A. PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA DAN KESINAMBUNGANNYA
7 Agustus 1949
Proklamasi NII dikumandangkan dibumi Indonesia yang didahului oleh suatu uraian singkat mengenai tugas dan kewajiban pejuang umat Islam Indonesia; juga dilengkapi dengan penjelasan yang terdiri 10 Pasal Teks Proklamasi (Insya Alloh dikemudian hari akan dijelaskan). Untuk melihat teks proklamasi NII silakan pilih kategori Proklamasi NII vs Proklamasi RI.
30 Oktober 1949
Susunan Pemerintahan Negara dimasa perang MKT No. I. Lampiran 1 dan 2 Memutuskan Penetapan Bentuk Komandemen dan Penetapan tetang Tentara dan Ketentaraan.
27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan atas RI dari Pemerintah Belanda dalam KMB (bukan merdeka) dengan ketentuan sebagai berikut:
- Membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS/RIS)
- Hukum yang berlaku adalah Hukum kolonial Belanda
- Hancurkan Negara Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia
- Berkewajiban mengganti kerugian dana yang diderita Belanda selama menghadapi peperangan dengan Tentara Islam Indonesia (TII) (menurut suatu khabar jumlahnya kurang lebih 6 juta Gulden)
Renungkan dan Pahami !!! wahai ummat Islam di Indonesia!!! lihatlah isi KMB tersebut sungguh nyata sekali untuk memusuhi Islam dan terbukti sampai hari ini pihak RI masih terikat isi perjanjian KMB tersebut. Afalaa Ta’qilun wahai muslim Indonesia.
23 Januari 1950
Peristiwa APPRA
Tahun 50 awal
RIS mulai bekerja dengan menarik M. Natsir sebagai PM pertama Indonesia. Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh Islam khususnya dan masyarakat umumnya, maka dalam rangka menenangkan suasana juga dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di Parlemen RIS dalam menghadapi NII mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik, diperintahkan Natsir untuk berupaya menundukan Imam SMK, maka diutuslan seorang ulama besar, A Hasan, namun sekembalinya dari berhadapan dengan Imam SMK, justru A Hasan kalah hujjah malah taslim kepada NII yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di perkotaaan dengan menempatkan PERSIS sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan, sebagai akibat pada komitmen pada NII A Hasan tidak berusia lama dari kejadian tersebut beliau wafat ditembak seorang yang tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al-Fatah untuk berhujah menghadapi Imam SMK akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga. Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari gunung mengatakan bahwa dialah yang menang hujjah dan malah mengatakan bahwa dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak berpengaruh banyak.
13 April 50
Peristiwa Andi Azis di Sulawesi.
25 April 50
Negara Indonesia Timur menjadi RMS dibawah Soumokil
17 Agustus 50
RIS kembali kepada Negara Kesatuan namun dengan konstitusinya menggunakan konstitusi RIS.
22 Oktober 50
Pengiriman Nota Rahasia pertama dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.
17 Pebruari 51
Pengiriman Nota Rahasia kedua dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.
B. PENGGABUNGAN LASYKAR-LASYKAR MUSLIM DI LUAR JAWA-BARAT
1. Pimpinan Pimpinan Amir Fatah Wijaya Kusumah dan beberapa Batalyon TNI.
Semasa perjanjian Renville di Jawa Tengah khususnya daerah Tegal-Brebes kesatuan TNI pimpinan Wongso Atmojo membentuk sub wehrkreise III disingkat menjadi SWKS III, sebagai bagian dari struktur komando Tentara Republik. Kedalam kesatuan inilah didatangkan seorang yang bernama Bapak Amir Fatah W untuk menjabat sebagai ketua Koordinator kepala keamanan SWKS III. Disini Bapak Amir Fatah W membawahi 3 kompi:
- Kompi Irfan Mustafa
- Kompi Dimyati
- Kompi Syamsuri
Mereka adalah dari batalyon V Brig. IV Div. III (pasukan bekas Hisbullah) skup Bataliyon daerah Pekalongan yang tidak bersedia di TNI kan. Sementara di Tegal – Brebes telah ada organisasi Masyumi. Bapak Amir Fatah W pun ikut aktif didalamnya dan ternyata dia mampu memegang peranan hingga tingkat desa lengkap dengan program pemerintahannya. Dalam suatu rapat para pemimpin MI memutuskan untuk membentuk kekuasaan daerah yang bernama Darul Islam, memberlakukan Hukum Islam sebagaimana yang terselenggara di Jawa Barat, maka pasukan MI (peleburan Hisbullah dan GPII) dirubah menjadi TII, BKN dan PADI setelah ada kontak dengan Pemerintah Negara Islam Indonesia NII Jawa Barat.
16 Pebruari 49
Kunjungan utusan Pemerintah NII yang bernama Kamran Cakra Buana Panglima Divisi I/Syarif Hidayatullah TII Jawa Barat ke Jawa Tengan untuk bertemu dengan Bapak Amir Fatah W dalam rangka memadukan azzam atau kebulatan tekad dengan kesepakatan:
- melanjutkan (mempertahankan) proklamasi 17 Agustus 1945 dengan sistem NII
- NII pekalongan dan Banyumas ditugaskan untuk menjalankan organisasi serta alatnya sebagai persiapan NII
Akhir april 49
Proklamasi NII Jawa Tengah yang merupakan bagian dari NII. juga diangkat Bapak Amir Fatah W sebagai panglima NII wilayah Jawa Tengah.
Maka renungkan dan pahamilah wahai muslim di Indonesia, sampai pada saat ini penerus perjuangan NII wilayah tersebut masih ada dan istiqomah.
2. SULAWESI PIMPINAN KAHAR MUZAKAR
Bulan Oktober 50
Setelah pengakuan kemerdekaan dan pembentukan RI yang bersifat federal (Desember) telah timbul berbagai ketegangan di Sulawesi Selatan. Salah satunya ialah pertentangan yang ditimbulkan oleh para gerilyawan menuntut penggabungan secara menyeluruh dengan tentara Nasional, namun Kolonel Kawilarang sebagai komandan disana hanya menerima sedikit karena pada kebanyakan terkena seleksi dan selebihnya dibubarkan.
