Furqon di Indonesia



Adapun alasan pembatalan Estafeta Kepemimpinan yang dipangku mulai dari Abdul Qohar Muzakkar sampai Tahmid Rahmat Basuki dan Toto Abdus Salam (Syeh Panji Gumilang) adalah disebabkan ketidak konstitusionalannya (diangkat berdasarkan apa?, diangkat oleh siapa?, pada saat diangkat jabatannya apa?) dan tidak memenuhi 4 parameter yang ada, antara lain sebagai berikut : (lebih…)


A. ESTAPETA KEPEMIMPINAN NII YANG KONSTITUSIONAL

  1. Tahun 1975 dalam usahanya membangun dan melanjutkan Estafeta Kepemimpinan NII, AFW tertawan lagi dan dipenjarakan di Sukamiskin sampai tahun 1982
  2. Tahun 1987 AFW yang kapasitasnya sebagai Pengganti Imam menulis buku AT-TIBYAN sebagai upaya menjelaskan fakta sejarah dan perundangan NII
  3. Tanggal 19 Nopember 1991 AFW tertangkap lagi di Desa Tani Mulya Kec. Ngamprah Kab. Bandung dan divonis 8 tahun penjara. Beliau di penjarakan di Sukamiskin sampai tahun 1996
  4. Seminggu sebelum tertawan AFW selaku Imam dan pemimpin KPSI dalam kondisi dikejar musuh mengeluarkan pernyataan lisannya tatkala ditanya oleh salah seorang aparat pusat tentang siapa yang menggantikan Abu kalau Abu tertangkap. Lalu jawabnya “Jika bapak tertawan maka yang menggantikan posisi pimpinan adalah Syahir Mubarok (MYT)
  5. Tiga hari setelah AFW tertangkap, walau dalam keadaan genting dan harus pindah dari satu tempat ke tempat lain di dalam mobil, aparat Pusat berhasil memusyawarahkan wasiat imam atau wasiat AFW tentang estapeta kepemimpinan yang merujuk kepada MYT selaku penggantinya dan Syahir Mubarok/ Soma/ MYT berbai’at sebagai Imam dihadapan para aparat pusat.
  6. Tanggal 19 Ramadhan 1412 H bertepatan 22 Maret 1992 dari dalam penjara AFW mengirim surat kepada Syahir Mubarok yang isinya AFW menunjuk dan mengangkat 12 orang sebagai Badal dirinya dan menunjuk Syahir Mubarok sebagai ketua Tim Leader.
  7. Tanggal 5 Syawal 1412 H bertepatan dengan 9 April 1992 masih dalam penjara, AFW mengirim surat yang kedua kepada Syahir Mubarok yang isinya AFW menyerahkan kepemimpinan kepada Syahir Mubarok (MYT) sebagai pelanjut Estafeta Kepemimpinan. Surat ini menguatkan pernyataan lisan beliau sebelum tertawan.
  8. Kedua surat dari AFW dibalas oleh Syahir Mubarok (MYT) melalui surat yang isinya menolak kedua surat AFW tersebut dengan alasan AFW sudah menyerahkan kepemimpinan kepada MYT maka tanggungjawab sepenuhnya ada dipundak MYT. Alasan kedua bahwa AFW sudah tertawan musuh dan tidak mengetahui kondisi diluar terhadap 12 orang yang ditunjuknya.
  9. Tanggal 14 Rajab 1415 bertepatan tanggal 17 Desember 1994 Muhammad Yusuf Tohiri sebagai pelanjut Estafeta kepimpinan mengeluarkan Maklummat No.1 tentang pengangkatan kepala-kepala mejelis
  10. Tanggal 1 Ramadhan 1415 H bertepatan 1 Februari 1995 beliau mengelurkan Maklummat No.2 Tentang Program Kerja
  11. Tanggal 17 Syawal 1415 H bertepatan 19 Maret 1995 mengeluarkan Maklumat No.3 Tentang susunan aparat pemerintahan NII beserta tugas dan tanggung jawabnya
  12. Tanggal 3 Agustus 1996 AFW keluar dari penjara, lebih cepat 2 tahun dari vonisnya (seharusnya tahun 1998).
  13. MYT selaku Imam dan pemimpin KPSI membentuk tim investigasi untuk menyelidiki keluarnya AFW yang mendapat remisi 2 tahun. Tim investigasi menanyakan kepada AFW dan keluarga. Dari hasil investigasi tersebut bahwa AFW keluar dengan dua jaminan yakni jaminan keluarga dan uang Rp. 1.000.000 dan tidak ada yang lainnya.
  14. Tanggal 25 Agustus 1996 tatkala MYT dan 2 orang Kepala Majelis yakni Kepala Majelis Pendidikan dan Penerangan (Pak Ali Mahfuzh) serta Kepala Majelis Keuangan (Pak Syafi’i alias Pak Kasid) bersilaturrahmi dengan AFW terjadi tindakan diluar dugaaan bahwa AFW mempertanyakan amanat yang telah diserahkan kepada MYT dan meminta dikembalikan kepadanya kembali tentang manat itu. Dengan pertimbangan dari hasil investigasi tidak adanya pelanggaran atau ikrar kesetiaan kepada Pancasila maka MYT melaporkan perjalanan amanat keimaman yang ia pikul sejak tahun 1991 dan menyerhkan kembali keimamannya kepada AFW.
  15. Pada Kesempatan yang sama AFW meminta masukkan siapa-siapa yang masih layak untuk dikukuhkan kembali sebagai aparat Komandemen Tertinggi
  16. Tanggal 15 Jumadil Ula 1417 H bertepatan 28 September 1996 M setelah menerima kembali keimaman dari MYT maka AFW selaku Imam mengeluarkan MKT No.4 Tentang pengangkatan Anggota Komandemen Tertinggi / Dewan Imamah dan AFW menjadi Imam Panglima Tertinggi APNII dan MYT sebagai KSU merangkap wakil Imam. MKT ini dengan berbagai alasan dari AFW baru ditandatangani bulan Desember 1996.
  17. Bulan Desember 1996 Dewan Imamah banyak menerima laporan dari aparat terkait dan juga dari ummat adanya pernyataan AFW dalam majalah ummat tertanggal 9 Desember 1996 bahwa beliau mengatakan:
    1. Terwujudnya baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur itu tidak mesti mengambil nama NII yang penting tiap muslim mempelajari Al Qur’an dengan demikian pasti akan menjalankan syariat islam tidak perlu dengan kekuatan fisik dan senjata Dar-Der-Dor segala macam
    2. Butir-butir pancasila itu berasal dari Al Qur’an dan jelas ada ayat-ayatnya dalam Al Qur’an, tidak setiap orang berpancasila itu muslim tapi setiap muslim pasti berpancasila
  18. Dewan Imamah dipimpin oelh wakil Imam (MYT) membentuk tim investigasi dan melakukan penyelidikan terhadap yang bersangkutan dan juga wartawan yang mewawancarainya dengan kesimpulan AFW membenarkan isi wawancara itu.
  19. Tanggal 9 Ramadhan 1417 H bertepatan dengan 19 Januari 1997 M MYT selaku wakil Imam membentuk tim Mahkamah atau Pengadilan untuk mengadili AFW dan terjadi sidang pengadilan terhadap AFW dengan keputusan bahwa AFW mengeluarkan pernyataan dalam majalah itu dengan sadar, bukan karena taqiyyah atau dalam tekanan musuh, maka Mahkamah mengeluarkan vonis:

(lebih…)


A. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA ISLAM INDONESIA

NKA NII yang mempunyai 3 sistem pemerintahan berdasarkan kondisi Negara yang berbeda, sehingga menjadikannya mampu survive dalam kondisi apapun. 3 sistem ini tidak akan tumpang tindih dikarenakan ketiganya relative mempunyai prasarat-prasarat yang sangat berbeda, sehingga satu system struktur tidak mungkin dipergunakan dalam kondisi prasarat yang sebenarnya lebih cocok untuk system  lainnya. Jika dipaksakan, tentunya system akan menjadi rancu dan tidak efektif. (lebih…)


Sepintas Tentang Thoghut Thaghut berasal dari kata thaaghaa yang artinya melampaui batas. Thoghut menjadi arti lebih spesifik lagi setelah Allah SWT dalam beberapa firmannya memunculkan term kata Thaghut, sehingga kesimpulannya dapat diartikan Thoghut ini adalah suatu sosok yang di bentuk oleh manusia ataupun jin dengan melampaui batas posisi dari sebagai hamba menjadi sejajar atau lebih dari posisi sebagai ilah. Jadi ketika sosok hamba menyatakan dirinya (ataupun dinyatakan oleh hamba lainnya) menjadi sosok ilah (wajib di ibadahi, wajib di taati, wajib di sembah tanpa reserve baik salah satu ataupun ketiganya) sehingga menjadi andad (tandingan) dari Allah sebagai ilah yang sebenarnya, maka sosok hamba tadi telah mendeklarasikan/dideklarasikan sebagai Thoghut. (lebih…)


