Artikel ini meliputi pembahasan:
- Agama dan Ideologi
- Agama dan Negara
- Ideologi Islam
- Implementasi Ketahanan Ideologi Islam
- Cita-cita dan Kenyataan (Ideologi dan Realiteit)
A. Agama dan Ideologi
- Pengertian Agama dan Ideologi
Agama menurut arti umum, ialah peraturan atau hukum kebaktian. Didalam Islam ia dinamakan “Dien”, yang secara lengkap berarti : “Keseluruhan peraturan (hukum) kebaktian (ibadah) yang diwahjukan Allah kepada Rasul-Nja (Muhammad Qlm) untuk keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan ummat manusia, kini dan kelak. Didalamnya terkandung kepercayaan, cita-cita dan ajaran-ajaran, yang bersifat dasar, pokok dan perundang-undangan.
Adapun arti ideologi, menurut pendapat sebagian para ahli, ialah : “kumpulan (komplek) dari pada ide-ide, doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran yang bersifat esssensial, prinsipil dan konstitutif untuk mencapai tujuan”. Akan tetapi, karena tidak mungkin ada sesuatu ide dan ajaran tanpa adanya kepercayaan, maka baiklah kita lengkapkan batasan ideologi itu, dengan kalimat : “kumpulan (komplek) daripada kepercayaan, ide-ide dan seterusnya.
- Ideologi adalah Agama (Din) dan Din adalah Agama
Dengan dikemukakannya dua titik batasan agama dan ideologi diatas, teranglah bagi kita, bahwa ideologi itu tidak lain, melainkan agama atau din, terbukti :
Perbedaannya hanyalah :
Agama atau Dien menonjolkan wudjudnya hukum, sedangkan ideologi yang menonjol adalah cita-cita.
Din terang-terangan menjebut dirinja peraturan kebaktian, tetapi ideologi, tidak. Kata-kata bakti didalam ideologi disembunyikan, padahal kita tahu, bahwa tidaklah seseorang berbuat, melainkan bakti, ternyata perbuatannya itu senantiasa berlaku menurut perintah, sekali pun perintah tersebut lahir daripada akal dan hawa nafsunya sendiri, sebagai tuhan yang dibakti-i / disembahnya. Ingat firman Alloh Q.S. Al Furqon ayat 43
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?”
- Jangan Terpedaya
Hendaknya kita tidak terpedaya oleh kata-kata rekaan orang, yang mau menyesatkan Islam, yang memisahkan antara Agama (Dien) dan Ideologi, sehingga terpaksa kita menjadi syirik, karena akibat menganut rangkap Agama, yaitu : Agama yang satu untuk menyembah Tuhan, dengan sebutan Agama dan Agama lain untuk mengatur pergaulan hidup, dengan sebutan Ideologi. Untuk tidakk mengelirukan pandangan, mesti kita berani mengatakan, bahwa :
- Ideologi Islam atau Islamisme, itulah Agama Islam.
- Ideologi Komunis atau Komunisme, itulah Agama Komunis.
- Ideologi Sosialis atau Sosialisme, itulah Agama Sosialis.
- Ideologi Sinto atau Sintoisme, itulah Agama Sinto
dan demikianlah seterusnja, bagi penganut sesuatu ideologi/isme, itulah agamanja.
Kalau kita berbicara tentang Agama atau Dien, tentu akan terlintas didalam pikiran kita, siapa gerangan Tuhannya ? siapa Rosulnya ? dan siapa pula Khalifahnya ? Untuk itu baiklah kita tegaskan seperti berikut :
Tuhan ialah : tiap-tiap yang disembah, dibaktii, dita’ati dan dituruti segala kehendak dan perintahnya. Maka untuk mengetahui Tuhan bagi sesuatu ideologi, lihatlah apa dan siapakah yang mempunyai sifat dan kedudukan seperti itu, dibakti-i dan dita’ati umpamanya :
- Yang dibakti-i dan dita’atinya Allah, Allah jualah Tuhannya.
- Yang dibakti-i dan dita’atinya matahari, mataharilah Tuhannya.
- Dan seterunja, dan seterusnja.