Untuk menyelesaikan masalah ini ada seorang teman Bapak Kahar Muzakar yang bernama Bahar Mattaliu mengajukan usulan kepada Presiden di Jakarta lewat surat yang isinya menjelaskan bahwa yang akan dapat menyelesaikan kerusuhan itu hanyalah Bapak Kahar Muzakar karena dialah yang telah membentuk mereka. Usulan tersebut diterima Presiden, maka diutuslah bakak Kahar Muzakar ke Sulawesi. Sampai disana Bapak Kahar Muzakar mengusulkan kepada Kolonel Kawilarang bahwa untuk menanggulangi dan mengendalikan para gerilyawan adalah dengan cara mereka dikoordinir dan dijadikan pasukan berupa satu brigade dibawah pimpinan Bapak Kahar Muzakar secara langsung. Usulan itu ditolak oleh Kolonel Kawilarang, maka Bapak Kahar Muzakar meninggalkan Makasar tanggal 5 Juli 50; kemudian bergabung dengan gerilyawan di hutan untuk berhadapan dengan TNI. Dengan para gerilyawan inilah Bapak Kahar Muzakar leluasa membentuk dan mengarahkan pasukan kepada suatu arahan jelas menurut prinsip yang beliau anut yaitu prinsip-prinsip Islam. Dalam kurun waktu yang singkat terbentuk suatu pasukan yang kuat dan terus berkembang dengan cepat.
Perjuangan di Sulawesipun mendapat tembusan dari Jawa Barat yang mengajak bergabung dalam suatu naungan yang sama yaitu dibawah bendera perjuangan Negara Islam Indonesia.
20 Januari 50
Bapak Kahar Muzakar menulis jawaban kepada Bapak Imam SMK yang menyatakan bahwa Bapak Kahar Muzakar menerima pengangkatan sebagai Panglima TII untuk Sulawesi dan pelantikan para gerilyawan menjadi TII pada tanggal 7 Agustus 53 juga sebagai ulang tahun proklamasi NII dan dinyatakan bahwa Sulawesi merupakan bagian dari NII. Peristiwa ini terjadi didaerah sekitar Maklus (sulsel) dari sini lahirlah “piagam Maklus”.
BEBERAPA PIAGAM MAKLUS YANG TERKUMPUL
- Pasal 12 : Partai PNI, Murba dan PKI adalah munafik dan tidak bertuhan dan karena itu harus dihancurkan.
- Pasal 13 : Partai-partai Islam seperti Masyumi, NU dan PSII dinilai kontra revolusioner dan harus ditiadakan.
- Pasal 16 : Semua orang feodal yang gemar memakai gelar dan perkataan seperti Opu, Karaeng, Andi, Daeng, Haji, Gede, Bagus, Sayyid, Teuku atau Raden harus ditawan
3. SUMATRA (ACEH) PIMPINAN TEUKU DAUD BEUREUH
Tahun 1946
Sejak semula di Aceh ada kekuatan yang merupakan dwi-tunggal, yaitu antara para ulama yang memegang dan memerankan Hukum Islam dan Ulee Balang (Hulu Balang) sebagai pemegang Hukum Adat. Ada seorang Sultan yang mampu memadukan dua kekuatan ini menjadi satu. Namun sejak tanggal 10 Januari 1903 Sultan tertawan, maka Dwi-tunggalpun terpecah dengan ditariknya Ulee Balang pada pemerintahan sipil Kolonial. Senantiasa terjadi pertikaian antar ulama dan Ulee Balang hingga tahun 1939. Para Ulama bersatu dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan diakhiri tahun 1945; singkatan tersebut menjadi singkatan slogan “Pembasmian Uleebalang-Uleebalang Seluruh Aceh”, maka pada awal tahun 1946 terjadi pembantaian sebahagian besar Uleebalang, keluarganya dibunuh dan sisanya ditawan PUSA dipimpin oleh 4 Ulama dan sebagai Ketuanya ialah Teuku Muhammad Daud Beureuh. Organisasi perjuangan PUSA seperti halnya perujangan yang terdapat di pulaupulau lainnya, yaitu perang sabil melawan Belanda.
Tanggal 19 September 53
Diawali dengan proklamasi Aceh dan daerah-daerah sekitarnya menjadi bagian dari NII diserukanlah komando dimulainya pergerakan seluruh Aceh. Kemenangan-kemenangan diraih selain persiapannya yang juga mapan juga adanya dukungan dari masyarakat pada umumnya. Juga hubungan Diplomatik dengan luar negeri dengan negara-negara Islam maupun dengan fihak PBB sendiri terjalin baik. Yang menjadi konsultannya adalah Hasan Muhammad Tiro yang berdomisili di Amerika.
Tahun 53
Pemilu RI yang pertama, Masyumi menang mutlak, maka di Pemerintahan Pusat semakin gencar pengajuan penyelesaian masalah di Aceh dengan cara perundingan.
Antara 55 – 56
Kebusukan tentara Republik:
- Perlakuan tak senonoh (asusila) prajurit TNI Minangkabau yang masuk ke sebuah desa dekat Banda Aceh dan mengumpulkan seluruh wanitanya. Kemudian para prajurit itu semua memperlihatkan kemaluannya kepada para wanita tadi juga beberapa tawanan dari Aceh (prajurit NII) dipaksa untuk sama-sama memperlihatkan kemaluannya. Para prajurit RI mengatakan kepada para wanita bahwa dia dengan orang Aceh tidak ada perbedaan, yaitu telah sama-sama disunat, karena itu agar tidak dicap kafir.
- Perampokan dan pembakaran rumah-rumah penduduk yang dicurigai pro Panglima Daud
- Di desa Cot Jeumpa dan Pulot Leupang pasukan Republik mengumpulkan semua penduduk tak terkecuali anak-anak, perempuan dan orang tua renta yang kemudian tanpa ragu dan belas kasihan mereka dibantai semuanya.
4. KALIMANTAN PIMPINAN IBNU HAJAR
Bermula dari kehadiran kelompok-kelompok kecil orang-orang asal Kalimantan yang ada di Pulau Jawa juga kelompok-kelompok kecil di Kalimantan itu sendiri yang bergerilya melawan Belanda yang perjuangannya jelas sempalan dan tak terkoordinir, maka Pemerintah RI membentuk ALRI Div. IV untuk mempersatukan gerilyawan tadi dalam mempertahankan Republik di Kalimantan serta hendak menjadikan Kalimantan sebagai wilayah republik ALRI Div. IV dipimpin oleh Hasan Basri dan wakilnya Gusti Aman.
