A. PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA DAN KESINAMBUNGANNYA

7 Agustus 1949
Proklamasi NII dikumandangkan dibumi Indonesia yang didahului oleh suatu uraian singkat mengenai tugas dan kewajiban pejuang umat Islam Indonesia; juga dilengkapi dengan penjelasan yang terdiri 10 Pasal Teks Proklamasi (Insya Alloh dikemudian hari akan dijelaskan). Untuk melihat teks proklamasi NII silakan pilih kategori Proklamasi NII vs Proklamasi RI.

30 Oktober 1949
Susunan Pemerintahan Negara dimasa perang MKT No. I. Lampiran 1 dan 2 Memutuskan Penetapan Bentuk Komandemen dan Penetapan tetang Tentara dan Ketentaraan.

27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan atas RI dari Pemerintah Belanda dalam KMB  (bukan merdeka) dengan ketentuan sebagai berikut:

  1. Membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS/RIS)
  2. Hukum yang berlaku adalah Hukum kolonial Belanda
  3. Hancurkan Negara Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia
  4. Berkewajiban mengganti kerugian dana yang diderita Belanda selama menghadapi peperangan dengan Tentara Islam Indonesia (TII) (menurut suatu khabar jumlahnya kurang lebih 6 juta Gulden)

Renungkan dan Pahami !!! wahai ummat Islam di Indonesia!!! lihatlah isi KMB tersebut sungguh nyata sekali untuk memusuhi Islam dan terbukti sampai hari ini pihak RI masih terikat isi perjanjian KMB tersebut. Afalaa Ta’qilun wahai muslim Indonesia.

23 Januari 1950
Peristiwa APPRA

Tahun 50 awal

RIS mulai bekerja dengan menarik M. Natsir sebagai PM pertama Indonesia. Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh Islam khususnya dan masyarakat umumnya, maka dalam rangka menenangkan suasana juga dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di Parlemen RIS dalam menghadapi NII mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik, diperintahkan Natsir untuk berupaya menundukan Imam SMK, maka diutuslan seorang ulama besar, A Hasan, namun sekembalinya dari berhadapan dengan Imam SMK, justru A Hasan kalah hujjah malah taslim kepada NII yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di perkotaaan dengan menempatkan PERSIS sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan, sebagai akibat pada komitmen pada NII A Hasan tidak berusia lama dari kejadian tersebut beliau wafat ditembak seorang yang tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al-Fatah untuk berhujah menghadapi Imam SMK akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga. Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari gunung mengatakan bahwa dialah yang menang hujjah dan malah mengatakan bahwa dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak berpengaruh banyak.

13 April 50
Peristiwa Andi Azis di Sulawesi.

25 April 50
Negara Indonesia Timur menjadi RMS dibawah Soumokil

17 Agustus 50
RIS kembali kepada Negara Kesatuan namun dengan konstitusinya menggunakan konstitusi RIS.

22 Oktober 50
Pengiriman Nota Rahasia pertama dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.

17 Pebruari 51
Pengiriman Nota Rahasia kedua dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.

B. PENGGABUNGAN LASYKAR-LASYKAR MUSLIM DI LUAR JAWA-BARAT

1. Pimpinan Pimpinan Amir Fatah Wijaya Kusumah dan beberapa Batalyon TNI.

Semasa perjanjian Renville di Jawa Tengah khususnya daerah Tegal-Brebes kesatuan TNI pimpinan Wongso Atmojo membentuk sub wehrkreise III disingkat menjadi SWKS III, sebagai bagian dari struktur komando Tentara Republik. Kedalam kesatuan inilah didatangkan seorang yang bernama Bapak Amir Fatah W untuk menjabat sebagai ketua Koordinator kepala keamanan SWKS III. Disini Bapak Amir Fatah W membawahi 3 kompi:

  1. Kompi Irfan Mustafa
  2. Kompi Dimyati
  3. Kompi Syamsuri

Mereka adalah dari batalyon V Brig. IV Div. III (pasukan bekas Hisbullah) skup Bataliyon daerah Pekalongan yang tidak bersedia di TNI kan. Sementara di Tegal – Brebes telah ada organisasi Masyumi. Bapak Amir Fatah W pun ikut aktif didalamnya dan ternyata dia mampu memegang peranan hingga tingkat desa lengkap dengan program pemerintahannya. Dalam suatu rapat para pemimpin MI memutuskan untuk membentuk kekuasaan daerah yang bernama Darul Islam, memberlakukan Hukum Islam sebagaimana yang terselenggara di Jawa Barat, maka pasukan MI (peleburan Hisbullah dan GPII) dirubah menjadi TII, BKN dan PADI setelah ada kontak dengan Pemerintah Negara Islam Indonesia NII Jawa Barat.

