Kabar Gembira Bagi Orang-orang yang sabar.

“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (Al Baqoroh[2]:155)

Kita yang mengaku seorang Mukmin yang Muballigh, Mujahid dan Muwahhid serta berada di dalam kehidupan Alam Jihad sudah semestinya paham bahwa dalam berjihad itu menuntut kesabaran yang menyeluruh. Alloh ‘Azza Wa Jalla akan mencukupkan pahala tanpa batas.

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Robbmu”. orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini memperoleh kebaikan. dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya Hanya orang-orang yang Bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Az Zumar[39]:10)

Alloh ‘Azza Wa Jalla juga telah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar dalam berjihad dengan Jannah.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Robb kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”. (Fushshilat[41):30)

Dengan Sabar Kejayaan dapat diperoleh

“Dan kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah kami beri berkah padanya. dan telah sempurnalah perkataan Robbmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. dan kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir’aun dan kaumnya dan apa yang Telah dibangun mereka”. (Al A’raaf[7]:137)

Ayat diatas menceritakan kesabaran Bani Israil. Dengan kesabaran mereka maka Alloh memberi kekuasaan kepada mereka diatas bumi, dan mewariskan kepada mereka negeri yang telah diberkahi-Nya, yakni Negeri Palestina.

Setelah mereka memasuki negeri tersebut sepeninggal Nabi Musa ‘alaihis salam maka mereka memasukinya bersama Nabi Daud ‘alaihis salam dan memasukinya bersama Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Mereka memerintah Palestina dengan dasar tauhid, yakni dengan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”.

Dengan kalimat tauhid ini maka Bani Israil berhak mewarisi negeri Mesir, dan Firaun pantas ditenggelamkan karena menindas dan menzholimi Ahli Tauhid.

Konon, apabila orang Qibthi (penduduk asli Mesir) hendak membawa barang bawaan, maka mereka memilih salah seorang diantara Bani Israil untuk mengangkatnya dan memikulnya, bukan mencari keledai atau kuda. Maka, setelah itu jadilah mereka sebagai bangsa yang mulia.

Namun beberapa masa kemudian, Alloh ‘azza wa jalla merubah keadaan itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman-Nya surat Al A’raaf ayat 137. Dengan sebab kesabaran Bani Israil untuk tetap melangkah diatas jalan Nabi mereka, dan bersabar atas siksaan musuh-musuh mereka dengan harapan besar, Alloh akan menurunkan kemenangan dan membuka jalan bagi mereka. Dan dengan kesabaran mereka untuk melaksanakan perintah Rabb mereka, maka akhirnya Alloh ‘azza wa Jalla memberikan kejayaan kepada mereka.

JIHAD ITU MENUNTUT KESABARAN

Tatkala kita diseru “Berangkatlah berperang!!!”, maka kitapun pergi berperang. Yang demikian ini memerlukan banyak kesabaran:

1) Sabar dalam melupakan kebiasaan kita. Kita harus sabar terhadap makanan lezat yang biasa dimakan, ranjang empuk yang biasa kita tiduri, kendaraan mewah, gedung bertingkat, rumah idaman, pekerjaan yang menjadi rutinitas kita sehari-hari, berpisah dengan keluarga dan kerabat, melihat istri dan bercanda dengan anak dan lain seterusnya. Semuanya itu kita tinggalkan karena perintah Alloh dalam kalimat “Infiruu” (berangkatlah kalian berperang).

2) Sabar dalam menjauhi maksiat: Yang dimaksud maksiat disini adalah mundur setelah mendapatkan karunia, kembali ke belakang setelah mendapatkan nikmat Alloh dan mengganti nikmat Alloh menjadi kemurkaan-Nya apabila kita meninggaklan nikmat Alloh yang telah dianugerahkan kepada kita.

“…dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, Maka Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya”. (Al Baqoroh[2]:211)

3) Sabar dalam mentaati Alloh ‘Azza Wa Jalla, yakni dengan mentaati amir yang boleh jadi tingkat keilmuan atau kecerdasan, atau kekayaan atau status sosialnya dibawah tingkatan kita. Sabar dalam mentaati amir umum atau amir khemah, atau pelatih, semuanya adalah pemimpin. Taat kepada mereka semuanya adalah wajib (fardhu) sebagaimana mentaati Alloh, karena mentaati mereka juga sama dengan mentaati Alloh ‘Azza wa Jalla, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa Sallam dalam hadits ini:

“Barangsiapa taat kepadaku, maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh, barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka sesungguhnya ia telah bermaksiat kepada Alloh. Dan barangsiapa mentaati amirku, maka sesungguhnya dia telah mentaatiku. Dan barangsiapa bermaksiat kepada amirku, maka sesungguhnya dia telah bermaksiat kepadaku”. (HR. Al Bukhari)

4) Sabar menghadapi cuaca dan iklim. Menghadapi hawa dingin, menghadapi kemelaratan, menghadapi segala aturan hidup yang keras bagaikan mata pedang yang tajam. Dirumah kita dahulu, tidur sekehendaknya, bangun semaunya, makan menurut selera kita. Tapi disini nanti di bumi ribath ataupun dalam tadrib asykari kita harus bangun sesuai aturan, tidur dengan aturan dan makan pun dengan aturan. Kita tidak boleh melanggar disiplin ataupun tidak patuh pada peraturan.

