A. IDENTITAS TERDAKWA
- Nama Lengkap: “Firaun Ala Indonesia”
- Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, Hari 17 Bulan 8 Tahun 05.
- Umur : Tidak jelas (apakah 1905 atau 2005 atau memang 05, yang jelas bukan 1945 karena tidak ada angka 45).
- Agama : Demokrasi (Islam, kristen, Hindu, Budha, Konghucu melebur jadi satu).
- Pekerjaan : Memusuhi dan Menghancurkan Penegakkan Hukum Alloh Subhanahu wa Ta’alaa dimuka bumi.
B. DASAR DAKWAAN
1) Al Qoshosh[28] ayat 8 dan 38
إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ
“Sesungguhnya Fir’aun, Haman dan bala tentaranya, mereka itu adalah orang-orang yang bersalah.” (Al Qashash: 8 )
مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي
“Aku tidak mengetahui ada tuhan bagi kalian selain aku.” (Al Qashash: 38)
2) An Nazi’at[79] ayat 17 dan 24
اذْهَبْ إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
“Pergilah kamu (Musa) kepada Fir’aun, karena sesungguhnya dia itu telah melampaui batas,” (An Nazi’at: 17)
أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى
“Akulah tuhan kalian tertinggi”. (An Nazi’at: 24)
3) Asy Syu’araa[26] ayat 29
لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ
“Andai kamu menjadikan tuhan selain aku, sungguh aku benar-benar akan memenjarakan kamu”. (Asy Syu’ara: 29)
4) Yusuf[12] ayat 40
إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلّهِ
“Hak menentukan hukum hanyalah milik Allah.” (Yusuf: 40)
5) Al A’raaf[7] ayat 54
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ
“Ingatlah, hanyalah milik-Nyalah penciptaan dan perintah.” (Al A’raf: 54)
6) Al Kahfi[18] ayat 26
وَلَا تُشْرِكُ فِي حُكْمِهِ أَحَدًا
“Dan janganlah kamu menyekutukan seorangpun di dalam hukum-Nya.”(Al Kahfi:26)
C. DAKWAAN
- Sumber hukum bukan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, akan tetapi rakyat.
- Hukum yang dipakai bukan hukum Allah tapi hukum buatan
- Memberikan kebebasan berkeyakinan dan mengeluarkan fikiran dan pendapat
- Kebenaran adalah suara terbanyak
- Tuhannya banyak dan beraneka ragam
- Persamaan Hak
- Menuduh para Mujahid sebagai teroris
- Menumpas dan memberantas para Mujahid yang ingin menegakkan hukum Alloh
Untuk mengetahui uraian dakwaannya silakan klik link dibawah ini:
1) http://millahibrahim.wordpress.com/seri-materi-tauhid/seri-6-tinjauan-kekafiran-demokrasi/
Januari 14, 2011 at 6:40 pm
saya amat suka pos ini. salam perkenalan .
Januari 23, 2011 at 2:07 pm
bskah anda membri kmi:
30 alasan yg spesifik apa ruginya jk tdk bergbung ato mendukung NII?
30 alasan yg spesifik apa untngny jk brgbung dgn NII?
Dan terakhir beritau sy alasan kmi dpt mempercayai anda,?
Februari 15, 2011 at 11:21 am
betul betul… Nyimak…
Februari 18, 2011 at 4:14 am
ana ingin mengetahui NII, dapatkah menjelaskannya kepada saya via email?
Maret 12, 2011 at 7:27 pm
Ini blog apaan sih?
NII kok buka2an… emang udah diperintahkan ya…
Umat islam sudah banyak tertipu dengan orang2 yg sangat lantang seperti anda… Banyak kejadian, orang2 yg lantang itu ternyata pada ahirnya diketahui sebagai anggota intel (seperti abdul haris yg menyusup ke JI, coba perhatikan selantang dan selancang apakah beliau 😉 )
Lantang hanya untuk mendapatkan simpati umat lalu mengobrak-ngabriknya dari dalam…
Zaman sekarang, kita harus ati-ati… berdakwah ya harus bersiasat, orang2 yg saya kenal justru berdakwah dengan sangat hati2..bukan takut, tapi bersiasat. Bukan lantang seperti ini, tapi menahan diri.