Re Orientasi Gerakan (Kembali Kepada Uswah Rosulullah SAW)

Gerakan Revolusioner yang paling berhasil sepanjang masa adalah Gerakan Rosulullah SAW. Sebuah perubahan revolusioner yang dimotori Rosulullah Muhammad SAW adalah contoh nyata (kalau tidak dikatakan sunnah) dan diakui oleh sejarawan manapun di dunia.

Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Rosulullah dilakukan di segala bidang; Sosial-Budaya, Hukum, Politik, Ekonomi, dan segala yang berhubungan dengannya. Akan tetapi perubahan yang paling mendominasi gerakan revolusi saat itu adalah perubahan politik, yang ditandai dengan pergantian kekuasaan dan sistemnya, yang sebelumnya dikuasai oleh petinggi mekah dengan pola Kepemimpinan Dzalim, digantikan dengan Pola Kepemimpinan Berkeadilan Mutlak (Keadilan berdasarkan Syariat Allah) yang dicontohkan langsung oleh Rosulullah Muhammad SAW. Karena paska revolusi politik itulah maka kemudian akhirnya diikuti perubahan-perubahan lainnya (Sosial-Budaya, Hukum, Ekonomi dll). (lebih…)


Stigmatisasi NII (Negara Islam Indonesia) dan Bantahannya Selama peperangan NII (Negara Islam Indonesia) dengan RI (Republik Indonesia),

Stigmatisasi terhadap NII oleh RI telah berlangsung sejak awal peperangan. Dari mulai pemberian nama Gerombolan, DI yang disingkat Duruk Imah (Pembakar Rumah), Perampok, dll. membuat perjuangan suci TII menjauh dari dukungan umat islam yang masih taat pada RI. Paska peperangan selesai (1962) stigmatisasi terhadap NII tidaklah serta merta selesai, apalagi gerakan NII kemudian terdeteksi kembali mengkristal sejak 70-an awal. Maka propaganda serta fitnahpun disebar dengan melalui media resmi ataupun melalui antek-anteknya di kalangan bawah yang kontak langsung dengan rakyat. Tidak jarang hal ini membuat beberapa umat NII kembali murtad dan berkhianat, rakyat umum lebih membenci gerakan suci ini, dan beberapa harokah (gerakan islam) mulai melakukan konflik gerakan dan pemikiran dengan NII, meski pada hakekatnya tujuan gerakannya sama. Dan citra burukpun muncul kembali demi memisahkan Mujahidin TII dengan umat ataupun yang berpotensi menjadi sekutu (harokah islam lainnya). Dan hal yang paling buruk terjadi ketika fihak RI berhasil menyusupkan agen-agennya yang berbaju mujahid masuk ke barisan NII dan berusaha melakukan pembentukan citra buruk dan konflik baru yang bukan hanya antara NII dengan fihak luar, juga didalam tubuh NII sendiri. Dan dibawah ini gambaran-gambaran stigmatisasi yang berhasil dilakukan oleh fihak RI beserta bantahan-bantahan yang didasari oleh Qur’an, Hadis Rosulullah, Undang-undang/Hukum yang telah ditetapkan oleh negara (NII). (lebih…)


Istilah Politik Hijrah diambil dari sebuah konsep gerakan politik yang dicanangkan PSII pada tahun 1938 melalui kongres partai (Majelis Tahkim) yang mengamanahkan kepada SM Kartosuwirjo (saat itu menjabat sebagai Sekretaris Umum PSII) agar disusun untuk menjadi konsep ideologi gerakan bagi partai PSII. Intisari dari konsep tersebut adalah : (lebih…)