Tahun 1947
Pelantikan ALRI Div. IV resmi menjadi bagian dari jajaran militer Pemerintah RI setelah terjadinya Perjanjian Linggar Jati, maka hal ini sebenarnya untuk pengendalian ALRI Div. IV yang senantiasa mengadakan aksi yang merepotkan Belanda hingga kewalahan. Sementara Pemerintah buatan Belanda yang bernama daerah Otonomi Kalimantang Tenggaradan Banjar tak dapat berkutik juga menghadapi massa yang dikendalikan oleh ALRI Div. IV. Padahal kalau melihat Perjanjian linggar Jati ALRI Div. IV harus tunduk kepada penjajah Belanda karena Kalimantan merupakan De Facto Belanda, hal ini berlarut hingga 2 tahun lamanya.
25 November 1949
ALRI Div. IV dirubah namanya menjadi Divisi Lembu Mangkurat yang mulai berada dibawah yuridisi Dewan Banjar dengan banyaknya campur tangan Pemerintah Pusat RI yangdidominasi oleh orang-orang Jawa hingga banyak sekali penjahat-penjahat dari Jawa mengambil alih peranan orang-orang Kalimantan sendiri. Kenyataan seperti ini membawa dampak cukup tajam ditengah-tengah ketidak setujuan pengintegrasian ALRI Div. IV pada TNI, juga meningkat antipati kesukuan karena keserakahan pejabat-pejabat Jawa dan orangorang Kalimantan sendiri sangat dilecehkan padahal mereka adalah bekas gerilyawan sejati. Melihat kenyataan ini Pemerintah Pusat RI semakin khawatir, maka ALRI Div. IV semakin dirobek-robekkesatuan orang-orangnya dilumatkan sama sekali dari arena yang ada dengan alasan arena yang ada dengan alasan penyebaran atau menempati bagian lain di Indonesia dengan ditariknya 40 s.d 50 orang para perwira bekas ALRI Div. IV untuk menempati krusus-kursus khusus Akademi Nasional di Yogyakarta. Padahal di Yogya sendiri sebetulnya telah ditutup setahun silam pendidikan ini. Maka sebagian besar masuk ke Surabaya dan ikut pendidikan disana namun ternyata cuma satu orang yang menyelesaikan pendidikannya, selebihnya kembali ke Kalimantan sebagian lagi bergabung dengan Divisi Lembung Mangkurat dan sebagian lagi bergabung kembali dengan para gerilyawan dihutan untuk melawan tentara Republik sendiri.
Dihutan itulah para gerilyawan membentuk KRIyT (Kesatuan Rakyat Indonesia Yang tertindas) yang memang penduduk desa-desa disana mendapat perlakuan yang menindas dari Pemerintah Republik dan yang terutama tujuannya adalah untuk membela keutuhan Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pemerintah Kolonial. KRIyT dirintis dan dipimpin oleh Bapak Ibnu Hajar (bekas Letnan Dua ALRI Div IV), dimana ALRI Div. IV sejak semula terkenal dengan kepribadiannya yang baik dengan
kekonsekwenannya terhadap ajaran Islam yang begitu tinggi hingga pengaruhnya melahirkan kekuatan massa yang besar di Kalimantan. Maka dengan berdirinya KRIyT warna Islam semakin nampak sebagai yang melandasi perjuangannya. Sering terjadi berbagi pertempuran melawan pasukan-pasukan TNI pimpinan Hasan Basri sebagai kepercayaan Pemerintah RI untuk mengadakan penumpasan KRIyT, padahal Hasan Basri dulunya pimpinan ALRI Div. IV. Namun berbagai harapan dan impian jabatan dan kekayaan yang membawa dia menjual akherat untuk dunia. Upaya-upaya Hasan Basri tidak begitu banyak membawa hasil, maka diganti oleh Sitompul seorang Batak untuk memimpim penyerangan terhadap pemberontak KRIyT. Sementara Hasan Basri sendiri ditarik ke Jakarta kemudian oleh Pemerintah RI diberikan bea siswa untuk sekolah ke Mesir memperdalam ilmu agama Islam dan kemiliteran selama 4 tahun (1951 – 1955).
Pebruari 54
Konsolidasi erat terjalin antara Pemerintah NII dengan Pimpinan KRIyT dengan hadirnya seorang utusan utama dari Pemerintah NII yang bernama Sanusi Partawijaya, dalam perbincangannya membicarakan upaya-upaya tentang penggabungan Kalimantan kedalam wilayah De Facto Negara Islam dan membentuk komando Teritorial VI TII.
Akhir 54
Proklamasi NII Kalimantan dan pelantikan Ibnu Hajar sebagai Panglima Komando Teritorial VI TII. Mulai saat inilah nama KRIyT menjadi APTI (Angkatan Perang Tentara Islam) yang markas besarnya di Hulu Sungai, maka muncullah para pejuang Kalimantan ini dengan identitas kemusliman dan kemujahidannya, terlebih dengan telah ditetapkannya beberapa kebijaksanaannya yang menghapus ciri-ciri sekuler pada sistem dan operasionalnya baik dibidang sipil ataupun dibidang militer.
Awal September 65
Ibnu Hajar tertangkap kemudian disidangkan pada pengadilan militer dengan vonis dihukum mati.
Oktober 8, 2009 at 5:50 pm
sepppp akhi…….!!!,sukron
Februari 3, 2010 at 6:40 am
sudah saya duga sebelumnya…??? ayoo umat islam kita tegakan kembali kalimatillah…. allahuakbar….
Maret 24, 2010 at 8:01 am
Akhirnya Saya Tahu Semua
Mei 1, 2010 at 9:50 am
adakah yang memegang ‘piagam maklus’ versi lengkap? Bisa dishare, ga, ya?
Juli 11, 2010 at 6:34 pm
mmmm…ternyata ana temukan juga yang biasa diceritakan rekan-rekan…syukron bung qital…
Februari 22, 2011 at 1:37 am
syukron …
Oktober 23, 2011 at 3:36 am
allohuakbar,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
November 21, 2011 at 7:20 am
ternyata NII masih ada ya????
@Al Banjary…
bagi mukmin yg sabar dan istiqomah senantiasa akan terus berjihad, tdk terprovokasi thogut dan tentunya TIDAK JUGA TERPROVOKASI OLEH PIMPINAN YANG SUDAH MENYERAH.
Juli 22, 2012 at 9:46 am
Lanjutkan . . . Syuhada lain menunggu.