kalau lantang seperti ini… Hmmm saya justru curiga pak… hehehehe
Maret 13, 2011 at 1:20 pm
@alhaq :
Tetapi (ikutilah Allah), Allahlah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik penolong. (ALI ‘IMRAN ayat 150)
Maret 13, 2011 at 1:23 pm
@alhaq :
Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh-musuhmu. Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu). (AN NISAA’ ayat 45)
Maret 16, 2011 at 5:29 pm
@blackbalung
Aduh kang saya gak ngerti maksutnya…
Maret 16, 2011 at 10:13 pm
@alhaq
dalam komentar anda dapat disimpulkan kalau anda memberi input(masukan) saling berbenturan dengan tujuan input dan seolah-2 anda di paham yang sejalan dengan abuqital
contoh :
1. anda mencoba memberikan input tentang perintah publikasi dengan menanyakan NII kok buka2an? tapi anda bantah dengan suudzonisme anda dengan perumpamaan abdul haris yang anda artikan penghianat secara tidak langsung sama dengan abuqital yang secara eksplisit hal ini bisa diartikan menuduh.
2. Anda juga mencoba memberikan input tentang siasat dan tujuan dakwah akan tetapi anda bantah lagi-2 dengan suudzonisme anda kalo isi dakwah diblog ini diragukan kebenarannya
dari hal tersebut pendekatannya seperti ini :
bos,ente jualan barang bagus kayak gini kok di pinggir jalan? atau jangan-2 barang yang ente jual palsu…
secara netiket seharusnya anda beri komentar seperti ini via email itu juga kalo anda benar-2 sejalan dengan paham abuqital
kalo di pandang dari segi amniyah dan sifat data yang di publikasi sepertinya sudah umum karena banyak blog yang memuat data-2 seperti ini.. coba deh anda “blogwalking”
jadi intinya ;
baik yang buat blog atau pengunjung blok ini kalo tujuannya untuk mencari petunjuk dan mengikuti perintah Allah dengan ikhlas pasti Allah akan jadi pelindungnya.
*abdkhr
Maret 18, 2011 at 5:55 pm
Mungkin harus baca ulang komentar saya, adakah kata2 sy yg menunjukan bahwa sy meragukan isi post di atas?
Kutip :
“bos,ente jualan barang bagus kayak gini kok di pinggir jalan? atau jangan-2 barang yang ente jual palsu…”
yg saya ragukan bukan barangnya pak…tapi si penjualnya…. ini maksud komentar sy yg pertama.
Maret 19, 2011 at 12:36 am
kalo anda teliti pendekatan yang saya umpamakan itu ada 3 faktor yang menjadi alasan yang bisa timbul;
1. Keraguan akan tempat jualannya
2. Keraguan akan barang dagangannya
3 Keraguan terhadap penjualnya
trus apakah akan berdampak langsung jika disebelah anda ada beberapa orang yang tertarik ingin membeli juga?
oleh sebab itu saya per-tegas lagi dengan kata-2
kuti:
secara netiket seharusnya anda beri komentar seperti ini via email itu juga kalo anda benar-2 sejalan dengan paham abuqital
kalo sejalan dengan faham tetapi tidak sepaham dengan cara penyampaian kan mu’min bisa saling mengingatkan dengan cara yang baik tujuannya untuk mencegah fitnah…
karena strategi Intel Thoghut dunia maya maupun dunia nyata selalu seperti itu…
membuat fitnah dan menyamarkan kebenaran lewat kata bermakna konotatif dan sifatnya propaganda negatif…
sekedar tambahan;
saya cari NKA-NII mulai browsing dari tahun 1999 dan nemukan data-2 tentang sejarah NII diutarakan dengan jelas dengan tegas dan terbuka baik oleh penulisnya maupun kontributornya
http://www.dataphone.se/~ahmad/
yang diantaraanya berisi pemutarbalikan fakta oleh negara Thoghut(NKRI beserta sekutu-2nya) yang memutar-balikkan sejarah NII ,dan ada juga tentang kesesatan boneka buatan NKRI yaitu KW 9 dll…
akhir kata
Cukuplah Allah yang menjadi saksi dan senantiasa mensucikan langkah para mujahid yang ber-Istiqomah mentegakkan Kalimat Allah…
Maret 16, 2011 at 10:39 pm
Kesimpulan akhir;
tipe komentar yang sejenis @alhaq adalah tipikal intel Thoghut..(sistem pancing jaring) banyak ditemukan di blog abuqital atau di blog lain yang isinya tentang Tauhid, komentar-komentar jenis ini walaupun beda-2 nick/id nya. maksud tujuannya merusak dakwah dan mencari statistik pengikutnya.