Rasul adalah utusan pembawa amanat/perintah Tuhan (Allah), pelaksana dan realisator kehendak, kekuasaan dan lain-lain sifat ‘Al-afiatnja, yang berhubungan dengan manusia dan alam lainnya dipermukaan bumi, serta menjadi contoh teladan bagi ummat pengikutnya dalam pelaksanaan menyembahkan bakti kepada-Nya. Tegasnya ia adalah pemimpin pembawa ideologi atau agama sehingga setiap pembawa ideologi bisa disebut Rasul bagi Tuhan pemberi wahju atau inspirasi agama atau ideologi yang bersangkutan. Pengganti atau pelanjut Rasul disebut Khalifah yang berfungsi dan bertugas sebagaimana Rasul.
Untuk memudahkan gambaran bagi ketiga titik, Tuhan, Rasul dan Khalifah seperti tersebut diatas, baik kita ambil contoh dalam agama Sinto, antara lain : Ideologi atau Agamanya Sinto atau Sintoisme, Tuhannya Dewi (Ibu) Amaterasu Omikami, alias matahari, Rasulnya Jimmu Tenno Kaisar pertama, yang diutus kebumi, Khalifahnya : Tenno Heika, kaisar pelanjut.
B. Agama dan Negara
- Pengertian Negara
Negara adalah satu-satunya lembaga, dimana semua hukum yang meliputi peri hidup dan kehidupan manusia itu berlaku. Ia tidak bisa disebut Negara, kalau seandainya tidak berlaku atasnya hukum kenegaraan, meskipun sering kali terjadi, akibat terjangkitnya penyakit despotisme atau dan lain-lain sebangsanya, maka hukum kenegaraan yang berlaku itu, mencerminkan keadaan “luar biasa” daripada keadaan batas-batas yang ditentukan. Oleh sebab itu, bolehlah kita katakan bahwa Negara adalah wadah daripada sesuatu Agama/Ideologi, walaupun dirinya tidak menyebutkan Negara beragama atau berIdeolgi.
Kalau kita bandingkan nisbat antara agama / ideologi dan negara, tak ubahnya laksana gula dan manisnya, bagaikan api dan panasnya, antara satu sama lain tak dapat berpisah atau dipisah-pisahkan, sehingga kalau kita menyebut agama/ ideologi, mesti diartikan negara, baik dalam arti yuridis atau / dan formil. Begitulah sebaliknya.
Adapun nama bagi sesuatu negara, bergantung kepada agama atau ideologi yang terkandung didalamnya. Pendeknya :
- Kalau agama atau ideologinya itu Islam, ia dinamakan Negara Islam.
- Kalau agama atau ideologinya itu komunis, ia disebut Negara Komunis. dan seterusnja, dan seterusnja.
Menurut pandangan Islam, maka dari seluruh agama/ ideologi yang ada didunia, yang dibenarkan dan diridhoinya hanyalah satu-satunya agama / ideologi , yaitu Islam. Firman Allah dalam hal ini Q.S. Ali-Imran : 19
“ Barang siapa (perseorangan, golongan, masyarakat, bangsa), yang tidak berlaku atasnya hukum (agama / ideologi) yang diturunkan Allah, maka mereka adalah kafir”
Sedangkan yang lainnya, dinamakan-Nya kafir, seperti dalam firmannja Q.S. Al-Maidah : 44
“…Barang siapa (perseorangan, golongan, masyarakat, bangsa), yang tidak berlaku atasnya hukum (agama / ideologi) yang diturunkan Allah, maka mereka adalah kafir”
C. IDEOLOGI ISLAM