September 9, 2012 at 10:12 am
PANDANGAN WALI AL-FATAH TENTANG NKRI DAN NII
Setelah menjadi Kepala Biro Politik, Wali Al-Fatah mendapat keterangan dari beberapa Ulama yang beliau kenal, diantaranya K.H Maksum dari Muhamadiyah, bahwa sunnah dalam menegakkan Islam itu adalah Jama’ah Imaamah, maka beliaupun menyadari bahwa Politik bukanlah jalan untuk menegakkan dinul Islam.
Wali Al-Fatah bukannya tidak mengetahui tentang Bpk S.M Karto Soewiryo dengan negara Islam-nya yang telah di Proklamirkan pada tahun 1949. Karena Baik Pak Karto Suwiryo dan Bung Karno serta Wali Al-Fatah adalah sama-sama murid H. Omar Said Cokro Aminoto. Namun dengan keterangan yang telah beliau dapatkan dari beberapa Ulama yang beliau kenal tersebut, selain menyadari kekeliruannya pribadi, beliau melihat pula kekeliruan dari apa yang ditegakkan oleh Pak Karto Soewiryo yaitu Negara Islam Indonesia (NII).
Dalam pandangan Wali Al-Fatah, apa yang dilakukan oleh Bung Karno ataupun Pak Karto Soewiryo, konsepnya adalah sama, yaitu mendirikan negara dan itu adalah Politik. Wali Al-Fatah adalah Doktor dibidang Politik, jadi beliau tahu benar apa itu politik dan tahu dengan pasti dari mana asal-muasal ilmu politik, yang berasal dari konsepsi akal manusia.
Perbedaan antara Bung Karno dan Pak Karto Soewiryo adalah pada paham atau ideologinya, Bung Karno mengikuti Ideologi Pancasila dan Pak Karto Soewiryo mengikuti Ideologi Islam namun sifat kedua-duanya adalah nasionalis, sehingga menggunakan kata Indonesia. Dan konsep utamanyapun sama yaitu Politik yang formatnya adalah negara. Inti dari ilmu Politik yang wujudnya negara adalah satu, yaitu bagaimana meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Hal itu jelas bukan sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah Khulafaur Rasyidin Al-Mahdiyin yang mereka semuanya itu hanya mengikuti wahyu Allah dan tidak ada sedikitpun ingin berkuasa karena kekuasaan itu adalah milik Allah dan Allah berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-Nya. Oleh karena itu, sunnah mereka bukan negara melainkan sunnahnya adalah Jama’ah Imaamah.
Berbekal keterangan dan dalil yang beliau dapatkan dari para ulama tersebut, Wali Al-FAtah sempat beberapa kali mengunjungi Pak Karto Soewiryo untuk menasehati dan meluruskan perjuangan Pak Karto Soewiryo, namun selalu dihalangi oleh bawahan Pak Karto Soewiryo, sehingga Wali Al-FAtah tidak dapat menyampaikan nasehatnya kecuali hanya dapat menyampaikan pesan singkat agar disampaikan kepada Pak Karto Soewiryo, yaitu: “Sesuatu yang bukan sunnah akan menjadi fitnah”.
Sebenarnya, secara Fakta sejarah NKRI lebih dahulu berkuasa karena telah berdiri sejak tahun 1945 dan ini tidak lepas dari idzin Allah. Dan sesungguhnya kekuasaan itu adalah milik Allah dan Allah berikan kepada siapa yang Dia kehendaki. Oleh karena itu, maka tidak dibenarkan seorang muslim merebut kekuasaan yang telah Allah berikan kepada seseorang, siapapun dia baik muslim ataupun bukan.http://www.facebook.com/notes/ayi-hidayat-baharuddin/antara-nkri-nii-dan-jamaah-muslimin-hizbullah/172506009461252
September 9, 2012 at 10:19 am
Perintah Menetapi “Al-Jama’ah”
JAMA’AH MUSLIMIN
(1) وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا وَاذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ {أل عمران:103}
(1) “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah seraya berjama’ah, dan janganlah kamu berfirqah-firqah (bergolong-golongan), dan ingatlah akan ni’mat Allah atas kamu tatkala kamu dahulu bermusuh-musuhan maka Allah jinakkan antara hati-hati kamu, maka dengan ni’mat itu kamu menjadi bersaudara, padahal kamu dahulu nya telah berada di tepi jurang api Neraka, tetapi Dia (Allah) menyelamatkan kamu dari padanya; begitulah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, supaya kamu mendapat petunjuk.” (QS.Ali ‘Imran:103 )
Penjelasan:
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada pada tali Allah seraya ber-JAMA’AH, dan janganlah kamu berfirqah-firqah…” (QS.Ali Imran:103)
Kalimat “Al-Jama’ah” pada ayat ini artinya adalah berjama’ah (bersama-sama/bersatu padu), karena:
Sesuai dengan makna yang diberikan oleh para ahli Tafsir, di antaranya Abdullah bin Mas’ud, ia menye butkan bahwa yang dimaksud adalah “Al Jama’ah” (Tafsir Al-Qurthuby:III/159, Tafsir Jaami’ul Bayan:IV/21)
Adanya qorinah lafdziyah, yaitu WALA TAFARROQU setelah kalimat JAMI’AN, Ibnu Katsir berkata bahwa yang dimaksud adalah “Allah memerintahkan kepada mereka dengan berjama’ah dan melarang mereka berfirqoh-firqoh.” (Tafsir Ibnu Katsir:I/189)
Az-Zajjaj berkata: “Kalimat JAMI’AN adalah dibaca nashab, karena menjadi HAAL.“ (Tafsir Zaadul Masir:I/433)
Maka artinya secara berjama’ah dalam berpegang teguh pada tali Allah. (Tafsir Abi Suud:II/66)
Tidak semua kalimat “JAMI’AN” dalam Al-Qur’an artinya “bersama-sama (berjama’ah / bersatupadu)”, seperti pula tidak semua kalimat “JAMI’AN” berarti “keseluruhan/semuanya”. Sedikitnya ada empat ayat dalam Al-Qur’an yang kalimat “JAMI’AN” harus diartikan “bersama-sama (berjama’ah/bersatu padu)”, yaitu: surat Ali Imran:103, surat An-Nisa:71, surat An Nur:61 dan surat Al-Hasyr:14
Khudzaifah bin Yaman Radliallahu ‘anhu berkata:
(2) كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ .
(2) “Adalah orang-orang (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan dan adalah saya bertanya kepada Rasulullah tentang kejahatan, khawatir kejahatan itu menimpa diriku, maka saya bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di dalam Jahiliyah dan kejahatan, maka Allah mendatangkan kepada kami dengan kebaikan ini (Islam). Apakah sesudah kebaikan ini timbul kejahatan? Rasulullah menjawab: “Benar!” Saya bertanya: Apakah sesudah kejahatan itu datang kebaikan? Rasulullah menjawab: “Benar, tetapi di dalamnya ada kekeruhan (dakhon).” Saya bertanya: “Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(3) إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ ولاَّهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ وَيَسْخَطُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ
(3) “Sesungguhnya Allah itu ridho kepada kamu pada tiga perkara dan benci kepada tiga perkara. Adapun (3 perkara) yang menjadikan Allah ridho kepada kamu adalah: 1). Hendaklah kamu memper ibadati-Nya dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, 2). Hendaklah kamu ber pegang-teguh dengan tali Allah seraya berjama’ah dan janganlah kamu berfirqoh-firqoh, 3). Dan hendaklah kamu senantiasa menasihati kepada seseorang yang Allah telah menyerahkan kepemimpinan kepadanya dalam urusanmu. Dan Allah membenci kepadamu 3 perkara; 1). Dikatakan mengatakan (mengatakan sesuatu yang belum jelas kebenarannya), 2). Menghambur-hamburkan harta benda, 3). Banyak bertanya (yang tidak ber faidah).” (HR Ahmad, Musnad Imam Ahmad dalam Musnad Abu Hurairah, Muslim, Shahih Muslim: II/6. Lafadz Ahmad)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(4) أَنَا أّمُرُكْم بِخَمْسٍ أَللهُ أَمَرَنِى بِهِنَّ : بِاْلجَمَاعَةِ وَالسَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ وَ الْهِجْرَةِ وَ اْلجِهَادِ فِى سَبِيْلِ اللهِ ، فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ اْلجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَةَ اْلإِسْلاَمِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى اَنْ يَرْجِعَ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ فَهُوَ مِنْ جُثَاءِ جَهَنَّمَ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَ اِنْ صَامَ وَصَلَّى ، قَالَ وَاِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ فَادْعُوا اْلمُسْلِمِيْنَ بِمَا سَمَّاهُمُ اْلمُسْلِمِيْنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ
(4) “Aku perintahkan kepada kamu sekalian (muslimin) lima perkara; sebagaimana Allah telah memerintahkanku dengan lima perkara itu; berjama’ah, mendengar, thaat, hijrah dan jihad fie sabilillah. Barangsiapa yang keluar dari Al Jama’ah sekedar sejengkal, maka sungguh terlepas ikatan Islam dari lehernya sampai ia kembali bertaubat. Dan barang siapa yang menyeru dengan seruan Jahiliyyah, maka ia termasuk golongan orang yang bertekuk lutut dalam Jahannam.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasu lullah, jika ia shaum dan shalat?” Rasul bersabda: “Sekalipun ia shaum dan shalat dan mengaku dirinya seorang muslim, maka panggillah oleh orang-orang muslim itu dengan nama yang Allah telah berikan kepada mereka; “Al-Muslimin, Al Mukminin, hamba-hamba Allah ‘Azza wa jalla.” (HR.Ahmad bin Hambal dari Haris Al-Asy’ari, Musnad Ahmad:IV/202, At-Tirmidzi Sunan At-Tirmidzi Kitabul Amtsal, bab Maa Jaa’a fi matsalis Shalati wa shiyami wa shodaqoti:V/148-149 No.2263. Lafadz Ahmad)
Umar bin Al-Khattab berkata:
(5) إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كَانَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كَانَ هَلاَكًا لَهُ وَلَهُمْ
(5) “Sesungguhnya tidak ada Islam kecuali dengan berjama’ah, dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepe mimpinan kecuali dengan ditaati, maka barang siapa yang kaum itu mengangkatnya sebagai pimpinan atas dasar kefahaman, maka kesejahte raan baginya dan bagi kaum tersebut tetapi barangsiapa yang kaum itu mengangkatnya bukan atas dasar kefahaman, maka kerusakan baginya dan bagi mereka.” (HR.Ad-Darimi Sunan Ad-Darimi dalam bab Dzihabul ‘ilmi: I/79)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(6)… فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ اْلقَاصِيَةِ
(6) “…maka wajib atas kamu berjama’ah, karena sesungguhnya serigala itu makan kambing yang sendirian.” (HR.Abu Dawud dari Abi Darda, Sunan Abi Daud dalam Kitabus Shalah: I/150 No.547)
September 9, 2012 at 10:26 am
Yang haq itu berasal dari Allah, maka jelas keterangan dan perintahnya. Dalam persoalan umat yang telah terpecah belah ini, maka yang haq itu hanya satu, yaitu “Al-Jama’ah”. Inilah tempat bersatunya kaum muslimin seluruhnya.
Sesungguhnya “Al-Jama’ah” itu adalah Jama’ah yang diperintahkan oleh Allah dan RasulNya. Jika NII merasa sebagai Al-Jama’ah, silahkan jelaskan kepada saya perintahnya?
Jika tidak ada perintahnya, maka ia bukanlah “Al-Jama’ah” melainkan ia adalah seruan jahiliyah yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam akan berada di dalam neraka jahanam.
Jadi, silahkan terangkan kepada saya bagaimana bisa dikatakan bahwa NII itu adalah “Al-Jama’ah”.
Perhatikan hadis ini sebagai berikut
Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sampai menggigit akar kayu hingga kematian menjumpaimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).
