjutkan menuju panggilan kertasNya[36:20 al madiynati]-> [2:61 mishran] sehingga menolak menggunakan yang namanya “kitab fiqh, kitab tafsir” atau buku sesat produksi manusia-kertas.[7:111,26:38,53 al madaini]-> Laa Hijrata ba’da…-> sehingga aku menjadi manusia setengah kertas, yaitu hati hidup karena al baja 76:1 [cipta kata dari ciptaan-makhlukNya->aturan diatas kehidupan], pemikiran mati karena diatur Alloh [cipta kata dari ciptaan-KertasNya->aturan diatas kertas]
contoh sederhananya begini :
banyak suara dikehidupan yang bernilai baik, namun sepihak…seperti yang keluar dari mulut pastur, pendeta, biksu, maupun ustadz dan kyai”.
kalo ngomong “kebaikan itu datangnya dari pencipta”, anak SD aja juga bisa mengucapkan. Hatta perlu klarifikasi dengan aturanNya yang berada diatas kertasNya. Kemudian kembali diterapkan dikehidupan dijalanNya. Sehingga bisa diketahui bahwa tidak ada satupun perbuatan “pastur, pendeta, biksu, maupun ustadz dan kyai” yang boleh diikuti. Karena apa? Karena mereka telah menjadi bangkai akibat melekat pada kertas masa-lalu.
terkait “hajja tsalatsatin hijajin; hajjatayni qabla an yuHajira wahajjatan…”
suara mereka bagaikan gemuruh suara lebah, tempat kelahiran di Makkah dan tempat hijrahnya di thaabah dan kerajaannya berada di Syam.
mereka memahami “al imsakh” hanya sebagai terjemahan belaka yakni “menahan”. Padahal “mim sin kha” itu bermakna pergantian era, perubahan jaman[36:67]->yang menjelaskan kondisi “jeda pemahaman karena masa berlaku pengetahuannya”. Dan kalau mengenal hal ini,maka akan berhati-hati dengan peredaran pengetahuan yang berlaku dimasa sekarang.
aku saat ini sudah dibekali “ilmu penjaga kehidupan”, yang bisa aku pergunakan sewaktu-waktu. Jadi kalau ada yang hendak “mencelakakanku” hendaknya sadar-diri, karena akan celaka atau mati, sebelum bisa dekat atau menghampiriku. Namun demikian, hal ini bukanlah yang terpenting bagiku, karena aku sungguh tidak suka dengan hal seperti itu, tapi dikasih, masak ditolak. Silahkan dibuktikan saja bagi yang memiliki kemampuan magis dan sejenisnya atau agen rahasia yang memiliki peralatan canggih, juga boleh mencoba. Lha wong waktunya sudah tinggal sedikit lagi, ngapain juga saya ladeni, nanti juga yang bengal kuapok sendiri.[14:49][9k]
Agustus 21, 2012 at 6:20 pm
Saya telah membaca kesemua artikel mahupun komen dari berbagai topik yang diperbincangkan. Jelas bahawa wujudnya Negara Islam yang diiktiraf oleh dunia yang diproklamasi oleh Imam Maridjan Karto Soweiryo dicorong radio di Indonesia pada tanggal 7 Augustus 1949 M dan ianya sah dari segi perundangan dunia dimana berlakunay vacuum of power ketika itu.. Saya tidak menyangkal sama sekali pernyataan itu. Namun tidak semua orang Islam seluruh dunia mampu memahami materi yang ada disebabkan ianya berbunyi ketaksuban yang amat kepada NII. Pada orang Islam yang memahami kehendak Allah bahawa Negara Islam perlu wujud berdasarkan Al Quran dan As Sunnah malah telah pun dipraktkkan oleh para sahabat yang bergelar Khulafah Ar Rasyiddin. Ketaksuban dalam membicara fakta yang wujud berdasarkan kefahaman yang telah dididik pada sekalian lama maka apa juga pendapat mahupun kebenaran memang sukar untuk diterima oleh pihak penganjur. Pada dasar kefahaman yang seadanya terdapat 73 golongan dengan berbeza kefahaman dalam membentuk negara Islam berdasarkan hadis bahawa akan wujudnya 73 golongan yang berjuang mewujudkan negara Islam dan hanya Allah akan memilih satu golongan saja. Maka pihak penganjur dan pihak pengarang tidak seharusnya menolak golongan-golongan tersebut kerana atas kehendak Allah memilih golongan yang diredhainya yang memenangkan segala agama. Maka sebagai memperjuangkan haq bahawa Allah itu hanya satu yang patut disembah seharusnya bersatu dalam perlaksanaan ini kerana mereka juga mempunyai hujah dan pendapat sendiri berdasarkan nas dan hadis. Jalan hanya hak Allah untuk merahmatkannya dan pada diri kita dan juga para jamaah adalah wajar bersatu dan mendasarkan satu kefahaman yang akan menjadi kekuatan kepada para mukmin selagi mereka menentang dasar kapitalis iaitu demokrasi dan apa juga sistem peraturan manusia berdasarkan ruqyu (pemikiran) adalah ditolak sama sekali. Saya menyeru kepada pemimpin dan komandan yang bertanggungjawab agar segera membuka ruang untuk bersama-sama para jamaah dan para pejuang mempertahankan kedaulatan Islam tidak kira dari mana asalnya sekalipun kerana dikhuatiri keenganan untuk bersama akan seperti akhlak iblis yang tidak mahu tunduk kepada mereka yang berbuat untuk Allah. Bersikap bijaksanalah sebagaimana Muhammad SAW dalam memperjuangkan Islam agar kita tidak dilaknati Allah semata-mata mempertahankan hujah dan bukannya mempersatukan umat Islam. Dasar-dasar yang dibawa tidak perlu diubah tapi dengan hanya menerima pejuang pejuang Islam yang ingin menegakkan negara Islam sehingga Hukum Islam seluruhnya berlaku dikalangan umat Islam tidak kira di Indonesia atau di mana saja bumi Allah yang penuh berakah.
