Alasan Menjadi Warga NKA-NII



Radikalisme, Foundamentalisme, dan Teroris adalah tiga Jargon Politik penting yang dipergunakan oleh NKRI saat menghadapi NKA NII dalam Perang Propaganda (Ghozul Fiqr) sejak Orde Soekarno hingga SBY. Tiga kata yang berkonotasi baik ini dibuat menjadi pengertian yang seolah buruk untuk mendeskriditkan pemahaman NKA NII yang mengembalikan setiap urusan kepada dua hal (Qur’an dan Sunnah Rosulullah). Tiga kata ini diambil dari tulisan-tulisan para orientalis barat yang sengaja dibuat untuk para aktivis islam di dunia yang mulai bangkit dan secara politik sangat membahayakan kepentingan mereka (Negara Barat). Tiga kata ini sebenarnya tersirat didalam Al Qur’an sebagai pemahaman yang justru wajib dimiliki oleh setiap Umat Islam di Dunia, (lebih…)


Mulai pertama muncul Tandzim sempalan dari NKA NII adalah kelompok harakah Tarbiyah yang lebih dikenal dengan Ikhwanul Muslimin (mengikuti nama Tandzim dari Mesir yang dibentuk oleh Hasan Al Bana), Tandzim ini dibentuk oleh beberapa kader NKA NII yang dimotori oleh Ustadz Hilmi Aminudin yang notabene adalah putra salah satu Jendral TII Danu. Pada saat hampir seluruh komandan TII ditangkap dari mulai tahun 1976, beberapa gelombang kader NKA NII mulai keluar Negeri, diantaranya ke Mesir dan Malaysia (Abdullah Sungkar), scenario keberangkatan kebanyakan berupa melanjutkan pendidikan. Saat Ustadz Hilmi datang kembali ke Indonesia beliau kemudian melihat bahwa gerakan Islam haru di reformasi untuk tidak lagi melakukan Qital, akan tetapi pendidikan dan keilmuan lah yang utama.

Sebelumnya Sulawesi membentuk organisasi Hidayatullah, dan yang lainnya lebih cenderung infiltrasi ke organisasi yang sudah ada seperti PII, GPI, PUI, Persis, Muhamadiyah dll. (lebih…)


Paska kekalahan Perang hingga berbagai penghianatan yang dilakukan beberapa komandan TII terhadap prajuritnya Gerakan Revolusioner TII berjalan dengan sangat hati-hati, kontra Intelegen yang di bentuk untuk mengantisipasi infiltrasi dan penetrasi dari NKRI mengakibatkan pola aktivitas Jamaah sangat tertutup dan eksklusif. Bagaimanapun harus difahami oleh Umat Islam Bangsa Indonesia, bahwa musuh terbesar sepanjang sejarah bagi NKRI adalah NKA NII, karena hanya NKA NII lah secara hukum Internasional (hukum yang dianut oleh NKRI) yang berhak menuntut territorial yang sekarang diduduki oleh NKRI, hanya dengan NKA NII lah peperangan antar negara terlama terjadi. Dan Hanya NKA NII lah dimana NKRI harus disibukan secara politik hampir setiap dasawarsa sejak didirikannya Negara mereka (hingga hari ini dan detik ini). Maka apapun akan mereka perbuat untuk menghancurkan NKA NII demi berlangsungnya ideology jahiliyah mereka. Bahkan melakukan strategi-strategi Penjajah Belanda dan sekutu mereka Amerika, diantaranya adalah membentuk pemerintah boneka tandingan (NII Zaytun). (lebih…)


Umat Islam Bangsa Indonesia mempunyai jenis Aliran/Mahzab semajemuk jumlah suku bangsa yang ada di wilayah ini, akan tetapi seperti kebanyakan kondisi yang terjadi pada umat islam di seluruh dunia perbedaanya mengkerucut pada dua model, aliran yang disebut sebagai Islam Tradisi yang merupakan turunan dari berbagai model aliran dari Tariqot dan Tasawuf, dan yang kedua adalah Islam Moderat yang merupakan turunan dari berbagai model aliran yang dikenal sebagai aliran dari salafiyah, keduanya mempunyai perbedaan mecolok pada paradigm hukum tentang Bid’ah, Kurafat, dan Tahayul. Pemahaman terhadap penggunaan Hadits yang tidak sahih, dan keutamaan ulama salaf (Sahabat/Tabi’in/Tabi’I Tabi’in) sebagai rujukan utama dalam hujah.