September 9, 2012 at 10:37 am
Gerakan NII menuju tahapan Khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah (Kerajaan yang menyombong, sekarang lebih diistilahklan sebagai sistem kenegaraan), khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah menyebarluas dari semenjak runtuhnya Turki Utsmani sampai Kini, seluruh ormas islam yang melebur menjadi partai guna menjadikan islam sebagai sistem kenegaraan adalah masuk dalam katagori ini, menurut penulis Karena Hizbu Tahrir lahir sebagai partai Politik maka tidak lain dan tidak bukan gagasan khilafah yang mereka inginkan adalah masuk kedalam sistem khilafah Mulkan Jabariyyah, akibatnya tidak ada keselarasan antara Hizbutahrir dengn jamaah muslimin (Hizbullah)
Adapaun Hizbut Tahrir maupun NII mengambil petunjuk diluar petunjuk Rosulullah sebagaimana percakapan Hudzaifah Bin Al Yaman dengan Rosulullah,
Apakah kekeruhannya itu?” Rasulullah menjawab: “Yaitu orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku. (dalam riwayat Muslim) “Kaum yang berperilaku bukan dari Sunnahku dan orang-orang yang mengambil petunjuk bukan dengan petunjukku, engkau ketahui dari mereka itu dan engkau ingkari.” Aku bertanya: “Apakah sesudah kebaikan itu akan ada lagi keburukan?” Rasulullah menjawab: “Ya, yaitu adanya penyeru-penyeru yang mengajak ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa mengikuti ajakan mereka, maka mereka melemparkannya ke dalam Jahannam itu.” Aku bertanya: “Ya Rasu lullah, tunjukkanlah sifat-sifat mereka itu kepada kami.” Rasululah menjawab: “Mereka itu dari kulit-kulit kita dan berbicara menurut lidah-lidah (bahasa) kita.” Aku bertanya: “Apakah yang eng kau perintahkan kepadaku jika aku menjumpai keadaan yang demikian?” Rasulullah bersabda: “Tetaplah engkau pada Jama’ah Muslimin dan Imaam mereka !” Aku bertanya: “Jika tidak ada bagi mereka Jama’ah dan Imaam?” Rasulullah bersabda: “Hendaklah engkau keluar menjauhi firqoh-firqoh itu semuanya, walaupun engkau sam pai menggigit akar kayu hingga kematian menjum paimu, engkau tetap demikian.” (HR.Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dalam Kitabul Fitan: IX/65, Muslim, Shahih Muslim: II/134-135 dan Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah:II/475. Lafadz Al-Bukhari).
September 23, 2012 at 9:38 am
Adapun dicabutnya Negara Islam Indonesia (NII) diindonesia adalah sebuah keniscayaan atas kehendak Allah sebagaimana yang terdapat didalam al-qur,anul karim,.
Katakanlah: “Ya Tuhan yang memiliki segala kekuasaan.Engkau berikan kekuasaan kepada barang siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari barang siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau muliakan barangsiapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas tiap-tiap sesuatu adalah Maha Kuasa”
Engkau masukkan malam kepada siang dan Engkau masukkan siang kepada malam, dan ”Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau memberi rezeki siapa yang Engkau kehendaki dengan tidak berkira”.
(Qs-Ali-Imran Ayat 26-27)
Lalu bagaimana mungkin sebuah Negara Islam yang sudah dicabut atas kehendak-Nya masih mau diupayakan untuk berdiri kembali.? ini namanya tidak bisa menerima Taqdir dan mengingkari Taqdir itu sendiri.
Begitu pula dengan Indonesia NKRI bila yang Maha Kuasa sudah berkehendak pasti akan dicabut tampa harus campur tangan warga NII.
Kepemimpinan Muslimin dari Masa ke Masa Sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami empat masa sebagaimana salah satu hadis rosulullah
“Dari Nu’man bin Basyir dari Hudzaifah bin Yaman radliallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang menggigit (Mulkan Adlan), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyah), adanya atas kehendak Allah. Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ‘Ala Minhajin Nubuwwah)”. Kemudian beliau (Nabi) diam.”
(H.R. Ahmad dan Al Baihaqi. Misykatul Mashabih: Bab Al Indzar wa Tahdzir, Al Maktabah Ar Rahimiah, Delhi, India. Halaman 461. Musnad Ahmad, juz 4, halaman 273).
1.Masa keNabian
2.Masa khilafah
3.Masa Mulkan
4.kembali kemasa khilafah
1.Zaman Kenabian
Pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kaum muslimin berada dalam satu Jama’ah dan Imamah. Mereka hidup kompak di bawah pimpinan Allah dan Rasul-Nya.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mendirikan perkumpulan, perserikatan, atau partai, apalagi negara, untuk mengamalkan wahyu Allah yang disampaikan kepada beliau. Setelah wahyu diterima, beliau mengamalkannya dan mendakwahkan kepada ummat manusia.
Kaum muslimin pun, memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti beliau. Dengan berjama’ah mereka mengamalkan wahyu Allah dan mengikuti perbuatan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Orang pertama yang memenuhi seruan Rasulullah ialah isteri beliau, Khadijah, dari kalangan wanita, Abu Bakar dari kalangan pria, serta Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah dari kalangan pemuda.
Jumlah kaum muslimin dan muslimat semakin hari semakin bertambah banyak, termasuk sahabat-sahabat besar, seperti Utsman bin Affan, Hamzah Bin Abdul Muthalib, Umar bin Khaththab, dan lain-lain.
Kaum muslimin yang mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan jama’ah pertama, Jama’ah Muslimin yang langsung dipimpin oleh beliau sendiri.
Masa kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kehidupan berjama’ah bersama kaum muslimin kurang lebih selama 23 tahun.
2.Zaman Khilafah
Zaman Khilafah dimulai sejak wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin, Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib radliallahu ‘anhum.
Mereka adalah para Khalifah yang dibenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai Khalifah yang mendapat petunjuk yang benar dari Allah. Bahkan, Rasulullah berwasiat kepada kaum muslimin agar berpegang teguh pada Sunnahnya dan Sunnah Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin. Rasulullah bersabda:
“Aku berwasiat kepada kamu agar tetap bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat sekalipun yang memimpinmu adalah seorang budak Habsyi, karena orang yang hidup di antara kamu di kemudianku akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaklah kamu berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin (para khalifah yang mendapat petunjuk yang benar). Hendaklah kamu pegang teguh dengannya dan gigitlah dengan gerahammu. Jauhilah perkara-perkara yang baru yang diada-adakan, karena sesungguhnya semua perkara yang diada-adakan itu bid‘ah dan semua bid’ah adalah sesat.” (H.R. Ahmad dari Irbadl bin Sariyah. Musnad Ahmad, juz 4, halaman 126-127; Sunan Abu Dawud, Kitabus Sunnah, juz 4, halaman 200-201, hadits nomor 4607; Sunan At-Tirmidzi, Jami’ush Shahih, Kitabul Itsmi, bab Maa Ja-a fil Akhdzi bis Sunnati wajtinabil bida’i, juz 5, halaman 44, hadits nomor 2676).