Agustus 30, 2012 at 9:07 am
apa untungnya mengikuti hukum yang berlaku di NKRI?
apa untungnya mengikuti hukum yang berlaku di NII?
apa untungnya mengikuti hukum yang berlaku di israel, amerika, dan arab saudi?
apa untungnya mengikuti hukum yang berlaku secara tradisi yang bengkok dikehidupan ini?
jika tidak bernilai SELAMAT dijalanNya yang terikat AjaranNya yang satu, mengapa diikuti?
penjual peyek diperempatan keramat jati,
mo kyai kek, mo pastor kek, mo biksu kek, mo pendeta kek, mo pemimpin bejat kek, mo presiden babi kek, mo raja kera kek, kalo berbicara kebenaran berkedok iblis peradaban, bertopeng setan tradisi dan tidak mengajarkan keselamatan sejati untuk apa mereka semua diikuti….
islam dalam tulisan latin jelas berbeda dengan “sin lam mim”, ibadah tradisi seperti shalat, puasa, dsb adalah perbuatan kitab fiqh dan kitab tafsir, bukan dari lembaran kertas AjaranNya. sebenarnya kalian takutnya sama siapa, apa? pahami 2:208 segala keilmuannya bersumber dari lembar pokok ajaranNya, yang kalian sebut “Al Quran dan Al hadits”…
apa bedanya kalian dengan sumarna, para pastor, pendeta, biksu…MUI, Muhammadiyah, NU, FPI, HTI, JAT, LDI, yang memalsukan AjaranNya yang satu menjadi nama seperti islam latin, katolik, kristen, budha, hindu…
kalian mengerti tidak sih 112:3, kalo tidak turun temurun pengetahuannya, mengapa kalian bisa memanggil dengan “agama islam”, dengan “aqidah islamiyah”…itu namanya menyekutukan ajaranNya yang satu, demi kepentingan pengetahuan manusia semata…
sumarna oleh NKRI dijerat penistaan agama, lho bukannya sama saja, anjing teriak babi!!! dan bisajadi sama saja dengan yang berada didaerah ini…
bukankah paket ajaranNya itu KitabNya dengan perwalianNya yang satu???
kalian ibadah sama siapa sih!!!
Agustus 31, 2012 at 6:20 am
Si manis jembatan anchor
dan gunakanlah emosi sapi yang baik, kedalam wadah perahan pemikiran, yang kelak bermanfaat sebagai susu pengetahuan.
Kancing Teori Pemikiran :
menetralisir penggunaan perkataan “anjing mars”, yang dikembangkan dari nama seorang penyanyi “bruno mars”, yang terkait lagu “i wanna marry you”->”dancing juice” yang juga terkait perkataan bersandi “siliwangi” yaitu “gunung halimun” -> “saturunan dia disambat ku nu dék kawin di Lebak Cawéné”
dan dimulai dengan kata “al kalbi”,”yalHats” 7:176
[1]sweety goes to school
[2]si manis pergi kesekolah
pengetahuan itu seperti anjing, yang jika diperdebatkan secara pemikiran, maka ianya seperti perpanjangan lidah bercincin makhluk dikehidupan. Dan jika dibiarkan berkembang-biak, maka ianya seperti lidah perhiasan makhluk dikehidupan.
contoh pada [1],
polemik “tata bahasa” yang akan memperdebatkan kata “goes to” dengan “go to” atau “school” dengan “a school”, yang perlakuannya serupa “fi’il mudhorik” atau “fi’il madhi” yang digunakan didunia mereka yang berlebihan dalam menimba suatu pengetahuan.
seharusnya diberi tambahan kata “why”, “how”, “who”, “what and where” untuk mencari manfaat dari pernyataan yang tertulis tersebut, jika ingin berada disisi faham ajaranNya. sehingga dapat dimulai dengan pergerakan pemikiran seperti : Mengapa si manis belajar harus disekolah? Bagaimana si manis menempuh pendidikan disekolah? Siapa simanis itu? Apa sekolah itu, dan dimana berlakunya sekolah itu?
inilah yang dimaksud dengan metoda “anjing pemburu”, atau “anjing penjaga kambing”, yang terlatih dalam mencari maksud dan dapat memelihara keselamatan tujuan perkataan, agar ianya bermanfaat bagi manusianya.
si manis seperti panggilan rasa, atau seperti panggilan bernada kesayangan, atau panggilan untuk seseorang yang mencari pengetahuan disekolah, dengan kurikulum pendidikan, dengan rasa berbakti kepada orangtua, dengan tekad menggapai keinginan yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi manusia yang berada disekitarnya.