Beda dengan ideologi-ideologi yang lainnya, maka Ideologi Islam tidak hanya menuju kepada Keselamatan Dunia saja, melainkan juga Kesejahteraan Akhirat. Apabila kita sebagai ahli ilmu jiwa (psycholog) dan sebagai ahli ‘ilmu masyarakat (sosiolog) meneropong jiwa dan gerak-gerik sukmanya ummat Islam, serta suka pula membandingkannya dengan ideologi Islam, maka terdengarlah suara sayup-sayup laksana teriakan penunggang unta ditengah-tengah lautan pasir yang amat luas, dan ada kalanya terdengar pula sebagai dentuman meriam dan letusan bom, seolah-olah seperti halilintar ditengah-tengah hujan-angin yang lebat dan taufan yang dahsyat. Sari daripada suara jiwa ummat Islam yang serupa itu mengalir kesatu jurusan yang tetap dan tentu, ialah: cita-cita Islam, atau ideologi Islam. Dalam hal ketatanegaraan dan didalam masarakat suara jiwa ummat Islam ini bolehlah kami terjemahkan, sebagai berikut:
Dengan ringkas tapi tegas bolehlah kita katakan, bahwa cita-cita Ummat Islam (Ideologi Islam) ialah: hendak membangunkan Dunia Baru, atau Dunia Islam, atau dengan kata-kata (terminologi) lain: Dar-ul-Islam. Sebab, sepanjang keyakinan dan pendapat Ummat Islam, maka hanya dengan Islam didalam bangunan Dar-ul-Islam sajalah masyarakat Indonesia khususnya dan segenap perikemanusiaan umumnya dapat terjamin keselamatannya, baik yang behubungan dengan hidup dan peripenghidupannya maupun yang bersangkutan dengan kepentingan dan keperluan keduniaan yang lainnya.
Selain daripada itu, kejurusan ukhrowiyah Ummat Islam bercita-citakan “memperoleh Keselamatan dan Kesejahteraan Akhirat”, ialah Dunia Baqa; atau dengan kata-kata lain: Dar-ul-Salam. Ialah Dunia sempurna,’ alam dibalik kubur, yang dijanjikan Allah atas tiap-tiap hamba-Nya, yang sengaja dan pandai melakukan kewajibannya dengan sempurna, sepandjang tuntunan dan pertunjukan Kitab-Nya dan contoh tauladan Nabi-Nya yang penutup.
Begitulah harap dan do’a tiap-tiap jiwa yang berideologi Islam, jika pada suatu saat ketemu dengan ujung kesudahan hidupnya; setelah menyelesaikan ‘amal-usaha dan kewadjibannya, yang perlu diperbuat semasa diberi hanya oleh Dzat yang Maha Pemurah dan Maha Asih. Karenanya pula, maka sering dikatakan oleh pemuka-pemuka Islam dan para ‘alim- ‘ulama, bahwa cita-cita Ummat Islam ialah : menuju dan memperoleh Mardhotillah dan Rahmatillah. Mardlotillah dan Rahmatillah di dunia, merupakan Dar-ul-Islam ! Sedang mardlotillah dan Rahmatillah diakhirat, mewujudkan Dar-us-Salam !
Cita-cita yang serupa itu tertanam dalam-dalam dan berakar kuat-kuat dalam kalbu Ummat Islam, sehingga tiap-tiap Muslim dan Mu’min menganggap hidupnya tiada berguna (mubadzir), bahkan ia merasa menanggung dosa yang sebesar-besarnja, jika ia menghentikan ikhtiar dan usahanya, bagi mencapai Dar-ul-Islam Dar-us-Salam !
D. IMPLEMENTASI KETAHANAN IDEOLOGI ISLAM
Perhatikanlah Q.S. Fushshilat:30
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Yang dimaksud Isti’anah ialah Isti’anah, yang mengandung pelajaran: jangan hendaknya kita mengharapkan perlindungan, pertolongan, kekuatan ataupun yang lain-lain, kecuali dari pada Allah. Harus pula ditanam dalam I’tiqad dengan teguh dan kuatnya akan kepercayaan, bahwa tiada yang Maha Luhur dan Maha Besar melainkan Allah; tiada yang wajib disembah dan wajib ditakluk-tunduki melainkan Dia; tidak ada yang dapat memberi rizqi, menghidupkan dan mematikan, melainkan Dia; singkatnya, hendaklah tertanam dalam hati kita, bahwa tidak ada yang boleh mengenai kita, melainkan dengan izin-Nya.