Pada Abad 19 Akhir saat Belanda menggunakan Politik Etis bagi Pribumi di Nusantara maka dalam kebebasan berpolitik dan berorganisasi keduanya akhirnya mencuat dalam perdebatan panjang permasalahan darimulai yang sifatnya Aqidah hingga Fiqh. Islam Tradisi akhirnya mengelompokan Organisasinya dalam Organisasi seperti NU dan Perti, sedangkan Islam Moderat mewujud menjadi Organisasi seperti Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, PUI. Pada masa Penjajahan Jepang mereka menyatukan diri dalam wadah MIAI yang berubah nama menjadi Masyumi, akan tetapi akhirnya kongsi organisasi ini terpecah juga. (lebih…)


Ketika banyak dari Umat Islam Bangsa Indonesia yang buta politik memandang dengan nada sinis tentang eksistensi NKA NII, mereka menyatakan,” Dimana tempatnya Negara ini?” Sebagian para aktivis Islam yang tidak faham syari’at menyatakan hal yang senada, “NKA NII bukanlah Negara, dimana mereka mau memberlakukan hukum?”, banyak diantara mereka menolak ajakan untuk bershaff dengan NKA NII dengan alasan yang sama, dan menyebutkan Negara ini hanyalah Negara Utopia, Negara Imajinasi, Negara khayalan, Negara Dongeng, Negara diatas Negara, Negara yang tidak mempunyai Teritorial. (lebih…)


Ada satu pernyataan yang sering dilontarkan oleh sebagian aktivis foundamentalis islam NKRI yang dengan alasan pernyataanya itulah dia menolak menggabungkan diri dengan pergerakan kemerdekaan NKA NII dan masih berada di NKRI (meski kenyataanya di NKRI nasib ideology/aqidahnya dipertaruhkan), pernyataan tersebut adalah “NKA NII tidak mempunyai Imam”, sebuah pernyataan yang jikalau ditarik ke areal syar’I ini menjadikan permasalahan pokok. Sehingga sebagian dari Komandan NII juga sebagian warganya (yang labil ideologinya) menyatakan tidak lagi bergabung dengan NKA NII. (lebih…)


Banyak diantara umat islam bangsa Indonesia saat ini menolak NKA NII (meskipun mereka menghendaki berdirinya Negara Islam) dikarenakan sepak terjang NII kw 9 yang lebiih dikenal NII Zaytun. Kebanyakan dari Rakyat Indonesia adalah awam terhadap NII, hingga Propagandais Republik memblow up sepak terjang Panji Gumilang ini seolah-olah inilah NII. Beberapa hal yang membuat umat islam secara umum menolak NII yang diakibatkan oleh kesesatan Panji Gumilang :

  1. Takfir, mereka mengkafirkan siapapun diluar golongan mereka.
  2. Fa’I, mereka memakai syari’at Fa’I tidak sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Rosulullah, (Fa’I adalah rampasan perang yang didapatkan dari musuh, dengan tidak melalui peperangan frontal dikarenakan musuh menyerah terlebih dahulu), mereka menggunakan Fa’I untuk menghalalkan harta diluar golongan mereka.
  3. Sholat, mereka menafsirkan Akimus Sholah sebagai Akimuddien, menegakan agama. Jadi melaksanakan perintah/pekerjaan Negara sama seperti Sholat, sehingga banyak aparatur NII kw9 tidak melakukan sholat.
  4. Infaq, Panji Gumilang menggunakan jargon Infaq untuk mengumpulkan harta dari umat sebanyak-banyaknya. Melalui tekanan dan doktrin berbagai ayat infaq (yang direalisasikan tidak sesuai Sunnah Rosulullah). Hingga banyak umat yang melakukan akhlat tidak terpuji demi mendapatkan dana untuk disetorkan sebagai infaq.