Lubang kancing Pemahaman :
5:41 terkait 3:19 terkait
[*1] inna ad-diyna ‘inda allahi al islamu
yang diluar sana menterjemahkan dengan :
[$2] Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam
pada [$2] terdapat kejanggalan dalam menterjemahkan, yang tidak sepenuhnya dieksekusi, sehingga dapat menimbulkan polemik pada “tata pemahaman”. Seperti kata “allah”, dan kata “islam”, serta penggunaan kata “agama” yang mereplace “ad-diyna”.
24:11, yang menyebabkan keragu-raguan pada proses pemahaman adalah karena definisi pengetahuan yang sepihak berasas tradisi keturunan.[inna lladzina jauw bil ifki ‘ushbatun minkum]
agama?apa itu agama? Mengapa mereka gunakan untuk mengganti perkataan “ad-diyna”?
ad-diyna? Apa itu ad-diina? Jika anda mengikuti tatanan yang berlaku dijalan ajaranNya maka itulah yang dimaksud dengan “ad-diyna” atau yang berlaku seperti kata “si manis”.
sehingga [*1] dapat diikuti dengan [*2] yaitu seperti simanis yang terikat dengan menjalani proses pencarian jati-diri disuatu sekolah AjaranNya atau Lebak Cawéné yang berkurikulum dasar han deleum dan han juang atau yang tersebutkan oleh definisi mereka dengan nama “al quran” dan “al hadits”. Sehingga memperoleh prinsip yang teguh, yang kokoh akan suatu penciptaan pengetahuan yang sejatinya hanya dimiliki oleh yang satu.[18:39 maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah]
Pakaian Indah AjaranNya :
sekolah dijalanNya, tidaklah memerintahkan untuk mengejar papan-gelar yang akan dilekatkan disaku pakaian, bukan juga untuk suatu kesombongan derajat keilmuan sehingga membangun gedung mewah demi golongannya, demi status sosial kemanusiaan belaka. seharusnya ianya haruslah dapat bermanfaat bagi sesamanya yang bertekad dan bersungguh-sungguh menyerahkan hati dan pikiran kepada kekuatan yang satu.
Realitas Kehidupan :
sumarna dituduh sesat oleh mereka[kaum NKRI] karena meniadakan shalat shubuh dan meniadakan shalat jumat. Padahal sumarna dan mereka[kaum busuk NKRI] sama-sama menggunakan produk “kitab fiqh”, “kitab tafsir”, atau buku keyakinan karangan orang yang belum tentu berada dijalanNya.
apakah memang diperintahkan tradisi shalat 5 waktu oleh lembar kertas ajaranNya? sedangkan lembar kertas ajaranNya tidak dapat berbicara dengan sendirinya???bagaimana mereka semua memutuskan suatu perkara yang mereka tidak sendiri tidak mengetahui pangkal perbuatannya?
ahmadiyah pada peristiwa dicilegon, dibantai tanpa rasa perikemanusian, karena anggapan yang bermuara dari pengetahuan nabi palsu “mirza ghulam ahmad”. Sedangkan disisi lain dikehidupan mereka, ada yang menggunakan nabi kong hucu, namun dibiarkan saja. Ada apa dengan pengetahuan mereka? Bukankah hanya karena kepentingan yang bermuatan kepalsuan dalam menjalani suatu keyakinan semata?
Alloh, Malaikat, Nabi, Rasul itu apa, menurut ajaranNya yang sesungguhnya? Kalau tidak memahami secara pasti, bukankah lebih baik diam saja, tidak usah berpolemik yang mengakibatkan penodaan terhadap lembar kertas ajaranNya, yang suci dari segala bentuk kekerasan diantara manusia.
have you seen the rain?
Dunia HTML4[hard to making a law of long lie life]
yang memiliki properti pendukung seperti CSS [Culas, Serakah, Sadis] yang bergerak dengan program PHP[perikemanusiaan hands of perikebinatangan].
[ken arok ken dedes] Tulisan berjejak karang yang menuai buih bermeja kerusakan [pen a rock, sent the dash]
[DJ LOA] penjara hasrat, koreografi tarian bibir yang bermulut dengan aliran kepemimpinan [desire jail, law of anal-isme]
apakah akan tampak dalam pandangan mata ego pola-tikus, ataukah akan terlihat yang sedang berlenggak lenggok dengan birahi semata kepuasan dahaga kekuasaan [Is it the look in your eyes Or is it this dancing juice]
MUSUH AjaranNya Cuma satu, yaitu PENGKHIANATAN!!!
jangan katakan bersumber dari lembaran kertas ajaranNya, jika kalian menggunakan kitab fiqh, kitab tafsir, atau kitab dari genre seperti sayyid qutb, osama bin ladden, yusuf qardawi, sayyid abu ala maududi, jia ul haqq, hasan al bana, habib busuk dst atau penulis tanpa properti Al haqq al qadri.
Islam itu jalan keindahan kasih sayang sesama manusia dikehidupan dengan nilai keselamatan yang tinggi. Karena al islam itu berarti “al quran dan al hadits”. Bukan untuk ditorehkan disaku pakaian sebagai papan nama golongan, kelompok, atau negara, melainkan harus diletakkan didasar hati yang tunduk dan patuh kepada jalan yang telah ditetapkan dimasa lampau oleh pemilik ajaranNya.
ingatlah, bahwa menjaga itu bukan untuk merampas hak kuasa ajaranNya.
bukankah sudah ditegaskan berulang kali bahwasannya kelak akan datang pengawal AjaranNya, yang akan menjadi saksi dikehidupan, yang mengajarkan Pemahaman tertinggi dijalanNya yang satu.
yang abadi itu adalah pemilik ajaranNya, dan lembar kertas ajaranNya, bukan pada pelakunya. Karena pelakunya sudah pasti akan meninggalkan dunia sesuai waktu yang telah ditentukan dengan kekuatan yang satu.