yang perlu dihindari;
– bertemu atau chatting (dapat detect IP karena realtime ol-nya)
– sebisa mungkin posting jangan di satu tempat yang hanya memiliki 1 IP adress…
*abdkhr
Maret 17, 2011 at 6:48 am
Kok aku gak ngerti apa maksud postnya, apalagi stlah baca2 komenya
Blog-blog ngawur nich….
Maret 18, 2011 at 5:48 pm
gak ngerti apa gak mau ngerti..?
Maret 18, 2011 at 3:50 pm
anjing menggonggong kafilah ttp berlalu, teruskan abu! mrk buat makar, alloh buat makar pula dan lbh dahsyat sdg mereka tdk tahu(toge laknatullah) mau ada intel,bin,bais,paspampres,densus,dengultor,dll yaqinlah alloh akan menjadi pelindung hamba2 nya yg menyeru d jln Nya. Allohu akbar.
Maret 18, 2011 at 5:47 pm
kekekekeke…
Maret 19, 2011 at 6:31 pm
@blackbalung
Saya ngerti maksudnya…
Mohon maaf kalau saya salah ucap…
Maret 25, 2011 at 2:05 pm
Sungguh sangat menarik membaca blog dan koment2 disini.
Maret 27, 2011 at 4:14 am
asalmualikm wr.wb.
nice postnya,, izin copas.. buat di tempel di blog aku yua.,,, heee,
saya sangat mendukung sekali berdirinya NII,, dan ingin sekali segera bergabung dengan NII,,, salam perjuangan.
April 5, 2011 at 2:17 am
ide2 seperti ini seolah indah suci dan di ridoi.
Tapi pada kenyataan pelaksanaan nya akan bebrbenturan dengan masyarakat dan berdarah darah. Xixixixi
April 10, 2011 at 8:05 am
Apa maksud bapak agus, akan berbenturan dengan masyarakat dan berdarah-darah. justru kita berbaur dengan masyarakat dan menyeru masyarakat di RI yang mereka tidak tau, tersesat, tidak tau jalan, yang masih bergelimang dosa dan lain-lain menyeru/da’wah bil hikmah. Lihat Rosul muhammad SAW ketika futuh mekkah tidak ada pertumpahan darah karena sudah terkondidikan masyarakatnya oleh da’wah juga karena perjanjian hudaibiyah tersebut.
April 7, 2011 at 5:53 am
hm…keren banget blognya !!…
April 22, 2011 at 1:18 am
@ALHAQ
;D
April 22, 2011 at 1:24 am
@ALHAQ
😉 yoi yoi
@abu
dalam fiqhu da’wah ada 2 periode Mekah & madinah yang sy tau ..mohon penjelasannya?
malis,,,kalu benar mengikuti sunnah rosul dalam pergerakan pun harus sesuai dengan contoh rosul…
April 23, 2011 at 8:30 am
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfa’at bagi orang-orang yang beriman.”
(Al Qur’an 051:55)
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.”
(Al Qur’an 002:159)
“F A K T A”
SIAPAPUN PRESIDEN DAN WAKILNYA – PANCASILA IDEOLOGINYA
APAPUN AGAMA PRESIDEN DAN WAKILYNA – KUHP HUKUM-HUKUMNYA
ISLAM DAN BERIMANKAH KITA DI HADAPAN ALLAH SWT?
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
Siapakah yang dinyatakan oleh Allah Swt orang-orang yang beriman, yang mereka itu diseru untuk mematuhi Allah dan rasul-Nya secara kaffah?
– Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya; kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar beriman. (Q. Al Hujurat 15)
Dan siapakah pula yang dinyatakan oleh Allah Swt orang-orang yang kafir?
– Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. (Q. Al Baqarah 6)
– Hai orang-orang yang beriman, ber-Dinnul Islam-lah kamu secara kaffah (secara keseluruhan), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari Dinnul Islam) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q. Al Baqarah 208-209)
– Pada hari ini, telah Aku sempurnakan Agamamu (Pedoman Hidup dan Kehidupanmu) untukmu. Telah Aku cukupkan nikmat-nikmat-Ku untukmu. Dan telah Aku ridhai (Aku setujui dan Aku restui) Islam sebagai Pedoman Hidup dan Kehidupanmu. (Q. Al Maidah 3)
– Siapa saja yang mencari (apalagi yang memakai) pedoman hidup dan kehidupan selain Dinnul Islam, maka tidaklah akan diterima (tidak dinilai ibadah) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (Q. Ali Imran 85)
Bagi seluruh umat manusia, tidak terkecuali bangsa Indonesia yang telah bersyahadat menyatakan diri mereka Islam dan beriman, tentu mengimani Kebenaran Ketetapan Allah Swt yang tersebut di atas. Jika tidak, tentu mereka bukan orang-orang yang beriman.
Intinya adalah, tidak ada agama atau pedoman hidup dan kehidupan yang lain bagi mereka, selain Dinnul Islam dan Nabi Muhammad Rasulullah Saw adalah panutan, contoh dan tauladan bagi mereka di dalam menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan mereka, baik di kala mereka hidup sendiri-sendiri berpribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
Berdinnul Islam secara kaffah dengan mematuhi segala perintah adalah Perintah Allah Swt yang wajib dipatuhi oleh seluruh umat Islam yang beriman, sebagaimana realisasinya yang benar telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw pada masanya.
Rasulullah Saw berpribadi, Rasulullah Saw berkeluarga, Rasulullah Saw bermasyarakat, Rasulullah Saw berbangsa, dan Rasulullah Saw bernegara. Bahkan, Beliau adalah kepala negaranya. Semua aspek hidup dan kehidupan Beliau berserta umat Islam yang beriman, begitu juga yang belum beriman yang berada di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah pada saat itu, ditata dan diatur berazastunggalkan Dinnul Islam seutuhnya atau yang lazim disebut dengan “secara kaffah”.
Nabi Muhammad Rasulullah Saw tidak pernah mengajak bangsa Arab, baik yang kafir maupun yang beriman, dengan seruan Beliau yang seperti ini, misalnya: “Wahai saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Demi persatuan dan kesatuan bangsa Arab, marilah sama-sama kita rekayasa suatu ideologi yang baru, selain Dinnul Islam, kemudian kita lengkapi ideologi tersebut dengan hukum-hukum dan undang-undang serta peraturan-peraturan yang kita butuhkan. Kemudian, kita jadikan dan kita pergunakan ideologi kita tersebut berserta hukum-hukumnya sebagai satu-satunya azas pedoman hidup dan kehidupan kita berbangsa dan bernegara, baik bagi yang beriman maupun yang kafir, agar kita semua dapat selamat dan sejahtera di dunia dan akhirat”.
Pernahkah Rasulullah Saw mencontohkan ber-Dinnul Islam seperti misal ajakan Beliau yang tersebut di atas?
Bukankah misal ajakan Rasulullah Saw itu seperti kita beragama, berbangsa dan bernegara di Indonesia?
Kalaulah kita, seluruh bangsa Indonesia yang telah bersyahadat menyatakan diri kita islam dan beriman, dan kita beriman sesuai dengan Ketetapan Allah Swt dan sesuai pula dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, tentu kita tidak akan pernah berideologi yang lain, selain Dinnul Islam, Pancasila misalnya, di dalam kita menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan kita, baik di kala kita beragama, berbangsa maupun bernegara. Seluruh aktifitas hidup dan kehidupan kita, bahkan mati kita pun hingga cara penguburan mayat kita haruslah berazas-tunggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Itulah Ketetapan Allah Swt bagi seluruh manusia yang mau digolongkan sebagai orang-orang yang beriman, yang imbalannya, adalah Jannah. Beriman dulu yang benar sesuai dengan Ajaran-Nya, barulah kemudian beramal saleh, yang harus juga sesuai dengan Bimbingan Allah Swt dan contoh serta tauladan yang telah diberikan oleh Rasulullah Saw. Maka barulah hidup dan kehidupan kita bernilai ibadah di sisi-Nya. Sebagaimana KetetapanNya atas penciptaan diri manusia.
– Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.
(Q. Az-Zaariyaat 56)
Apakah Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam memang tidak berlaku atas umat Islam Indonesia?