16 Pebruari 49
Kunjungan utusan Pemerintah NII yang bernama Kamran Cakra Buana Panglima Divisi I/Syarif Hidayatullah TII Jawa Barat ke Jawa Tengan untuk bertemu dengan Bapak Amir Fatah W dalam rangka memadukan azzam atau kebulatan tekad dengan kesepakatan:

  1. melanjutkan (mempertahankan) proklamasi 17 Agustus 1945 dengan sistem NII
  2. NII pekalongan dan Banyumas ditugaskan untuk menjalankan organisasi serta alatnya sebagai persiapan NII

Akhir april 49
Proklamasi NII Jawa Tengah yang merupakan bagian dari NII. juga diangkat Bapak Amir Fatah W sebagai panglima NII wilayah Jawa Tengah.

Maka renungkan dan pahamilah wahai muslim di Indonesia, sampai pada saat ini penerus perjuangan NII wilayah tersebut masih ada dan istiqomah.

2.  SULAWESI PIMPINAN KAHAR MUZAKAR

Bulan Oktober 50
Setelah pengakuan kemerdekaan dan pembentukan RI yang bersifat federal (Desember) telah timbul berbagai ketegangan di Sulawesi Selatan. Salah satunya ialah pertentangan yang ditimbulkan oleh para gerilyawan menuntut penggabungan secara menyeluruh dengan tentara Nasional, namun Kolonel Kawilarang sebagai komandan disana hanya menerima sedikit karena pada kebanyakan terkena seleksi dan selebihnya dibubarkan.

Untuk menyelesaikan masalah ini ada seorang teman Bapak Kahar Muzakar yang bernama Bahar Mattaliu mengajukan usulan kepada Presiden di Jakarta lewat surat yang isinya menjelaskan bahwa yang akan dapat menyelesaikan kerusuhan itu hanyalah Bapak Kahar Muzakar karena dialah yang telah membentuk mereka. Usulan tersebut diterima Presiden, maka diutuslah bakak Kahar Muzakar ke Sulawesi. Sampai disana Bapak Kahar Muzakar mengusulkan kepada Kolonel Kawilarang bahwa untuk menanggulangi dan mengendalikan para gerilyawan adalah dengan cara mereka dikoordinir dan dijadikan pasukan berupa satu brigade dibawah pimpinan Bapak Kahar Muzakar secara langsung. Usulan itu ditolak oleh Kolonel Kawilarang, maka Bapak Kahar Muzakar meninggalkan Makasar tanggal 5 Juli 50; kemudian bergabung dengan gerilyawan di hutan untuk berhadapan dengan TNI. Dengan para gerilyawan inilah Bapak Kahar Muzakar leluasa membentuk dan mengarahkan pasukan kepada suatu arahan jelas menurut prinsip yang beliau anut yaitu prinsip-prinsip Islam. Dalam kurun waktu yang singkat terbentuk suatu pasukan yang kuat dan terus berkembang dengan cepat.

Perjuangan di Sulawesipun mendapat tembusan dari Jawa Barat yang mengajak bergabung dalam suatu naungan yang sama yaitu dibawah bendera perjuangan Negara Islam Indonesia.

20 Januari 50
Bapak Kahar Muzakar menulis jawaban kepada Bapak Imam SMK yang menyatakan bahwa Bapak Kahar Muzakar menerima pengangkatan sebagai Panglima TII untuk Sulawesi dan pelantikan para gerilyawan menjadi TII pada tanggal 7 Agustus 53 juga sebagai ulang tahun proklamasi NII dan dinyatakan bahwa Sulawesi merupakan bagian dari NII. Peristiwa ini terjadi didaerah sekitar Maklus (sulsel) dari sini lahirlah “piagam Maklus”.