Keselamatan atas kehendakNya lebih baik dari kebenaran pengetahuan yang dimobilisasi manusia secara turun temurun.
dan cicakpun memutuskan ekornya, sebagai tanda akan ada pergantian kepemimpinan suara, kepada siapa saja yang ingin meraih keselamatan yang sejati dijalanNya, tanpa kesombongan panggilan sebuah nama tanpa manfaat.[9:78]
September 2, 2012 at 11:04 am
Sayangilah sesamamu
jika memerah pemikiran pada sapi yang berontak, niscaya susu pengetahuan tidak akan tertampung pada wadah yang telah ditentukan. Sehingga hanya sedikit manfaat yang akan didapatkan. Karena sapi dengan emosi yang tak terkendali itu, kaki-ismenya tidak tenang dan pandangannya berpijak kesana kemari. Maka gunakanlah cara berpijak yang baik, yang mengikuti ketentuan tempat dengan kondisi waktu pelaksanaan yang berlaku dijalanNya. Terkait [ba qaf ra] terkait yawma uhudin, yawmi badrin.
Untuk itu gunakan saja Lembaran yang pokok yang menjadi pengatur ketentuan dan ketetapan dijalan ajaranNya. sebagai penjaga keseimbangan cahayaNya dalam menggapai pengetahuan yang bergerak dinamis dikehidupan ini. Sehingga dapat memberi batasan keinginan dari ketidakpuasan berselimut ego wawasan, yang bisajadi dapat melupakan hakikat kewajiban dan tanggungjawab yang melekat pada diri manusianya kepada penciptaan yang sejati.
menanggapi semangat yang baik yang terpancar dari saudara [Nashrudin Berkata: Agustus 21, 2012 at 6:20 pm], namun sayangnya beliau tidak menyadari adanya penumpang gelap pada kendaraan pemahamannya, yang memiliki pemikiran berpotensi liar, tak terkendali secara maksud dan tujuan yang seharusnya.
mari kita bahas tentang maksud dari perkataan “penumpang gelap” itu.
[1] kata “diiktiraf” terkait cipta landasan pengabdian yang berujung pada pelaku dan tempat yang dijadikan tonggak dasar kepemimpinan.
[qaf ra fa] : sesuatu pemberdayaan interaksi pengabdian manusia dengan pelaksananya, yang salah satunya terdapat pada 9:24 “aqtaratumuwHa” yaitu titik perbuatannya berdasarkan pijakan yang berlandaskan kekuatan pengetahuan manusia semata dengan kehidupan dunianya.
bagaimana seharusnya? ha mim 42:23 “yaqtarif”, terkait tempat kejadian berlangsungnya perkara penerus tonggak pengabdian pada 3:59,
apakah adam berdomisilidi palestina?di yaman?di turki? di mesir? di arab saudi? Atau di indonesia?
adam yang satu penciptaan, berdomisili dilembaran kertas AjaranNya, yang dibawa turun dari langit berwawasan ajaranNya oleh ‘iysa yang melanjutkan pemahaman tertinggi yang satu.
kemudian kepada siapa diberikan panji keselamatan pengetahuannya tersebut? Terkait jejak kata “adam, nuwh, ibraHim, Muwsa, ‘Iysa, Muhammad” pelaku peristiwa AjaranNya yang terdahulu dan yang terkemudian bersatu karena berpijak dilembaran kertas ajaranNya.
terkait jejak kata “habasyiyyan” : jalinan pengabdian yang prosesnya terbentuk karena perintah yang berjalan dari perkataan AjaranNya.
apa isi perintahnya? Tunggulah waktu yang sudah dijanjikan sesuai aturan yang berlaku dijalan langitNya, yang akan mendatangkan satu saksi dikehidupan dunia sebagai pengawal resmi ajaranNya. itulah yang dimaksud dengan kehendak ajaranNya yang satu kepemilikan kendali atau masyaallah.[18:39]
bagaimana perwujudan pengetahuan yang dibawa oleh saksi tersebut? Maka jawabnya ada pada 55:56,74 “tha mim tsa”, yathmitsuHunna, yang berbeda, yang seperti tidak dikenali keberadaan pemahamannya “al ghuraba” dan i assume you know the rest.
[2] terkait kurma busuk “73 golongan”, “khulafa rasyidin”
jika buah pelaku pengetahuan itu sudah busuk, ya jangan dimakan. Dan Jika makanan berwawasan yang pemahamannya sudah basi, yaa jangan diperjual belikan, karena akan menimbulkan penyakit perpecahan, yaitu perdebatan pemikiran yang tidak membawa manfaat, malah menimbulkan kerusakan dan penodaan dijalan ajaranNya.
sumber pijakan dengan pelaksana yang sesuai garis aturan ajaranNya, yaa itu yang terkandung pada perkataan “khulafa rasyidin”. Sehingga dengan menggenggamnya akan menjaga, memelihara, serta membela perintah ajarannya, dengan ketaatan mengikuti informasi dan pengajaran dari tokoh yang terdapat di lembaran kertas ajaranNya, dengan sesungguh-sungguhnya pengabdian yang nyata.