5) Sabar terhadap sesuatu yang disukai hati. Sabar terhadap hal ini yakni dengan cara:

– tidak terlalu cenderung kepadanya

– tidak terlalu berambisi dan bernafsu dalam mengumpulkannya, meskipun

tergolong hal yang mubah

– Menjaga dan memelihara hak-hak Alloh yang ada padanya

– Menjauhi yang haram selama mencarinya.

Sabar terhadap sesuatu yang diinginkan hati adalah jauh lebih sulit daripada sabar terhadap apa yang dibenci/ tidak disukai hati. Sahabat Abdrurrahman bin ‘Auf rodhiyallohu ‘anhu pernah mengatakan:

“Kami mampu bersabar tatkala diuji dengan kesempitan/ kesusahan. Namun kami tidak mampu bersabar tatkala diuji dengan kelapangan/ kesenangan”.

6) Sabar terhadap sesuatu yang dibenci. Dalam hal ini terbagi dua yakni Sabar Ikhtiyari dan Sabar Qohri.

a. Sabar Ikhtiyari, yaitu sabar terhadap perintah Alloh dan larangan Alloh. Sabar terhadap perintah Alloh dengan cara menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan Sabar terhadap larangan Alloh dengan cara meninggalkan perbuatan maksiat.

Dalam pelaksanaannya dituntut kesabaran sebelum memulainya, selama mengerjakannya dan setelah mengerjakannya. Sebelum memulainya, niatnya harus murni karena Alloh tujuan semata-mata. Selama mengerjakannya, jangan sampai hati lalai dari dzikrulloh. Setelah mengerjakannya, tidak merusak/menghilangkan pahalanya, tidak ujub dan tidak riya.

b. Sabar Qohri, yaitu sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa yang mesti dihadapi, merupakan ketentuan Alloh yang tidak mungkin bagi manusia untuk menolaknya. Dalam menghadapi musibah, manusia terbagi menjadi beberapa tingkatan:

– Tingkatan Lemah, seperti menangis, mengeluh kepada manusia dan sebagainya. Dan ini hanya mungkin dikerjakan oleh orang-orang yang bodoh serta lemah fikirannya.

– Tingkatan Sabar, artinya menahan hati dan rasa tidak puas terhadap Qadar Alloh dari mengadu/ mengeluh kepada manusia serta menahan anggota badan dari melampiaskan rasa kesedihan secara berlebihan.

– Tingkatan Ridho, maksudnya ridho kepada Qodar Alloh. Ridho ada diatas tingkatan sabar. Jika sabar terhadap musibah adalah wajib maka para ulama berbeda pendapat tentang wajibnya ridho terhadap musibah, apakah ia hal yang wajib atau tidak.

Ridho terhadap musibah tidak sama dengan sabar terhadap musibah. Dan maqam (kedudukan) ihsan yang tertinggi adalam maqam syukur. Maqam ini adalah kita memandang musibah yang menimpa diri kita sebagai nikmat dari Alloh lalu kita bersyukur kepada Alloh ‘Azza wa Jalla atasnya.

Sekedar Seruan…!!!

–          Kepada warga NII/ warga DI yang sudah bergabung kembali dalam pemerintahan NII yang konstitusional, marilah kita selalu meningkatkan ketaqwaan dan kesabaran kita khususnya dalam menjalankan program perjuangan NII yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah NII baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

–          Kepada warga NII/ warga DI disetiap wadah jihadnya masing-masing, marilah kita perkuat ukhuwwah sehingga kedepan kami berharap adanya satu komando dalam melaksanakan agenda jihad kita yang bisa menambah barisan kekuatan Mujahidin Indonesia didalam satu wadah jihad yakni Negara Islam Indonesia. Marilah kita pahami lagi Surat Ali Imron ayat 112

–          Kepada masing-masing pimpinan Jihad yang ada di Indonesia, marilah kita kembali taat kepada Ulil Amri Islam yang sudah ada di Indonesia sejak 1949 hingga sekarang dengan langkah awal memahami kembali konstitusinya, jangan melihat person nya dan rendahkan sifat ananiyah.