Kepercayaan yang demikian itu boleh tumbuh dari pada penyerahan diri (tawakkal) yang penuh-penuh kepada Allah! Sikap pendirian Isti’anah ini memang mahal, karena tak dapat dibeli dengan harta dunia ! Lebih-lebih tidak dapat tercapai dengan kenang-kenangan belaka ! Tetapi sebaliknya, boleh jadi dikatakan murah, karena untuk membeli kita tak perlu memakai mata uang, melainkan kita hanya wajib berjalan dan berlaku dengan bersungguh-sungguh pada jalan yang diridloi oleh Allah. Periksa dan bandingkanlah dengan Kitaboellah, Surah Al-Fatihah (1) ayat 5, Surah Al-Baqarah (2) ayat 153, dan Surah Al-‘Araf (7) ayat 128.
Istitha’ah ini mengandung ajaran, supaya tiap-tiap manusia yang hendak mencapai ‘amal kesempurnaan, hendaklah suka membanyak-banyakkan, memperluas-luas dan memperdalam sekalian perbuatan dan usahanya. Sebanyak tenaga yang ada pada kita, sebanyak itu pula hendaknya digunakan untuk keperluan membela Agama Allah ! Sebanyak-banyak pengetahuan, harta, pengertian dan lain-lain yang dikeruniakan Allah kepada kita itu, sebanjak itu pula hendaknya kita ber’amal !
Tak ada tawar-menawar, dan tidak pula kenal sikap menanti-nanti ! Tiada tujuan bagi dia, melainkan ‘amal-‘ibadah yang sempurna, ‘amal ‘ibadah yang menuntut sekalian apa yang ada padanya, dlohir dan bathin, yang sekecil-kecil hingga yang sebesar-besarnya.
Demikianlah arti Istitha’ah itu dengan amat ringkas. Lebih jauh, hendaklah dibandingkan dengan ajaran-ajaran dalam Al-Qur-an, Surah Al-Anfal (8) ayat 60 dan Surah At-Taghabun (64) ayat 16 !
5. CITA-CITA & KENYATAAN (IDEOLOGI DAN REALITEIT)
Didalam perjuangan politik, maka kita selalu harus berpegangan kepada dua aqidah politik. Aqidah yang pertama ialah Ideologi atau cita-cita, tegasnya maksud dan tujuan daripada perjuangan politik. Tiap-tiap usaha dan amal politik yang dilakukannya harus dan wajib diarahkan kepada tercapainya Ideologi itu, walaupun betapa pula goda dan coba dalam perjalanan itu. Adapoen akidah politik kedua ialah Realiteit, tegasnya: Kenyataan, ialah bukti syari’at yang terletak didepan mata kita. Kenjataan itu boleh merupakan sejumlah kekuatan, jiwa, harta, kecakapan, kepandaian, dan lain-lain seterusnya. Semuanya itu mewujudkan syarat dan alat perjuangan, untuk mendekati dan mencapaikan maksud serta tujuan (Ideologi).
Satu tamsil mumkin memudahkan kita berpikir secara politik. Taruhlah, kita ingin pergi ke Bandung atau Jakarta. Menginjak Bandung atau Jakarta adalah maksud kita. Itulah ideologi kita. Lalu kita mencari dan memperoleh syarat dan alat, untuk menyempurnakan perjalanan, mendapatkan Bandung atau Jakarta. Dikumpulkannya uang untuk pelbagai biaya dijalan; dipersiapkannya perbekalan lainnya, seperti: mencari kereta-api atau mobil yang pergi kearah itu, naik sado pergi ke stasiun, dan lain-lain seterusnya. Semua persiapan dan perlengkapan untuk melangsungkan pepergian itu dinamakan Realiteit atau Kenyataan. Taruhlah, kereta api tidak ada, karena perhubungan jalan kearah itu terputus, hendaknya kita mencari mobil, Taruhlah, mobil tidak kita dapatkan, maka haruslah kita mencari kendaraan lain. Dan kalau akhirnya kendaraan apapun tidak mumkin diperdapat, maka dengan jalan kaki atau merangkak-rangkak sekalipun hendaknya perjalanan harus terus dilangsungkan, asal perjuangan (pepergian) jangan sampai tertunda atau terhenti, karena kekurangan atau sepinya syarat.
