A. SYARAT SYAHADAT “LAA ILAAHA ILLALLAH”

Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya.

1) Ilmu, yang menolak kebodohan ( اَلْعِِلْمُ الْمُنَافِى لْلْجَهْلِ), Qs. 47:19/ 3:18/ 43:86

Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan. Dengan Ilmu maka seorang muslim harus menolak kebodohannya. Dengan didasari Ilmu maka akan timbul keyakinan (Al Yaqin)

وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa’at. akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya)”. (Az-Zukhruf [43]: 86)

Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

2) Yakin, yang menolak keraguan (اَلْيَقِيْنُ الْمُنَافِى لِِلشَّّكَِ), Qs. 49:15

Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Dengan Yakin maka seorang muslim harus menolak keraguannya. Dengan didasari keyakinan maka akan timbul kejujuran/ kebenaran (Ash Shidqu)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar”. (Al Hujurot[49]:15)

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.” (HR. Al-Bukhari)
Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga.

3) Jujur, yang menolak kedustaan/ kebohongan (اَصِِّّدْقُ  الْمُُنَافِى لِلْكَذْب ), Qs. 2:8-9/ 33:23-24

Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta.

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ (10) فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَهُمُ اللّهُ مَرَضاً وَلَهُم عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا آَانُوا يَكْذِبُونَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian ,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit , lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.”. (Al Baqoroh[2]:8-10)

Dengan Jujur maka seorang muslim harus menolak kedustaannya/ kebohongannya. Dengan didasari jujur maka akan timbul keikhlasan.

4) Ikhlash, yang menolak Syirik (اَلإِخْلاَصُ الْمُنَافِى لِلشِِّّرْكِ), Qs. 98:5, 18:110

Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah yang Esa”. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Robbnya”. (Al Kahfi[18]:110)

Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dengan Ikhash maka seorang muslim harus menolak syirik. Dengan didasari Ikhlash maka akan timbul penerimaan (Al Qobul).

5) Menerima, yang meniadakan Penolakan (اَلْْقَبُوْلُ الْمُنَافِى لِلرَّدِّ), Qs. 4:65, 37:35-36

Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah:

إِنَّهُمْ آَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ (35) وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِآُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” (Ash-Shafat[37]: 35-36)

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna laa ilaaha illallah.

Dengan Menerima maka seorang muslim harus meniadakan Penolakan. Dengan didasari Menerima maka akan timbul Kecintaan (Al Mahabbah).

6) Cinta, yang menolak Kebencian (اَلْمَحَبَّةُ الْمُنَافِيَىةُ لِلْبُغْضِ وَ الْكَرَاهَةِ), Qs. 2;165

Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ آَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّ هِ
جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Al-Baqarah[2]: 165)

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah.

Dengan Cinta maka seorang muslim harus menolak Kebencian. Dengan didasari Cinta maka akan timbul Tunduk dan Patuh  (Al Inqiyaad).

7) Al Inqiyaad, yang menolak At Tarku (Meninggalkan), Qs. 24:51-56, 31:22

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”. (Luqman[31]: 22)

Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah).

B. SYARAT SYAHADAT “MUHAMMAD ROSULULLOH”


Syarat syahadat “Muhammad Rosululloh” adalah:

1) Membenarkan apa yang dikabarkannya, Qs. 39:33

“dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Az Zumar[39]:33)

2) Mentaati semua perintahnya, Qs. 4:115, 5:7, 24:51

“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (An Nuur[24]:51)

3) Menjauhi apa yang dilarangnya, Qs.59:7

“…apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya”. (Al Hasyr[59]:7)

4) Tidak dikatakan beribadah kepada Alloh kecuali dengan mengikuti syari’atnya, Qs. 4:80

Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan Barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka“. (An Nisa[4]:80)