BEBERAPA PIAGAM MAKLUS YANG TERKUMPUL

  • Pasal 12 : Partai PNI, Murba dan PKI adalah munafik dan tidak bertuhan dan karena itu harus dihancurkan.
  • Pasal 13 : Partai-partai Islam seperti Masyumi, NU dan PSII dinilai kontra revolusioner dan harus ditiadakan.
  • Pasal 16 : Semua orang feodal yang gemar memakai gelar dan perkataan seperti Opu, Karaeng, Andi, Daeng, Haji, Gede, Bagus, Sayyid, Teuku atau Raden harus ditawan

3.  SUMATRA (ACEH) PIMPINAN TEUKU DAUD BEUREUH

Tahun 1946
Sejak semula di Aceh ada kekuatan yang merupakan dwi-tunggal, yaitu antara para ulama yang memegang dan memerankan Hukum Islam dan Ulee Balang (Hulu Balang) sebagai pemegang Hukum Adat. Ada seorang Sultan yang mampu memadukan dua kekuatan ini menjadi satu. Namun sejak tanggal 10 Januari 1903 Sultan tertawan, maka Dwi-tunggalpun terpecah dengan ditariknya Ulee Balang pada pemerintahan sipil Kolonial. Senantiasa terjadi pertikaian antar ulama dan Ulee Balang hingga tahun 1939. Para Ulama bersatu dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan diakhiri tahun 1945; singkatan tersebut menjadi singkatan slogan “Pembasmian Uleebalang-Uleebalang Seluruh Aceh”, maka pada awal tahun 1946 terjadi pembantaian sebahagian besar Uleebalang, keluarganya dibunuh dan sisanya ditawan PUSA dipimpin oleh 4 Ulama dan sebagai Ketuanya ialah Teuku Muhammad Daud Beureuh. Organisasi perjuangan PUSA seperti halnya perujangan yang terdapat di pulaupulau lainnya, yaitu perang sabil melawan Belanda.

Tanggal 19 September 53
Diawali dengan proklamasi Aceh dan daerah-daerah sekitarnya menjadi bagian dari NII diserukanlah komando dimulainya pergerakan seluruh Aceh. Kemenangan-kemenangan diraih selain persiapannya yang juga mapan juga adanya dukungan dari masyarakat pada umumnya. Juga hubungan Diplomatik dengan luar negeri dengan negara-negara Islam maupun dengan fihak PBB sendiri terjalin baik. Yang menjadi konsultannya adalah Hasan Muhammad Tiro yang berdomisili di Amerika.

Tahun 53
Pemilu RI yang pertama, Masyumi menang mutlak, maka di Pemerintahan Pusat semakin gencar pengajuan penyelesaian masalah di Aceh dengan cara perundingan.

Antara 55 – 56
Kebusukan tentara Republik:

  1. Perlakuan tak senonoh (asusila) prajurit TNI Minangkabau yang masuk ke sebuah desa dekat Banda Aceh dan mengumpulkan seluruh wanitanya. Kemudian para prajurit itu semua memperlihatkan kemaluannya kepada para wanita tadi juga beberapa tawanan dari Aceh (prajurit NII) dipaksa untuk sama-sama memperlihatkan kemaluannya. Para prajurit RI mengatakan kepada para wanita bahwa dia dengan orang Aceh tidak ada perbedaan, yaitu telah sama-sama disunat, karena itu agar tidak dicap kafir.
  2. Perampokan dan pembakaran rumah-rumah penduduk yang dicurigai pro Panglima Daud
  3. Di desa Cot Jeumpa dan Pulot Leupang pasukan Republik mengumpulkan semua penduduk tak terkecuali anak-anak, perempuan dan orang tua renta yang kemudian tanpa ragu dan belas kasihan mereka dibantai semuanya.

4.  KALIMANTAN PIMPINAN IBNU HAJAR

Bermula dari kehadiran kelompok-kelompok kecil orang-orang asal Kalimantan yang ada di Pulau Jawa juga kelompok-kelompok kecil di Kalimantan itu sendiri yang bergerilya melawan Belanda yang perjuangannya jelas sempalan dan tak terkoordinir, maka Pemerintah RI membentuk ALRI Div. IV untuk mempersatukan gerilyawan tadi dalam mempertahankan Republik di Kalimantan serta hendak menjadikan Kalimantan sebagai wilayah republik ALRI Div. IV dipimpin oleh Hasan Basri dan wakilnya Gusti Aman.

Tahun 1947
Pelantikan ALRI Div. IV resmi menjadi bagian dari jajaran militer Pemerintah RI setelah terjadinya Perjanjian Linggar Jati, maka hal ini sebenarnya untuk pengendalian ALRI Div. IV yang senantiasa mengadakan aksi yang merepotkan Belanda hingga kewalahan. Sementara Pemerintah buatan Belanda yang bernama daerah Otonomi Kalimantang Tenggaradan Banjar tak dapat berkutik juga menghadapi massa yang dikendalikan oleh ALRI Div. IV. Padahal kalau melihat Perjanjian linggar Jati ALRI Div. IV harus tunduk kepada penjajah Belanda karena Kalimantan merupakan De Facto Belanda, hal ini berlarut hingga 2 tahun lamanya.