Sebagaimana halnya pada masa kepemimpinan Rasulullah Shalallahu alaihi Wa Sallam, kaum Muslimin pada masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin (11-40 H/632-661M) pun hidup kompak dan berjama’ah di bawah satu pimpinan.
Mereka tampil sebagai sebaik-baik ummat yang dibangkitkan untuk sekalian manusia, hidup berjama’ah dengan satu pimpinan (Imam) yang memimpin ke arah taqwa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib terjadi peristiwa yang menyebabkan keduanya menemui syahid. Peristiwa ini mengandung pelajaran bagi kaum muslimin agar tidak terjadi lagi.
Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin berkisar selama 30 tahun, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Khilafah pada ummatku adalah tiga puluh tahun, selanjutnya adalah Kerajaan.” (H.R. Abu Daud dari Safinah. Sunan Abu Dawud, Kitabus Sunnah, bab fi al Khulafau, Al-Maktabah Dahlan Indonesia, juz 4, halaman 211, hadits nomor 4646, 4647)
3.Zaman Mulkan
Setelah berakhirnya zaman Khilafah -yang menempuh jalan kenabian dengan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala, kaum muslimin memasuki zaman Mulkan Adlan (kerajaan yang menggigit) dan Mulkan Jabariyyah ( kerajaan yang menyombong)*.
Pada kedua zaman ini, kaum muslimin maju pesat dan penyebaran Islam pun meluas ke seluruh Jazirah Arabia, Asia Selatan, Afrika dan sebagian Eropa, namun mulai terjadi keretakan di dalam. Kepemimpinan secara Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diikuti Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin, mulai terhapus dan berganti dengan kepemimpinan secara turun-temurun (Kerajaan). Kesatuannya bukan lagi berbentuk Jama’ah, tetapi Mulkan (Kerajaan). Pada zhahirnya, kaum muslimin masih berada di bawah satu pimpinan, sampai Mulkan Adlan dan Mulkan Jabariyyah dihapuskan Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut tarikh, setelah syahidnya Khalifah Ali bin Abi Thalib, Muawiyyah bin Abi Sufyan tampil memimpin muslimin dan dialah yang merubah kepemimpinan muslimin menjadi Kerajaan. Dia menjadi Raja pertama dari keturunan Umayyah datuknya. Dalam sebuah atsar dari Abdurrahman bin Abi Bakrah disebutkan, bahwa Muawiyyah berkata pada Abi Bakrah: “Apakah kamu mengatakan kami Raja?, maka kami sungguh ridla denganRaja.” (Musnad Ahmad, juz 5, halaman 50, Fathur Rabbany, juz 23, halaman 13). Muawiyyah memegang kendali kepemimpinan muslimin dari 41-60 H (661-680 M), kemudian diteruskan oleh puteranya, Yazid, lalu diteruskan oleh turunan bani Umayyah lainnya sampai Raja terakhir, Marwan bin Muhammad bin Marwan (126-131 H/744-750 M), yang dilenyapkan oleh Abu Abbas As Saffah. Keturunan Umayyah, Abdurrahman ad Dakhiliy melarikan diri ke Andalusia, Spanyol dan meneruskan Mulkan bani Umayyah di sana dari 137-422 H (756-1031 M). Abu Abbas As Saffah, anak Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib, mendirikan Mulkan Abbasiyyah (132-656 H/750-1258 M) di Irak dengan Baghdad sebagai ibukotanya. Raja terakhir dari Mulkan ini, Al Mu’tashim (640-656 H/1242-1258 M). Mulkan Abbasiyyah terhapus dengan datangnya bala tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu yang membumihanguskan Baghdad.
Keturunan Abbasiyyah lari ke Mesir dan meneruskan Mulkan Abbasiyyah di bawah pengaruh dinasti Mameluk Syarakasah di Kairo dari 659-923 H (1261-1517 M) sampai akhirnya Kerajaan Mameluk ditaklukkan oleh Sultan Salim dari Turki dan menawan Mutawakil ‘Alallah, keturunan Abbasiyyah terakhir yang menggunakan sebutan Khalifah, dan membawanya ke Istanbul. Setelah lenyapnya dinasti Abbasiyyah di Irak, maka menurut hadits Nabi, datang Mulkan Jabariyyah, dan berdasarkan tarikh, kepemimpinan muslimin setelah Abbasiyyah adalah Mulkan Utsmaniyyah., yang memegang kendali pimpinan ummat Islam dari 669-1342 H/1300-1924 M, dengan pusatnya di Istanbul (Turki). Kerajaan ini seperti juga pada zaman Mulkan Adlan menggunakan sebutan Khalifah, mulai Sultan Salim I (Sulaiman I) menduduki Mesir dan membawa keturunan Abbasiyyah terakhir yang memakai gelar Khalifah, Mutawakkil ‘Alallah, ke Istanbul, sampai Mulkan Utsmaniyyah terhapus pada tahun 1342 H (Maret 1924 M), setelah lebih dahulu pada 1 Nopember 1922 M Sultan Muhammad IV diturunkan dari tahtanya oleh Turki Muda Nasional pimpinan Muthafa Kemal Pasya (H. Abdul Halim Hasan, Tarich Tamaddun Islam, cet. Ke-3, 1940, Islamiyyah Medan, halaman 181, 188, 189; Adinegoro, Ensiklopedia Umum dalam bahasa Indonesia, Bulan Bintang, Jakarta, 1954, halaman 11, 12, 13, 195, 196; H.A.R. Gibb dan J.H. Kramers, Shorter Encyclopaedia of Islam, Leiden. E.J. Brill, 1953 M, halaman 238; Ensiklopedia Umum, halaman 213; Everyman’s Encyclopaedia, J.M. Dent & Sons, London, Volume II, halaman 760)
4.Kembali ke Zaman Khilafah
dalam salah satu haditsnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa kaum muslimin akan kembali berada pada zaman Khilafah yang mengikuti jejak kenabian sebagaimana fase kedua, yaitu setelah diangkatnya fase keempat, Mulkan Jabariyyah.
Ini berarti bahwa harapan kaum muslimin untuk menikmati hidup berjama’ah dan berimamah yang menyebabkan terjalinnya ruhama (kasih sayang) antara sesama muslim, masih terbuka lebar. Setelah itu, “tsumma sakata”, Nabi diam.