71,72,73, jika hanya diterjemahkan sebagai bilangan biasa, maka seperti ingin memetik buah yang tak terjangkau dengan tangan. Dan diperlukan galah keilmuan berupa “ilmu 12 angka”, dan “ilmu bacaan huruf” berikut panduan “cicak ibraHim”. Silahkan disusuri jejak dari lembaran kertas ajaranNya terkait “kha lam fa”, “Muhammad bin Ahmad bin Abu Khalaf”,“Ibnu Abu Khalaf”, “al wizghani” yang terkait dengan puluhan ribu jejak kata lainnya.
perlukah dijelaskan sekarang? Bukankah sama saja dengan meladeni “hawa nafsu” liar yang ingin selalu menjelaskan suatu pengetahuan demi kepuasan pendapat manusia belaka? Bukankah akan berbahaya melupakan hakikat kewajiban dan tanggungjawab yang melekat pada pengabdian kepada penciptaan yang sejati? Bukankah berdiri lebih baik daripada duduk berdiam diri saja, menyaksikan penodaan atas nilai luhur ajaranNya?
mereka yang diluar sana juga berkata “atas kehendak alloh”, tatkala lulus dari pendidikan diuniversitas yang mengajarkan hukum buatan manusia, produk hukum belanda, produk hukum amerika atau sejenisnya. Benarkah perbuatannya sesuai “atas kehendak alloh”?
mereka yang diluar sana juga berkata “atas kehendak alloh”, tatkala melangsungkan pernikahan diantara sesamanya dikehidupan dunia. Tidakkah mereka bisa membedakan mana yang berasal dari lembaran kertas ajaranNya, mana yang berasal dari lembaran kehidupan ajaranNya?
Alloh itu artinya yang satu, yang berkuasa, yang menguasai segala perkara yang berjalan diatas lembaran kertas ajaranNya!!! apakah manusia dilahirkan pertama kali didunia diatas lembaran kertas ajaranNya? apakah manusia dilahirkan langsung bisa menguasai bahasa “al kaHfi”?seluruh manusia didunia itu dilahirkan dengan bahasa hati, yang mengenal sesuatunya bukan karena cipta nama, namun karena cipta rasa.
maka sungguh aneh yang terlihat dan terdengar, jika diantara mereka ada yang mengatakan bahwa manusia terlahir dalam panggilan nama “islam”, “katolik”, “kristen”, “hindu”, “budha”, “kong hucu” dst. Yang kemudian dibalutkan pakaian seragam pengabdian, kostum selendang, peci, jubah, dsb yang akan datang dengan patuh jiak dipanggil dengan suara lonceng, beduk, nyanyian dlsb. Apakah mereka semua berbeda cipta kepemilikan? Apakah manusia berhak mengatur pengabdiannya menurut selera tradisi nenek moyangnya?apakah manusia dilahirkan langsung bisa mengenal orang tuanya, kerabatnya? Lantas mengapa manusia seakan dilahirkan karena golongannya, kelompoknya, negaranya?buat apa dibuat pagar perbedaan jika tidak memahami tujuan hidup yang sesungguhnya. Buat apa menjaga dan membela keyakinan, jika tidak menggunakan aturan yang berpijak pada lembaran kertas yang telah ditetapkan oleh pemilik kehidupan.
mereka mengatakan ibadah dengan “shalat, puasa, infaq, shadaqah, haji ke arab saudi”???
kullu bid’atin dhalalatun, setiap bentuk perkara pengabdian harus jelas perintahnya, dari siapa dan dengan apa dilaksanakannya. Apa, siapa yang memerintahkan menjalani ibadah yang tersebutkan dengan “shalat, puasa, infaq, shadaqah, haji ke arab saudi”???? Jangan katakan itu dari lembaran kertas ajaranNya, yang suci dari persangkaan keilmuan manusia.
maka aku tanyakan kepada anda semua yang terjebak dalam kebersamaan terpimpin seperti pada 37:23 “shirata al jahiym”, siapakah yang mendirikan kelompok anda, pijakan apakah yang memperkenankan golongan anda berhak mewakili ajaranNya, apakah landasan pokok yang memberikan lisensi kepatuhan menjalankan hukum negara anda semua?
[ghain ya ba] al ghaybi itu seperti “kita lihat saja nanti”, atau sesuatu cara berpengetahuan yang dikendalikan berdasarkan kehendak waktu. Kalau belum ada pengawal resmi ajaranNya, maka belum ada pemahaman pengetahuannya apalagi bentuk perbuatannya.
terkait [ghain ya ba] al ghibah, yaitu perbuatan yang seperti memancing di air keruh, yang merasa berhak mewakili ajaranNya, namun berjalan bukan diatas kehendak ajaranNya. akibatnya, memperdebatkan pengetahuan terkait ajaranNya dengan menimbulkan kerusakan wawasan yang menyebabkan perbuatannya dapat merampas hak kuasa tunggal ajaranNya.
contohnya, membuat institusi pendidikan yang mengkaji lembaran pokok ajaranNya yang akan mencetak generasi yang lupa pada penciptaan awal ajarannya.