25 November 1949
ALRI Div. IV dirubah namanya menjadi Divisi Lembu Mangkurat yang mulai berada dibawah yuridisi Dewan Banjar dengan banyaknya campur tangan Pemerintah Pusat RI yangdidominasi oleh orang-orang Jawa hingga banyak sekali penjahat-penjahat dari Jawa mengambil alih peranan orang-orang Kalimantan sendiri. Kenyataan seperti ini membawa dampak cukup tajam ditengah-tengah ketidak setujuan pengintegrasian ALRI Div. IV pada TNI, juga meningkat antipati kesukuan karena keserakahan pejabat-pejabat Jawa dan orangorang Kalimantan sendiri sangat dilecehkan padahal mereka adalah bekas gerilyawan sejati. Melihat kenyataan ini Pemerintah Pusat RI semakin khawatir, maka ALRI Div. IV semakin dirobek-robekkesatuan orang-orangnya dilumatkan sama sekali dari arena yang ada dengan alasan arena yang ada dengan alasan penyebaran atau menempati bagian lain di Indonesia dengan ditariknya 40 s.d 50 orang para perwira bekas ALRI Div. IV untuk menempati krusus-kursus khusus Akademi Nasional di Yogyakarta. Padahal di Yogya sendiri sebetulnya telah ditutup setahun silam pendidikan ini. Maka sebagian besar masuk ke Surabaya dan ikut pendidikan disana namun ternyata cuma satu orang yang menyelesaikan pendidikannya, selebihnya kembali ke Kalimantan sebagian lagi bergabung dengan Divisi Lembung Mangkurat dan sebagian lagi bergabung kembali dengan para gerilyawan dihutan untuk melawan tentara Republik sendiri.

Dihutan itulah para gerilyawan membentuk KRIyT (Kesatuan Rakyat Indonesia Yang tertindas) yang memang penduduk desa-desa disana mendapat perlakuan yang menindas dari Pemerintah Republik dan yang terutama tujuannya adalah untuk membela keutuhan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pemerintah Kolonial. KRIyT dirintis dan dipimpin oleh Bapak Ibnu Hajar (bekas Letnan Dua ALRI Div IV), dimana ALRI Div. IV sejak semula terkenal dengan kepribadiannya yang baik dengan
kekonsekwenannya terhadap ajaran Islam yang begitu tinggi hingga pengaruhnya melahirkan kekuatan massa yang besar di Kalimantan.
Maka dengan berdirinya KRIyT warna Islam semakin nampak sebagai yang melandasi perjuangannya. Sering terjadi berbagi pertempuran melawan pasukan-pasukan TNI pimpinan Hasan Basri sebagai kepercayaan Pemerintah RI untuk mengadakan penumpasan KRIyT, padahal Hasan Basri dulunya pimpinan ALRI Div. IV. Namun berbagai harapan dan impian jabatan dan kekayaan yang membawa dia menjual akherat untuk dunia. Upaya-upaya Hasan Basri tidak begitu banyak membawa hasil, maka diganti oleh Sitompul seorang Batak untuk memimpim penyerangan terhadap pemberontak KRIyT. Sementara Hasan Basri sendiri ditarik ke Jakarta kemudian oleh Pemerintah RI diberikan bea siswa untuk sekolah ke Mesir memperdalam ilmu agama Islam dan kemiliteran selama 4 tahun (1951 – 1955).

Pebruari 54
Konsolidasi erat terjalin antara Pemerintah NII dengan Pimpinan KRIyT dengan hadirnya seorang utusan utama dari Pemerintah NII yang bernama Sanusi Partawijaya, dalam perbincangannya membicarakan upaya-upaya tentang penggabungan Kalimantan kedalam wilayah De Facto Negara Islam dan membentuk komando Teritorial VI TII.

Akhir 54
Proklamasi NII Kalimantan dan pelantikan Ibnu Hajar sebagai Panglima Komando Teritorial VI TII. Mulai saat inilah nama KRIyT menjadi APTI (Angkatan Perang Tentara Islam) yang markas besarnya di Hulu Sungai, maka muncullah para pejuang Kalimantan ini dengan identitas kemusliman dan kemujahidannya, terlebih dengan telah ditetapkannya beberapa kebijaksanaannya yang menghapus ciri-ciri sekuler pada sistem dan operasionalnya baik dibidang sipil ataupun dibidang militer.

Awal September 65
Ibnu Hajar tertangkap kemudian disidangkan pada pengadilan militer dengan vonis dihukum mati.