Tanya:

“Apa dasarnya bahwa  Negara Islam Indonesia,  7 Agustus 1949 akhirnya akan memperoleh kemenangan de fakto, sedangkan Nabi Saw menerangkan bahwa ummat Islam akan berpecah-pecah menjadi tujuh puluh tiga golongan?”

Jawab:

1. Alloh telah berjanji akan memberi kekuasaan di bumi kepada orang-orang beriman, pahami ayat berikut ini:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi,  sebagaimana Dia telah menjadikan orang-arang yang sebelum mereka berkuasa,  dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,  dan Dia benar-benar akan merobah( keadaan ) mereka,  sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah(janji) itu,  maka mereka itulah orang-orang fasik.”_(Q.S. An-Nuur:55).

Dari ayat  di atas  itu dipaham bahwa untuk memperoleh  kekuasan (kemenangan de facto/ Futuh) dari Allah akhirnya bakal dicapai. Hanya,  soal kapan waktunya tidak ditentukan,  sebab dalam ayat itu disebutkan “minkum”     (di antara kamu) yakni sebagian dari orang-orang beriman. Dikaitkan dengan  perjuangan NII hal itu mengandung arti bahwa kemenangan (futuh) perjuangan NII tidak mesti dialami oleh yang sedang memperjuangkannya,  melainkan bisa juga oleh generasi penerusnya. Akan tetapi bisa juga kekuasaan itu dialam oleh kita jika Allah mengizinkannya, sebab Allah Maha berkuasa.

2. Masa kejayaan dan kekalahan dipergilirkan oleh Allah. Pahami ayat berikut ini:

“Jika kamu  menderita luka-luka (pada perang Uhud), maka (musuhmupun) menderita luka-luka yang sama sepeti itu. Masa kejayaan itu Kami pergilirkan di antara manusia, karena Allah hendak menunjukkan bukti; siapa yang dapat disebut mukmin, dan siapa pula yang gugur di antaramu yang dapat disebut syuhada. Namun Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali Imran: 140).

Dengan ayat di atas itu diketahui bahwa dibalik kekalahan, maka akan ada kemenangan, artinya tidak selamanya dalam kekalahan. Contoh sejarah, banyak yang terjadi, seperti halnya Daulah Bani Umayah yang ibu kotanya di Damaskus  sudah menjadi kekuatan di dunia, tetapi akhirnya cuma berkuasa sembilan puluh tahun. Padahal bila dilihat dari keperkasaannya sebelum ditumbangkan oleh pemberontakan  Abbasyiyah, tentu orang berpikir mana mungkin ada gerakan yang  bisa melenyapkan imperium bani Umayah. Hal itu baru satu contoh dan banyak lagi contoh-contoh lainnya.

Apalagi bagi Negara Islam Indonesia yang bukan merupakan pemberontak, melainkan negara paroklamasi hasil merebut dari penjajah Belanda, sehingga memiliki landasan hukum di forum Internasional. Pada akhirnya semua bangsa yang menjungjung tinggi hukum akan mengakui NII sebagai negara yang syah yang diberontak oleh RIS (yang merupakan negara boneka imperialis Belanda), yang telah mengganti nama dengan RI.

Apalagi bagi umat Islam Indonesia yang telah menjual diri kepada Allah SWT dengan cara memproklamasikan berdirinya  Negara Islam Indonesia, sebagai baro’ah-nya, jelas tidak berdiam diri, melainkan bergerak  dengan segala daya. Dengan itu yakin  pada akhirnya NII  memperoleh kemenangan de facto.

Perhatikan ayat- ayat di bawah ini yang bunyinya:

“Dan Kami hendak memberi kurnia terhadap mereka yang tertindas di negeri itu: hendak menjadikan mereka menjadi pemimpin, begitu juga sekaligus menjadi pewaris.” (Q.S. Al-Qashas:5).

Adapun mengenai umat Islam pecah  menjadi 73 golongan, kita perhatikan  dua bunyi hadits di bawah ini:

افترقت اليهود والنصارى على ثلاث وسبعين فرقة كلها فى النار إلا واحدة. قالوا من هي يا رسول الله ؟ قال: هم الذين على مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابى.( اخرجه ألترمدي و الطبراني ).”

“Akan berpecah belah Yahudi dan Nashara menjadi 72 golongan dan akan berpecah umatku menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka kecuali satu. Shahabat bertanya: Siapakah mereka ya Rasulullah ? Beliau menjawab: mereka itu adalah orang-orang yang mengikuti aku dan para shahabat lakukan hari ini.

(HR. Tirmidzi dan Thabrani)).

عن عوف بن مالك قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لتفترقن امتى على ثلاث وسبعين فرقة ، واحدة فىالجنة وثنتان وسبعون فىالنار. قيل يارسول الله من هم  ؟ قال: الجماعة. (رواه ابن ماجه

“Dari ‘Auf bin Malik ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu golongan masuk surga dan tujuh puluh dua golongan masuk neraka”. Beliau ditanya: “Ya Rasulullah, siapakah satu golongan itu ?”. Beliau menjawab: “AL-Jama’ah”. (HR Ibnu Majah).

Dari hadits di atas itu diambil tiga kesimpulan :

Pertama, dalam hadits itu disebutkan “yang masuk syurga (selamat) hanya satu, artinya bahwa yang lurus “tetap ada”. Dengan demikian pada akhirnya golongan yang mengikuti jejak Nabi Saw dan para shahabatnya itu akan eksis, yakni akan memperoleh kemenangan.

Kedua, dinyatakan bahwa yang selamat itu ialah jama’ah, dan yang disebut jama’ah itu ialah golongan yang mengikuti jejak Nabi Saw dan para shahabatnya. Untuk menilai golongan manakah yang pada waktu ini bisa disebut sebagai yang mengikuti jejak Nabi Saw dan para shahabatnya, tentu harus mengetahui apa yang dilakukan oleh Nabi Saw beserta para shahabatnya, seperti diantaranya yaitu:

  1. Sudah baro’ah / proklamasi berlepas diri dari struktur pemerintahan yang bertolak-belakang dengan hukum-hukum Allah Swt.
  2. Sudah bantu membantu menyusun kekuatan (Q.S.8:73) militer dalam struktur kepemimpinan tersendiri sehingga jelas, tidak samar dalam menentukan mana kawan dan mana lawan.
  3. Membuat undang-undang pemerintahan (Piagam Madinah) serta mempertahankannya dengan kekuatan senjata, sehingga terjadi “yaqtuluuna wa yuqtaluun” (Q.S.9:111).

Dengan tiga point itu saja, jika jujur maka harus diakui bahwa golongan yang mengikuti jejak Nabi Saw dan para shahabatnya,  untuk di Indonesia ini ialah umat Islam yang mempertahankan Proklamasi Negara Islam Indonesia, 7 Agustus 1949 dengan segala pengorbanannya hingga sampai sa’at ini.