perlukah dilanjutkan? Maka ingatlah kewajiban anda, yang pokok itu tali perwalian yang sesuai dengan cipta ajaranNya.
setiap manusia, bertanggungjawab atas dirinya masing-masing seperti saat datang memasuki kehidupan dunia dan pergi meninggalkan kehidupan dunia. Manfaat itu bagi yang masih segar dikehidupan, bukan untuk yang sudah menjadi bangkai.
percuma saja mereka yang berdoa dikuburan untuk keluarganya, kerabatnya, pemimpinnya, yang telah mendahului mereka, karena kepemilikan diri sudah berada dalam genggamannya.
janganlah menunggu suatu saat dimana bumi diratakan dengan tanah, namun pertimbangkanlah, apa,siapa yang berkuasa atas kepemilikan waktu yang melekat pada kehidupan anda semua. Sudahkah anda instropeksi terhadap langkah anda selama ini? Sudahkah selamat dijalanNya?
sayangilah sesamamu dengan menganjurkan untuk berpijak pada landasan yang telah ditetapkan oleh ajaranNya, yang satu, yang memberi keselamatan disaat segar dan disaat menjadi bangkai. Ingatlah, menjaga dan membela ajaranNya, harus mengikuti norma dan tatanan yang berlaku sesuai kepemilikan ajaranNya.
berhentilah makan sebelum kenyang, agar dapat merasakan adanya kekuatan pemberi rasa cipta nikmat pada makanannya.
salam kedamaian hati dan salam keselamatan.
September 3, 2012 at 8:32 pm
Waktu yang tersisa
kecurigaan yang tak bertepi, prasangka negatif berbalut kebencian, bisajadi lawan-rasa dalam perjalanan tulisan yang panjang selama ini. Santai dan rileks, mungkin diperlukan jika ketegangan asah pemikiran mulai meninggi.
aku bukan mencari pengikut, melainkan mencari teman kesadaran dalam menempuh tugas menyampaikan ajaranNya yang bukan merupakan suatu pilihan namun suatu kewajiban dijalanNya. Karena setiap manusia bertanggung jawab atas dirinya masing-masing, demi bekal keselamatannya kelak saat sudah menjadi bangkai, saat sudah dalam genggaman kekuasaannya.
disedikit waktu yang tersisa ini, aku hanya menjelaskan pokok perkara secara singkat saja, untuk menghindari perdebatan pemikiran tanpa manfaat yang baik.
———————————————————————
tentang 7 dan tujuh
7->tulisan angka menjadi abjad perkataan
tujuh ->tulisan abjad menjadi angka perkataan
tidak bisa hanya didengar suaranya, namun harus dilihat bentuknya
bukan hanya untuk dilihat bentuknya, namun harus dapat dirasakan manfaatnya
pijakan pemikiran dalam proses pengabdian dijalan ajaranNya [sab’atun yuzhilluHum]
– kepemimpinan yang bertranformasi secara konsisten [imamun ‘adlun, imamun ‘adilun, al imamu al ‘adilu]
kepemimpinan itu terikat dengan jalan perintah [dengan apa perintah dijelaskan, dengan siapa perintah kemudian dilaksanakan], sehingga terkait suatu pola yaitu bagaimana seharusnya menjalankan perintah tersebut.
———————————————————————
aku sertakan perkataan seperti [sab’atun yuzhilluHum], [imamun ‘adlun, imamun ‘adilun, al imamu al ‘adilu], agar anda semua bisa merasakan sumber pijakan yang aku gunakan tanpa perlu aku menyebut dengan nama “hadits shahih”, atau apapun itu yang sedang berlaku diluar sana.
pada realitas kehidupan dunia, kata “syari’at islam” begitu kuat mengakar dipergunakan, baik secara tulisan maupun secara lisan. Namun apakah benar kata “syari’at islam” itu tertulis pada lembaran pokok ajaranNya? ataukah hanya merupakan bagian tradisi penyampaian suatu keyakinan belaka?
karena tidak ada satupun kata “syari’at islam” tertulis pada buku pedoman ajaranNya!!!
lantas darimana perkataan “syari’at islam” itu berasal? Siapa yang memberi perintah untuk menyuarakannya?
‘adlun itu seperti tebusan pemahaman dari lembar tulisan ajaranNya.
seperti seseorang yang menebus obat dengan resep disuatu apotik. Obat yang akan diperoleh sudah pasti mengikuti kesesuaian dengan tulisan pada lembaran resepnya.
kata “syari’at islam” itu seperti tulisan pada lembaran resep yang sudah dirubah oleh tradisi kepemimpinan nenek moyang mereka. Sehingga jangan katakan bahwa obat yang ditebus itu sesuai dengan pijakan pokok ajaranNya!!!
kesungguhan untuk meluaskan manfaat yang baik dijalan ajaranNya, dengan cara menjalin cipta kebersamaan sesamanya, yang kemudian berpijak pada kepemimpinan yang satu, itulah yang terkandung dalam makna kata “jiHad fis-sabilillah”.
dikarenakan mereka menggunakan resep pengkhianatan, maka obat yang ditebus malah akan menimbulkan komplikasi pada pengabdian diantara mereka. Penyakit perpecahan, saling menyikut satu sama lainnya, saling merasa benar dijalanNya, selalu ingin dipuji kepemimpinan dan kekuasaannya, itulah dampak dari penggunaan resep pengkhianatan, karena tidak konsisten pada pijakan pokok ajaranNya.