(lebih…)


Dimasa lalu, saat saya mengajak sahabat saya untuk merapatkan barisan dengan TII, komentar dia adalah “NII adalah Negara yang harus dibela, tapi Intelegen sudah menyusup sedemikian jauh pada jaringannya, lebih baik saya menolaknya”, saya katakana pada sahabat saya, “untuk bergabung dengan NII janganlah melihat individu yang berada didalamnya (yang mungkin sebagai agen NKRI), tetapi lihat Negaranya (statusnya sebagai Daulah Islamiyah), dan apakah secara hukum/syar’I kita wajib membai’atnya, jika toh kita dikhianati oleh Intelegen yang berada didalamnya, inilah resiko dalam perjuangan. Dan resiko ini jauh lebih baik daripada menolaknya (resiko dimusuhi Allah karena menolak syari’at)” Akhirnya dia berbaiat menjadi TII.

Dalam sebuah peperangan, Intelegen adalah ujung tombak. Intelegen bergerak sebelum pasukan lainnya melakukan aksi pergerakan. Bahkan di era modern ini, Intelegen digunakan bukan hanya kepada Negara yang diperangi, kadang untuk hal yang bersifat ekonomi/bisnis, strategi penyusupan intelegen dilakukan oleh para pesaingnya. Kontra Intelegen (strategi pengantisipasian menghadapi Intelegen musuh) hanyalah mampu untuk meminimalisir, bukan untuk mencegahnya sama sekali. Di Jaman Rosulullah, Intelegen dipergunakan oleh kedua belah fihak (Madinah dan Mekah), salah satunya adalah Abbas paman Nabi yang di ‘simpan’ oleh nabi di Mekah sebagai agen. Di Madinah, Abdullah bin Ubay bahkan bukan hanya sebagai agen Qurais/Mekah, tapi juga menjadi agen Yahudi bahkan Romawi. (lebih…)


Fitnah terbesar yang terjadi pada NKA NII adalah paska kekalahan perang dan syahidnya Imam Negara sekaligus sebagai KPSI (Komandan Perang Seluruh Indonesia), Berkhianatnya beberapa Komandan Perang (sebagian komandan malah berkhianat saat Imam dalam kepungan tentara Thoghut) mengakibatkan krisis kepercayaan antara Komandan Perang, juga antara Prajurit terhadap Komandannya. Sesungguhnya inilah ujian terbesar bagi para mujahidin saat itu, tapi kehendak Allah lah yang akan memilih siapa hambaNya yang istiqomah, dan akan dipisahkannya antara HambaNya dengan para Munafiq di lingkungannya.

supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahannam. Mereka itulah orang-orang yang merugi” (QS. Al Anfaal [8]: 37)
(lebih…)


NII kalah Perang dari NKRI (1962/1965), NII hanya tinggal sejarah, NII hanyalah Gerakan Sakit Hati para petualang politik yang menggunakan Agama sebagai cara mendapat simpati. Kakek saya adalah politikus Sosialis (dari fihak ibu) dan seorang Marhaenis (dari fihak bapak), sehingga doktrin tentang nasionalisme sudah mendarah daging di dada saya sejak sekolah dasar (SD). Sehingga Nasionalisme menjadi Ideologi pertama saya hingga akhirnya bertemu seorang ustadz yang membuat sebuah statement dimana pernyataanya merubah haluan ideology saya 180 derajat (kelas 1 SMA). Statemen sederhana, bahwa kebenaran hanyalah diukur oleh dua parameter pasti, Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah. Sehingga ketika orientasi politik praktis mulai tumbuh dalam khasanah intelektual saya, parameter yang menjadi ukuran pembenaran tidak terlepas dari dua sisi tadi (Al Qur’an dan Sunnah Rosulullah). (lebih…)

Laman Berikutnya »