Seorang ahli perjuangan yang ber-ideologi tidak pernah terhenti – jangankan sengaja menghentikan diri —dalam usahanya mendekati dan mencapai cita-citanya. Mumkin pada suatu waktu ia tampak lari “milir-mudik”, melompat kekanan dan kekiri, terbang kebarat atau ketimur – karena keadaan dan kenyataan masyarakat tidak memberi kemumkinan atau kelapangan lebih daripada itu– , tetapi dalam pada ia terombang-ambing oleh gelombang masyarakat dan terdampar diatas pantai kesengsaraan, maka mata-hatinya tidak pernah lepas dari Ideologi. Tiap-tiap langkah dan geraknya selalu diarahkan kepada tercapainya ideologi. Ia hidup dengan ideologinya dan ingin mati pun dalam jalan dan usaha menuju tercapainya ideologi itu. Jiwa perjuangan yang serupa itu tiadalah ternilai harganya. Jiwa yang serupa itu adalah mustika bangsa, yang menjjadi benih kemuliaan dan keluhuran sesuatu ummat dan Agama.
Alhamdu lillah, kita bangsa Indonesia masih boleh merasa bangga, bahwa didalam kalangan bangsa kita masih terdapat pemimpin-pemimpin ummat yang berbudi luhur itu. Hal ini kami anggap perlu menyatakannya, walau hanya dengan sepatah dua patah perkataan. Sebab menurut kejadian dalam waktu yang silam, baik pada zaman Belanda atau pada zaman Jepang maupun pada zaman merdeka ini, tidak sedikit jumlahnya pendekar-pendekar bangsa yang hanyut dalam lautan goda dan coba keduniaan (pangkat, harta dan lain-lain seterusnya) atau karena tidak tahan lagi kena pukulan badai nista dan sengsara hina dan papa, ialah kadar resiko yang boleh dikurniakan kepada tiap-tiap pemimpin ahli perjuangan bangsa, nusa dan agama.
Juli 23, 2013 at 3:53 pm
Idiologi Islam adalah la illaha illalloh muhammadarrosululloh, bukan muhammdaiyah, NU, LDII, NII atau yang lainnya… benar atau salah…
Agustus 9, 2013 at 8:21 am
setuju! ideologi islam adl lailahaillalloh, mhmmd rosululloh..dan NU,MD,LDII,NII adl sarana menuju aplkasi ideologi islam ini. Mk dr itu pilihlah dari sarana2 yg ada itu, yg mengajak kpd mewujudkan lailaaillalloh mhmmdrosulloh, jng sampai tergiur kpd ajakan kpd selain Alloh dlm aspek sekecil apapun. Untuk mngthui apkh orgnsasi/grkn islam trsbut mrpkn sarana untuk mngaplikasikan ideologi islam atw tidak, mari kita ajukan prtanyaan berikut: maukah anda mndukung perubahan negara indonesia mnjd negara islam dan brhukum dg hukum islam?. saya mnduga kbnykan akan mnjwb dg ragu2, kcuali NII dan JAT
Agustus 11, 2013 at 9:42 pm
ana sangat setuju..jika indonesia menjadi negara islam serta berlandasan dgan hukum” islam, yg sudah di gariskan dan ditentukan ALLAH.
Agustus 18, 2013 at 3:36 am
kalau memang benar orang islam pasti dia akan mendukung negeri ini menjadi negeri yang menjalankan islam secara keseluruhan.
Agustus 20, 2013 at 5:19 am
sy mw tanya pk abu qital. bgaimana aplikasi hukum islam pd masa perang? apakah hnya belum di brlakukan sbgmna kalau sudah de facto, atau ada hukum2 yg khusus dlm masa peperangan? mohon pnjelasannya… trmksh..
September 27, 2013 at 1:42 am
saya dikasih rizqi dari alloh,bisa menghirup udara dan bernafas ini karena Alloh,dan meninggalpun kembali pada Alloh,jd kenapa harus tidak setuju klo negeri ini di atur dalam hukum2 Alloh juga.Baldatun toyyibatun wa robbun gofuur.