dan mereka merasa berhak menghukum sesama manusia, memenjarakan manusia, menyiksa manusia, membunuh manusia. Ini aturan darimana yang dipakai!!!
manusia hanya diperkenankan memberi peringatan melalui lisannya saja, tidak boleh melakukan hukum potong tangan, hukum gantung, hukum tembak mati, hukum penjara dan sejenisnya. Karena manusia diwajibkan untuk saling berbuat kebaikan, berkasih sayang, saling menjaga perilaku dikehidupan, saling tolong menolong. Bukan saling kuasa menguasai, saling menyikut, saling merugikan dengan membuat aturan kehidupan didunia berdasarkan kekuasaan manusia semata.
yang terpenting pijakan utama pengetahuan yang digunakannya wajib sesuai dengan aturan yang diberlakukan dijalan AjaranNya.
takutlah pada penciptaan yang sejati!!!
tidak bisa mereka yang berada diNKRI yang menggunakan produk hukum manusia, akan mendapat keselamatan dari pemilik kehidupan setelah menjadi bangkai. Walaupun mereka mengatasnamakan dengan suara “jalan alloh”, suara perbuatan “shalat 5 waktu” dsb.
apakah penduduk NII ingin meniru penduduk NKRI yang memberlakukan produk hukum manusia?
tidakkah para pembesar diNII menyadari, jika terjadi kekosongan kepemimpinan dijalan ajaranNya, bukan dimanfaatkan untuk mengambil alih kuasa saksi ajaranNya yang satu[112:4]
bukankah leluhur yang menggunakan sandi “siliwangi” maupun sandi “jayabaya” sudah memberikan teladan yang baik.
karena aku percaya pada [79:44-46] maka aku hanya bisa mengatakan, manfaatkanlah waktu yang sedikit tersisa. Saling membantu, saling menolong sesamanya dengan semangat kedamaian, berbalut ketundukan hati dan kepatuhan akal pikiran. Karena berani dan cerdas, tidak akan mendatangkan manfaat jika tidak menundukan hati dijalanNya, dan menuntun akal yang sehat mengikuti pemahaman ajaranNya.
semoga pemilik kehidupan berkenan dan memperkenankan keinginan yang baik dan dapat memudahkan disisa waktu yang sedikit ini, kesanggupan memancarkan manfaat yang baik dalam keselamatan yang sejati.
September 4, 2012 at 8:00 am
Jamu galian riset
demi kekuatan yang tak berwujud, pemilik seluruh permainan dibalik nama yang berlaku perbuatannya di seluruh kehidupan, berilah kami ketenangan, kenyamanan, kedamaian, dalam mengingat segala nikmat yang telah diberikan, sehingga kami yang hidup dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya pengorbanan dikehidupan dunia yang terjalin diantara makhluk yang terciptakan.
dan dilanjutkan saja dengan sapuan yang lembut, semoga dapat menghilangkan butiran debu pemahaman yang terselisih dalam penterapannya.
galian riset terhadap tradisi yang berlaku secara luas didunia terkait [shad lam wau],
yang diplesetkan mereka dengan perbuatan tradisi bersuara “ibadah shalat lima waktu”.
yang pokok pada pelaksanaannya dengan pengetahuan mereka adalah “shalat harus menghadap ka’bah yang berada di negri bernama arab saudi”.
jika [kaf ain ba] oleh mereka diberi bentuk kebendaan duniawi dengan suara “ka’bah di arab saudi”, maka bagaimana penterapannya terkait dengan jejak perkataan dibawah ini :
———————————————————————-
[pohon pada bukit abu dawud]dari Ibnu Umar bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat dengan menghadap onta.
[pohon pada malik]Ketika mereka pergi, ia berkata; “Wahai anak saudaraku, berbuat baiklah dengan kambingmu, hapuslah ingusnya, dan harumkan baunya serta shalatlah di sampingnya karena hewan itu adalah salah satu hewan syurga
———————————————————————-
logikanya :
jika onta diwujudkan dalam benda yang seperti “ka’bah diarab saudi”, maka setiap orang harus memiliki onta sebagai pelengkap “ibadah shalat 5 waktu”.
dijelaskan dengan dasar pijakan yang dilanjutkan dengan pemahamannya :
apabila sesuatu tersebut adalah unta maka yang tersebut bersuara unta, apabila sapi maka yang tersebut bersuara sapi, dan apabila kambing maka yang tersebut bersuara kambing.
———————————————————————-
2:1,2 alif lam mim, dzalikal kitabu laa rayba fiyHi hudan llil muttaqiyna
———————————————————————-
dan jejak kata terkait kata “ats-tsuwmi” yang terdapat pada Bukit Bukhari 3 Pohon – Bukit Muslim 4 Pohon – Bukit Abudaud 2 Pohon – Bukit Tirmidzi 3 Pohon – Bukit Nasai 1 Pohon – Bukit Ibnumajah 1 Pohon – Bukit Ahmad 8 Pohon – Bukit Malik 1 Pohon
yang redaksinya bersuara sebagai berikut :
[pohon pada bukit tirmidzi] :
[*]‘an ‘aliyya qala laa yashluhu ‘an akli ats-tsuwmi illa mathbuwkhan
[**]‘an ‘aliyya annahu qala nuHiya ‘an akli ats-tsuwmi illa mathbuwkhan
[pohon pada bukit malik] :
[***]qala man akala min hadziHi asy-syajarati fala yaqrub masajidana yuwdzina biriyhi ats-tsuwmi
maksud perkataan pada [***]
jika ingin merasakan sejuknya angin perkataan “ats-tsuwmi”, maka carilah pohon-pohon yang menumbuhkan pemahaman terkait dengan “tsa wau mim”.