Dari keseluruhan sejarah yang telah disebutkan di atas, tampak bahwa kaum muslimin, dari zaman ke zaman, berada di bawah satu pimpinan. Oleh karena itu, Imamah harus tetap ada.
Pembai’atan Abu Bakar Ash Shidiq yang dilakukan sebelum jenazah Rasulullah dikebumikan, memberi pengertian bahwa masalah kepemimpinan bagi kaum muslimin sangat fundamental (asasi). Kaum muslimin yang mengikuti Nabi dan mengakui kepemimpinan beliau serta Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin, merupakan satu Jama’ah Muslimin dengan satu Imam. Mereka telah mencapai tingkat dan martabat yang paling tinggi dan mulia di dunia, dan Insya Allah di akhirat, dalam kehidupan berjama’ah dengan bimbingan Allah dan Rasul-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan dalam firman-Nya, bahwa mereka adalah sebaik-baik ummat, menyeru pada kebaikan, mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah. (QS. Ali ‘Imran: 10)
Akan tetapi, laksana meteor yang jatuh ke bumi, cahaya cemerlang itu tidak beredar lama. Lebih kurang setengah abad saja -23 tahun masa kepemimpinan Rasulullah ditambah masa kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyyin Allah menyinarkan hamba-hamba-Nya sebagai sebaik-baik ummat yang dibangkitkan untuk sekalian manusia dan menjadi suri teladan bagi muslimin yang hidup kemudian. Siapa yang dapat mengambil manfaat dari padanya, dialah yang mengerti isyarah dari Allah subhanahu wa ta’ala.
Menurut tinjauan ad dien dan tarikh Islam, pimpinan terbaik yang bersifat sentral, sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai Khulafaur Rasyidin Al Mahdiyin hingga tahun keempat puluh hijrah, adalah pada masa Khalifah Abu Bakar Ashidiq, Umar Bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
September 23, 2012 at 9:41 am
Perbedaan mendasar Khilafah yang dinantikan
HIZBU TAHRIR yang bersistem (keNegaraan Islam)
dan Jamaah Muslimin (Hizbullah)
Permasalahanya adalah terletak pada kata Khilafahnya, nabi muhammad membagi kekhilafahan dalam islam dalam 5 bentuk sistem yang semuanya berbeda,
1. Khilafatulloh (masa kenabian dari zaman nabi Adam sampai ditutup oleh Nabi Muhammad)
2. Khilafah ala Minhajin nubuwwah (Pengganti yang mengikuti jejak kenabian, dari Abu bakar, Umar, Utsman, Ali)
3. Khilafah dalam bentuk Mulkan Adhon (kerajaan yang mengigit , dari Umayyah, Abasyiah, Turki Utsmani, Syafawi, Mughol dan sistem kerajaan pada masa itu),
4. Khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah (Kerajaan yang menyombong, sekarang lebih diistilahklan sebagai sistem kenegaraan), khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah menyebarluas dari semenjak runtuhnya Turki Utsmani dampai Kini, seluruh ormas islam yang melebur menjadi partai guna menjadikan islam sebagai sistem kenegaraan adalah masuk dalam katagori ini, menurut penulis Karena Hizbu Tahrir lahir sebagai partai Politik maka tidak lain dan tidak bukan gagasan khilafah yang mereka inginkan adalah masuk kedalam sistem khilafah Mulkan Jabariyyah, akibatnya tidak ada keselarasan antara Hizbutahrir dan jamaah muslimin(Hizbullah) , sistem khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah akan lenyap karena atas takdir Allah mereka pasti lenyap karena sudah menjadi Takdir bahwa khilafah Ummat islam murni kembali kepada Fitrah kenabian, bukan bertujuan Politik kekuasaan dengan Wilayatul Amr yang Hizbutahrir Nanti sehingga Khilafah tak kunjung ditegak kan.
5. Khilafah ala minhajin nubuwwah (pengganti yang kembali menggunakan sistem Manhaj kenabian, mereka tidak berorientasi pada sistem politik dalam bentuk kerajaan maupun kenegaraan (Adhon dan jabariyyah) itulah keberadaan mendasarnya dan sangat signifikan akibatnya,
Jamaah muslimin saat ini tegak kan ditengah maraknya sistem jabariyyah (Politik state) akibatnya kembali pada kesimpulan sistem khilafah yang dinantikan oleh Hizbutahrir dan jamaah muslimin (Hizbullah) adalah berbeda Jamaah Muslimin (Hizbullah) menegakan khilafah ala minhaji nubuwwah, sementara mereka menginginkan khilafah dalam bentuk mulkan jabariyyah (sistem kenagaraan Islam)
TNI Allah takdirkan untuk mengawal Pancasila dinegeri Ini dari ideologi lain baik yang bersifat negara Islam maupun Non-Islam, itulah yang menyebabkan Hizbutahrir tak akan mampu menembus ring akhir ini.
Hizbu tahrir menginginkan kenegaraan yang berlandaskan Qur’an sunnah mereka justru lenyap dari indonesia karena pasti akan bertentangan dengan ideologi Angkatan bersenjata di Indonesia,
TNI AD, AU, AL Allah menakdirkan TNI mempertahankan paradigma ideologinya sehingga kemurnian jamaah Muslimin (Hizbullah) akan tetap terjaga sampai jika tiba waktunya pasti semuanya akan berbondong bondong berabaeat dan tergabung dalam jamaah muslimin (Hizbullah)
wallahu a’lam.
Februari 21, 2013 at 1:31 am
Berita A Hassan meninggal ditembak orang tak dikenal itu dari mana datangnya. Itu berita bohong yang benar ust. A Hassan meninggal karena sakit diabet yang sudah lama dideritanya. Tolong jangan suka menyampaikan kabar bohong dosa lho.
Abuqital1:
Berkaitan dengan catatan sejarah tentang meninggalnya A. Hassan jika memang salah saya mohon maaf karena saya baru bisa mengambil satu referensi saja. Jika menurut anda meninggalnya A. Hassan dikarenakan sakit, sudikah anda menceritakan kembali sejarah perjuangan Dakwah A. Hassan agar saya bisa mentabayyunkan kembali.
Juli 13, 2013 at 4:12 am
November 7, 2014 at 4:01 am
assalamu’alaykum kang abu. mau tanya, itu butir2 isi KMB yg akhy tulis sumber falidnya dari mana? saya belum menemukannya. syukron.