NKA NII (Negara Karunia Allah Negara Islam Indonesia) secara politis, social, keamanan, adalah penghambat terbesar bagi kekuasaan mereka (Konspirasi Internasional Amerika+Freemasonry+Zionist) sejak berdirinya 7 Agustus 1949 mereka sudah mulai gerah. Maka melalui Amerika mereka menekan Belanda untuk segera memunculkan Negara boneka yang dianggap mampu menjadi perpanjangan tangan dalam memberantas NII sebagai satu-satunya Negara di wilayah ini yang menghendaki penguasaan politik berdasarkan Syariat Allah (yang sangat mereka takutkan). Dan tekanan itu berhasil setelah perundingan Meja Bundar betul-betul sesuai dengan harapan mereka terhadap rencana besar yang tersimpan (penguasaan wilayah Nusantara), salah satu klausul dalam perundingan itu (yang tidak dimunculkan secara umum) adalah syarat pemberian hadiah kemerdekaan Negara boneka Indonesia Serikat yaitu memberantas habis Negara yang mempunyai hak penuh atas wilayah ini NII. Dan itupun dibuktikan oleh Soekarno 1 tahun kemudian dalam musyawarah di Majelis (MPRS) dalam pidatonya secara resmi menyatakan perang terbuka terhadap NII (setelah meyakini bahwa dia (soekarno) didukung penuh oleh kekuatan Amerika dan Belanda). Dan pada akhirnya memenangkan perang (untuk sementara) pada tahun 1958 (Aceh), 1962(Jawa), 1965(Sulawesi). (lebih…)


Struktur Kultur dan Figur

Struktur, kultur dan figur merupakan tiga komponen yang saling integral satu dengan yang lainnya. Dalam ajaran Islam tiga komponen tersebut sangat dibutuhkan dan tidak boleh dipisahkan. Rasulullah SAW sendiri dalam berdakwah di Mekkah, beliau tidak hanya menitik beratkan kepada masalah kulturnya saja tetapi juga membuat struktur bawah tanah yang tidak diketahui oleh musuh-musuhnya di Mekkah. Yang mana tentunya struktur yang dibuat oleh Rasulullah di Darul Arqam sangat jauh berbeda dengan struktur yang dibuat oleh Abu Lahab dan Abu Jahal yang ada di Darun Nadwah. Kalau struktur yang dibuat oleh Rasulullah adalah struktur haq di bawah naungan wahyu, sedang struktur yang dibuat oleh Abu Lahab dan Abu Jahal adalah struktur bathil di bawah naungan “ra’yu”.
(lebih…)


KEHEBATAN DAN KEISTEMEWAAN NABI MUHAMMAD DALAM MEMIMPIN STRATEGI DAKWAH ISLAM KE SELURUH DUNIA

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menegaskan tentang wilayah dakwah Nabi Muhammad Saw:

[ وَماَ أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ – [ الأنبياء: 107

“Dan Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”.

Strategi dakwah Islam Rahmatal Lil ‘Alamin yang dipimpin oleh Rasulullah Saw, dibuktikan oleh catatan sejarah berikut ini (disesuaikan dengan Geografi Negara saat ini):

A.  ASIA TENGGARA

  1. Ali bin Abi Thalib, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (Tanah Sunda), Indonesia, tahun 625 Masehi. Perjalanan dakwahnya dilanjutkan ke dari Indonesia ke kawasan Nusantara, melalui: Timur Leste, Brunai Darussalam, Sulu, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, Kampuchea. (Sumber: H.Zainal Abidin Ahmad, Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya sampai sekarang, Bulan Bintang, 1979; Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.31; S. Q. Fatini, Islam Comes to Malaysia, Singapura: M. S. R.I., 1963, hal. 39)
  2. Ja’far bin Abi Thalib, berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia,sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.33)
  3. Ubay bin Ka’ab, berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.35)
  4. Abdullah bin Mas’ud, berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: G. E. Gerini, Futher India and Indo-Malay Archipelago)
  5. ‘Abdurrahman bin Mu’adz bin Jabal, dan putera-puteranya Mahmud dan Isma’il, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. sekitar tahun 625 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.38)
  6. Akasyah bin Muhsin Al-Usdi, berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan dan sebelum Rasulullah Wafat, ia kembali ke Madinah. sekitar tahun 623 M/ 2 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39; Pangeran Gajahnata, Sejarah Islam Pertama Di Palembang, 1986; R.M. Akib, Islam Pertama di Palembang, 1929;  T. W. Arnold, The Preaching of Islam, 1968)
  7. Salman Al-Farisi, berdakwah Ke Perlak, Aceh Timur dan Kembali Ke Madinah. sekitar tahun 626 M/ 4 H. (Sumber: Habib Bahruddin Azmatkhan, Qishshatud Dakwah Fii Arahbiliyyah (Nusantara), 1929, h.39)

(lebih…)

Laman Berikutnya »