Ataukah kita, Umat Islam Indonesia yang jumlahnya mayoritas di Indonesia ini, telah mendapatkan dispensasi atau keringanan dari Allah Swt untuk tidak berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam tetapi kita masih dianggap beriman oleh Allah Swt di hadapan-Nya?
Ataukah kita, umat islam Indonesia, yang tidak mau ber-Syariat Islam karena kita merasa berat mematuhinya, walaupun itu untuk kebaikan kita? Dan kalaupun kita mau ber-Syariat Islam, bagaimana mungkin kita dapat melaksanakannya karena kita masih tetap ber-Pancasila? Bukankah Pancasila juga mempunyai hukum-hukumnya sendiri yang harus dipatuhi oleh kita-kita yang ber-Pancasila? Sementara Allah Swt, yang kita imani dengan Dinnul Islam-Nya, juga mewajibkan kita, Umat Islam Indonesia, berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum-Nya atau Syariat Islam. Bahkan, Dia mengkafirkan siapa saja manusianya yang tidak mau, dan juga yang menolak atau tidak setuju atas pelaksanaan Syariat Islam.
Bagaimanakah kita berpedoman di dalam menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan kita sebagai orang-orang yang telah bersyahadat menyatakan diri kita Islam dan beriman di dalam berbangsa dan bernegara?
Siapa yang harus kita patuhi? Tuhan kita, Allah Swt, dengan Syariat Islam-Nya, ataukah Pancasila kita Nan Sakti dengan hukum-hukum thaghutnya?
Bukankah ini artinya kita berdualisme dalam berpedoman, alias beragama “suka-suka”? Kita beragama sesuai dengan selera kita. Mana yang cocok dengan selera kita, kita patuhi. Dan mana yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu kita, kita ingkari. Kita beriman akan sebagian isi Al Qur’an dan kufur akan sebagian yang lainnya. Seperti inikah Rasulullah Saw mengajarkan dan mencontohkan kepada kita ber-Dinnul Islam? Koq kita tidak bermalu mengklaim diri kita sebagai umat Beliau?
Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam tidak berlaku di Negara Republik Indonesia, karena NKRI bukanlah Negara Islam. Padahal, kabarnya, mayoritas penduduknya beragama Islam (?). Apakah ada Allah Swt memerintahkan dan meridhoi kita, seluruh Umat Islam Indonesia, untuk mendirikan suatu negara yang berideologikan ideolgi manusia dan berhukum serta berhakim kepada hukum-hukum buatan manusia alias hukum-hukum thaghut?
Sewaktu berjuang merebut kemerdekaan kita berteriak, “Allahu Akbar!” Tetapi, setelah merdeka, di mana kita letakan Ideologi dan Hukum-Hukum Allah? Koq malahan ideologi manusia dan hukum-hukum thaghutnya yang kita jadikan pedoman hidup dan kehidupan kita berbangsa dan bernegara? Dengan cara seperti inikah kita bersyukur kepada Allah Swt?
Wahai saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
Ini adalah FAKTA cara kita beragama. Kita ber-Dinnul Islam dengan cara kita, berdualisme dalam berpedoman, bukan dengan cara Rasulullah Saw yang hanya ber-Dinnul Islam secara kaffah. Beliau tidak berideologikan yang lain, selain Dinnul Islam, dan begitu juga para sahabat serta umat Islam yang beriman lainnya pada saat itu.
Dan yang sangat naïfnya bagi kita adalah, kita selalu berdo’a memohon dan mengharapkan syafa’at beliau di kemudian hari. Tetapi ironinya adalah, disuruh beriman sebagaimana Rasulullah Saw beriman sajapun kita tidak mau. Koq, bisa-bisanya kita mengharapkan syafa’at beliau dan menginginkan Surga Allah?
Oh, alangkah rancunya kita ber-Dinnul Islam karena kita berdualisme dalam berpedoman. Kita buat tandingan bagi Ideologi Allah Swt, yaitu Ideologi Panca Sila. Dan kita anugerahkan Pancasila kita itu dengan ungkapan yang hebat, yaitu “Nan Sakti” atau Yang Sakti, walaupun kita tahu Pancasila kita Nan Sakti itu tidak bisa menciptakan apa-apa, walau sehelai rambutpun, karena memang Pancasila itu bukan apa-apa, kecuali ideologi manusia yang membawa pengikutnya ke jurang neraka.