September 29, 2013 at 2:32 am
mari jngan hanya setuju, tp jg brpartisipasi dlm prjuangan& usaha2 menegakkan hukum islam. untuk NII dn JAT berkoordinasilah kalian, spy tdk trpch belah. Mhmmdyah,NU dan yg lain: tdk spntasnya kalian mengatasnamakan diri sbgai orgnsasi islam bila kalian tdk mngarahkan langkah kalian menuju tegaknya hukum islam, apalagi bila kalian justru mndoktrin umat untuk mnjdikan pancasila sbgai hrga mati, na’uzdubillahminzdalik.
Oktober 1, 2013 at 4:58 am
betul sekali mas
November 7, 2013 at 1:03 am
ngeri kalliiiii
Oktober 1, 2013 at 4:04 pm
wahai warga mhmmdyah, NU, dan yg lainnya: bila di akhirat nanti malaikat bertanya pd kalian ” dlm keadaan bgmna kamu di wafatkan?” apa jwaban yg bisa anda ktkan,? bisakah anda mnjwab, kami dlm kedaan leluasa mnjalankan hukum Alloh,?, sdangkan kenyataannya didunia tdk bgitu? tentu kalian hnya akan bs mnjwab sprti yg trcntum dlm alquran,,yaitu kami dlm keadaan tertindas di muka bumi, kmdian malaikat brkata: bukankah bumi Alloh itu luas? shngga kamu bisa hijrah?” renungkanlah….
Oktober 4, 2013 at 6:20 am
terus hijrah kemana? ke iran
November 7, 2013 at 1:05 am
ngerrii kalii
Oktober 4, 2013 at 6:19 am
berarti PKS juga sarana untuk berlailahaillallah ya
Abuqital1:
PKS itu Parpol Islam yang berada didalam naungan Pancasila dan Pancasila itu sudah jelas sumber hukumnya dari ro’yu (akal pikiran) manusia. Jadi siapapun yg mengaku muslim tapi dia mengakui pancasila sebagai aturan hidupnya maka dia sudah berbuat SYIRIK AKBAR yang bisa menyebabkan keluar dari Islam (murtad).
November 30, 2013 at 12:24 pm
hhe bukan
Oktober 4, 2013 at 6:37 am
….kita ini umat islam sudah memiilki segalanya dan semuanya baik aturan atau hukum sarana( bumi ) yang kita pijak ini serta umat, kecuali satu yakni Pemimpin,maka untuk mewujudkan pemimpin tsb kita ummat islam harus memikirkan bagaimana sesama kita harus bersatu dalam ucapan, tindakan dan siapa saja yang mengaku islam dan menyatakan Allah swt adalah satu-satunya yang di’ibadati yang dijadikan Rabb dan Ilah serta Muhammad adalah Rasul dan utusanNya…….untuk sama – sama memikirkan dan mewujudkan PEMIMPIN….ya Pemimpin yang menjadi harga mati,
Desember 20, 2013 at 9:33 am
bos,
di bandung ada yayasan bernama zakaria
mirip zaytun, anggotanya dijadiin sapi perah
itu katanya NII.. kok islam kayak gitu ya
beneran tuh NII?atau sempalan juga kayak kw9?
AQ1:
Yayasan Zakaria itu bukan dari NII, salah satu pimpinannya bernama Bpk EMAN. Yayasan tersebut bukan pula dibawah wadah wa Tahmid karena beliau sendiri sudah mengatakan langsung. Beliau dalm mencukupi kebutuhannya sehari-hari mengandalkan dari lading yang dimiliki, tidak sepeserpun beliau menerima dari yayasan tsb. Uwa Tahmid jg mengatakan bahwa beliau BUKANLAH IMAM NII (Saya punya bukti rekaman video tentang ini).
Program perjuangan NII yg utama saat ini adalah MARHALAH JIHAD.
Februari 12, 2014 at 6:15 am
coba minta video nya…
Desember 23, 2013 at 5:02 am
nii adlh sarana utk brtauhid dan br~islam scr kaaffah yg paling tpt bg umat islam bangsa indonesia