terkait 2:189 “al Hillati”, terkait [pohon pada bukit abu dawud] “abuw Hilalin”, “Humaid bnu Hilalin”, … qala akaltu tsuwman faataytu mushalla an-nabiyya shallahu ‘alayhi wasallam waqad subiqtu birak’atin…
sehingga diperoleh maksud perkataan pada [*][**],
seperti “nasi goreng”, yang proses terjadinya dengan memasak menggunakan “bumbu” dipadukan dengan “nasi putih”.
seseorang tidak bisa dikatakan memakan “nasi goreng” jika memakan “bumbunya” dahulu kemudian memakan “nasi putihnya”.
dan masakan pemahamannya tidak bisa dikatakan “nasi goreng” jika yang dimasak hanya “bumbunya saja” atau “nasinya saja”.
dan dapat diterangkan dengan perbandingan :
mereka yang disana menterjemahkan “tsa wau mim” [ats-tsuwmi, tsuwman] dengan bawang merah, bawang putih, buah bawang, bawang.
sehingga mereka kesulitan mendapatkan angin yang sejuk pemahamannya, karena selalu menggunakan metoda prasangka keilmuan secara “tradisi bahasa dunia semata”.
bukankah sudah dijelaskan metoda seleksi dari himpunan pemberitaan untuk mendatangkan pemahaman dijalan ajaranNya[Al Mut’atu fil Hajja terkait Muhammadu bnu Abi Khalafin]?
ataukah karena mereka memahami [mim ta ain] dengan daun mut’ah sebagai kawin kontrak?
Bagaimana pendapatmu, seandainya engkau mempunyai seekor unta, lalu engkau turun ke lembah yang mempunyai dua sisi. Yang satu subur dan yang lain tandus.
jika unta dilembah kertas [ba ain ra], maka suara unta dilembah kehidupan [ra ghain yaa]
contohnya?
jika memahami hanya dari terjemahan baku saja, maka akan kesulitan mengeksekusi pemahaman yang tumbuh dari rangkaian bentuk perkataan yang terkait.
misal terjemahan baku oleh mereka terkait ->
[**]dari Syarik bin Hanbal dari Ali bahwa ia berkata; “Telah dilarang untuk memakan bawang kecuali jika dimasak.”
[*]dari Syarik bin Hanbal dari Ali bahwa ia pernah berkata, “Memakan bawang putih tidaklah baik, kecuali setelah dimasak.”
i assume you know the rest atau simpulkan sendiri saja sisanya…
alif itu satu, jika satu maka tidak ada pilihan lain, jika tidak ada pilihan lain, maka bisa disebut dengan mutlak, keharusan, wajib lam yaw…
“laa rayba fiyhi” itu yaa tidak ada pilihan yang lain, dimana terletak pengetahuannya, disitu tempat awal memicu pemahamannya… sehingga tidak bisa dikatakan mereka yang menggunakan “kitab fiqh”, “buku tafsir maupun buku pengetahuan lainnya”, berasas ““laa rayba fiyhi”.
sehingga tidak mungkin sesuai tata krama ajaranNya,bila yang bergelar “lc, sAg, prof, Dr,” atau “gelar kepemimpinan semisal kyai, ulama” merupakan bagian dari “llil muttaqiyna”, yang sanggup mengeksekusi pemahaman ajaranNya. karena apa?
karena kan ada pemahaman ajaranNya, jika sudah sesuai dengan waktu kedatangan saksi ajaranNya…
dan janganlah terus berselisih, raihlah manfaat yang baik, dari keinginan yang baik pula, yang konsisten dalam berpijak dijalan ajaranNya.
dan cicakpun berdecak 18 ketukan ->
…Jabir berkata, “Di hari kami kehabisan bekal, kami menemukan ikan besar yang terhempas oleh air laut, lalu kami pun memakannya selama delapan belas hari lamanya.”…
…Ia ditanya: “Wahai Abu Abdullah, dimana kurma seseorang jatuh? ia menjawab: Kami menemukan bekasnya ketika kami kehilangan kurma itu, Dan kami akhirnya pergi ke laut, ternyata ada ikan besar yang dimuntahkan laut lalu kami memakannya selama delapanbelas hari semau kami…
apa maknanya?
berani karena ketundukan hati dan cerdas karena kepatuhan akal, atau tidak usah menunggu datangnya pemberitaan lanjutannya lagi, ikuti saja perintah ajaranNya, carilah yang harus dicari, ikatlah dengan ikatanNya, jangan menunda waktu lagi, karena untung berbeda dengan rugi, karena selamat berbeda dengan celaka, karena pengabdi sejati berbeda dengan pengkhianat dijalanNya.
salam kedamaian hati, dan salam keselamatan, kesejahteraan dalam naungan kekuatan yang satu, yang baik, yang memaafkan, yang tidak tertandingi kedudukannya diseluruh kehidupan.