Tidakkah cukup Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) menjadi pedoman hidup dan kehidupan bagi orang-orang yang beriman?
Ini adalah suatu perbuatan syirik yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah Swt, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali kita bertaubat nasuha dengan meninggalkan Pancasila untuk selama-lamanya, dan kembali ke Dinnul Islam secara kaffah.
Apakah orang-orang yang beriman seperti kita-kita ini yang dimaksud oleh Allah Swt sebagai pewaris surga? Surga itu milik siapa? Milik Allah Swt, atau milik Pancasila kita Nan Sakti? Atau memang ada Pancasila kita Nan Sakti memiliki Surga sehingga kita mau berhukum dan berhakim kepadanya? Ataukah kita yang memang tidak mempergunakan akal sehat kita? Tetapi yang jelas, kita mendahului hawa nafsu kita yang tidak terbimbing oleh Bimbingan Allah, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga kita tidak saja beragama suka-suka, tetapi ternyata, kita juga berbangsa dan bernegara sesuka-suka kita. Ini adalah FAKTA yang ada di depan mata kita. Maukah kita kafir selamanya sampai ajal tiba menjemput kita?
– Menetapkan Hukum itu hanyalah Hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi Keputusan yang paling baik. (Q. Al An’am 57)
– Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Namun (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Q. Al Ma’idah 50)
– Siapa saja yang kafir sesudah beriman (karena tidak mau berhukum kepada Hukum-Hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi. (Q. Al Ma’idah 5)
– Siapa saja yang memutuskan (suatu perkara) tidak menurut apa yang diturunkan Allah, berarti mereka adalah orang-orang kafir. (Q. Al Ma’idah 44)
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
Orang-orang kafir atau masyarakat kafir, bangsa-bangsa kafir, negara-negara kafir, pemerintahan-pemerintahan kafir dan pemimpin-pemimpin kafir di seluruh penjuru bumi Allah ini tentu mereka semuanya tidak berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam karena mereka memang kafir atau tidak beriman kepada Dinnul Islam. Mereka berhukum dan berhakim kepada hukum-hukum thaghut, yaitu hukum-hukum yang dibuat oleh mereka sendiri, sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, yang mereka anggap benar dan adil. Mereka tidak diperintahkan oleh Allah Swt untuk menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan mereka dengan berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam karena mereka memang tidak beriman kepada Dinnul Islam. Dan bagi mereka, Allah Swt telah menetapkan Ketetapan-Nya, yaitu Jahannam tempat kembali mereka. Itulah seburuk-buruknya tempat kembali.
Hanya orang-orang yang beriman atau masyarakat yang beriman, bangsa-bangsa yang beriman, negara-negara yang beriman dan para pemimpin yang beriman yang tidak berideologikan yang lain, selain Dinnul Islam, yang mau dengan ikhlas karena iman, menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan mereka dengan berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw.
Dan ber-Dinnul Islam secara kaffah dengan mematuhi segala Perintah, termasuk berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam hanya dapat dilaksanakan di suatu Negara atau Pemerintahan yang berazas-tunggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, yaitu yang lazim disebut dengan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Daulah Khilafah Islamiyah tersebut tidaklah mungkin terbentuk dengan sendirinya atau orang-orang kafir yang mendirikannya kemudian dipersembahkan kepada Umat Islam Indonesia untuk mengelolanya. Ini adalah suatu hal yang mustahil. Tetapi sayang, sedikit sekali di antara kita yang memikirkannya. Padahal, Allah Swt telah mengisyaratkan dan Rasulullah telah mencontohkan kepada orang-orang yang beriman untuk memiliki suatu wadah pemerintahan yang berazas-tunggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
– Wahai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul(Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Q. An Nisa’ 59)
Bahkan di dalam tatanan Pemerintahan Islam sekalipun di mana ada orang-orang kafir atau non muslim yang di lindungi oleh Pemerintah atau Negara Islam, Allah Swt telah memperingatkan kita untuk berhati-hati di dalam memilih para pemimpin, jangan sampai Pemerintahan Islam tercemar dengan unsur-unsur kafirun dan munafikun.
– Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu jadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Siapa saja di antara kamu memilih mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim. (Q. Al Ma-idah 51)
– Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang-orang beriman. Siapa saja yang berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembalimu. (Q Ali Imran 28)
– Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu jadikan bapak-bapakmu dan saudara-saudaramu menjadi pemimpin-pemimpinmu, jika mereka memilih kekafiran daripada keimanan. Siapa saja di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (Q. At-Taubah 23)
Akankah kita beriman di kala kita berbangsa dan bernegara sesuai dengan Petunjuk dan Ketetapan Allah Swt seperti apa yang disampaikan di atas agar kita tidak tergolong orang-orang yang merugi di kemudian hari, ataukah kita harus selamanya beragama seperti nenek moyang kita beragama walaupun mereka tidak berada di atas Kebenaran Illahi?
Oleh sebab itu, marilah kita semua, Bangsa Indonesia yang telah bersyahadat menyatakan diri kita Islam dan beriman, bertaubat nasuha dengan meninggalkan semua ideologi yang bukan Ideologi Allah, Pancasila misalnya, dan kembali ke jalan yang benar, yaitu Ideologi Allah – Dinnul Islam – Al Qur’an dan Sunnah Rasul agar kita semua dapat selamat di dunia dan akhirat.
– Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menta’ati orang-orang yang kafir, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (menjadikan kamu kembali kafir), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi. (Q. Ali Imaran 149)
– Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir. (Q. Ali Imran 32)
– Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Qur’an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. (Q. Al Qasas 85)
Wahai saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
Sebagai Bangsa Indonesia yang telah bersyahadat menyatakan diri kita Islam dan beriman, maka haruslah kita sadari dan kita insyafi bahwasanya:
1. Pancasila bukanlah Agama Islam. Bahkan, bukan pula agama Bangsa Indonesia. Dan Agama Islam tentu bukan pula Pancasila karena Pancasila memang bukan Agama. Maka benarlah pernyataan para pancasilaist, “Pancasila bukan agama!”.
2. Pancasila adalah ideologi manusia, sedangkan Dinnul Islam adalah Ideologi Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah Swt, Tuhannya orang Islam yang benar-benar beriman, yang beriman sesuai dengan Petunjuk dan Ketetapan-Nya.
3. Ber-Pancasila bukanlah berarti ber-Dinnul Islam ataupun beragama yang lain karena tidak ada satupun agama yang dianut oleh bangsa Indonesia yang berakidahkan Pancasila. Berdinnul islam bukanlah berarti berpancasila karena memang tidak ada sangkut pautnya diantara Dinnul Islam dengan Pancasila. Sungguh sangat nyata perbedaannya. Bagaikan siang dengan malam. Yang satu adalah Ideologi Allah Swt, Yang Haq, dan yang lain adalah ideologi manusia atau Yang Bathil. Al Qur’an adalah pembeda diantara yang Haq dan yang Bathil.
4. Berpancasila berarti harus berhukum dan berhakim kepada hukum-hukum Pancasila, yaitu hukum-hukum yang dibuat oleh manusia. Diberlakukan atas seluruh bangsa Indonesia. Suka atau tidak suka, wajib dipatuhi oleh seluruh warganegara Republik Indonesia yang berazastunggalkan Pancasila. Kalau tidak dipatuhi, tentu ada sanksi atau hukumannya, baik pidana maupun perdata.
5. Beragama Islam berarti harus pula berhukum dan berhakim kepada hukum-hukum Islam atau Syariat Islam, yaitu Hukum-Hukum yang Diciptakan dan Diwajibkan oleh Allah Swt atas seluruh umat manusia yang telah bersyahadat menyatakan diri mereka Islam dan beriman agar dapat diakui oleh Allah Swt, sesuai dengan Ketetapan-Nya, sebagai orang Islam yang benar-benar beriman. Dengan kata lain, bagi manusia yang telah bersyahadat menyatakan dirinya Islam dan beriman, dengan suka rela ataupun terpaksa, mereka harus berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah, karena kalau tidak, berarti mereka bukanlah orang-orang yang beriman. Dan fakta membuktikan, memang orang-orang yang tidak beriman alias orang-orng kafir yang tidak berhukum dan berhakim kepada Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam di dalam mereka menata dan mengatur semua aspek hidup dan kehidupan mereka di dunia ini.
