Perkataan semacam itu biasanya muncul dari satu di antara tiga keadaan seseorang:
Pertama, Perkataan terkesan/bernada yang putus asa, yakni tidak mau susah banyak mikir. Padahal susah atau tidak susah, mikir atau tidak mikir, pada Hari Kiamat tiap diri akan didatangkan pimpinannya. Perhatikan Firman Allah yang bunyi-Nya:
“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya;dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya ditangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikitpun”. -(Q.S. Al Israa:71).
Berdasarkan ayat di atas itu, sadar atau tidak bahwa di bumi ada dua kepemimpinan. Yakni, jika diri tidak berada dalam kepemimpinan yang haq, berarti berada dalam kepemimpinan batal. Dengan itu sekalipun bagi yang tidak merasakan dalam suatu kepemimpinan maka kepadanya tetap akan didatangkan saksinya yaitu pemimpin, terlepas dari apakah itu yang bathal atau yang haq. Dalam Al-Qur’an surat 90 ayat 10 dinyatakan yang bunyinya : “وهدينه النجدين” “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan”.Dengan itu jelas bila tidak dalam yang haq, berarti dalam bathal.