6. Allah Swt mengkafirkan siapa saja manusianya yang tidak mau beriman kepada Dinnul Islam, dan yang memutuskan suatu perkara tidak menurut apa yang telah diturunkan-Nya. Dia juga menjadikan kembali kafir di hadapan-Nya, siapa saja manusianya yang telah bersyahadat menyatakan dirinya Islam dan beriman, tetapi tidak mau menerima atau menolak Hukum-Hukum Allah atau Syariat Islam diberlakukan atas dirinya, atas keluarganya, atas masyarakatnya, atas bangsanya dan atas negaranya. Maka hapuslah amalannya, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang merugi.
7. Sesungguhnya Allah Swt telah memberi kebebasan kepada manusia untuk menentukan pilihannya, di antara keimanan dan kekafiran, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari seperti apa yang telah menjadi Ketetapan-Nya berikut ini.
– Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka siapa saja yang ingin (beriman) silahkan ia beriman dan siapa saja yang ingin (kafir) silahkan ia kafir. (Q. Al Kahf 29)
8. Dan apabila kita mengikuti dan mematuhi dengan senang hati alias ridho kepada para pemimpin dan pembesar negeri yang kafir, yang memimpin tidak berazastunggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, maka kita akan menerima balasan seperti apa yang telah menjadi Ketetapan Allah Swt berikut ini.
– Tidakkah kamu perhatikan orang-orang (para pemimpin) yang telah menukar nikmat Allah (Bimbingan Allah) dengan kekafiran (yang bukan Bimbingan Allah) dan menjatuhkan pengikutnya (rakyatnya) ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman.
(Q. Ibrahim 28 – 29)
– Orang-orang (para pemimpin) kafir itu telah menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah (tandingan bagi Ideologi Allah) supaya mereka menyesatkan (rakyatnya) dari Ideologi-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah kamu karena sesungguhnya tempat kembalimu adalah neraka.” (Q. Ibrahim 30)
– Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Tetapi mereka masih mau berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya. ( Q. An Nisa’ 60)
– Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati)mu.
(Q. An Nisa’ 61)
– Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q. An Nisa’ 65)
– Apakah kamu beriman (mendengar dan mematuhi) kepada sebahagian Al Kitab (Bimbingan Allah) dan kafir (mendengar dan mengangkangi) terhadap sebahagian yang lain? Maka tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada azab yang paling berat. (Q. Al Baqarah 85)
– Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain),” serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), mereka itulah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya (dedongkot kafir). Kami telah menjadikan untuk orang-orang kafir seperti itu siksaan yang menghinakan. (Q. An Nisa’ 150-151)
– Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang dzalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam. (Q. Al An’am 44 – 45)
– Siapa saja yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.
(Q. An Nahl 106-107)
– Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman.
(Q. Al Baqarah 8)
– Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada yang mendirikan masjid untuk menimbulkan bencana (pada orang-orang yang beriman), untuk kekafiran dan untuk memecah belah (persatuan dan kesatuan) di antara orang-orang yang beriman, serta untuk menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka dengan pasti bersumpah, “Kami hanya menghendaki kebaikan.” Dan Allah menjadi saksi bahwa mereka itu pendusta (dalam sumpahnya).
(Q. At Taubah 107)
– Jangalah engkau melaksanakan sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih (akidahnya).
(Q. At Taubah 108)
– Demi masa.
Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasehati untuk menta’ati kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Q. Al ‘Asr 1-3)
– Dan ta’atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.
(Q. Ali Imran 132)
Wahai saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
Jadi sudah jelaslah bagi kita, seluruh Umat Islam Indonesia, bahwasanya kalau ada di antara kita, siapa pun dia adanya dan apa pun status sosial dan profesinya, yang telah bersyahadat menyatakan dirinya Islam dan beriman, tetapi pada kenyataannya, dengan suka rela dan senang hati mengambil dan menjadikan Ideologi Pancasila berserta undang-undang dan hukum-hukumnya sebagai pedoman hidup dan kehidupannya, baik untuk dia berpribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara, maka dia sesungguhnya bukanlah tergolong orang-orang yang beriman di hadapan Allah Swt.
– Katakanlah: “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling merugi perbuatannya?”. Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.
– Berkatalah orang yang beriman,
“Wahai kaumku!
Ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
Wahai kaumku!
Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
Siapa saja mengerjakan perbuatan jahat, maka dia akan dibalas sebanding dengan kejahatan itu. Dan siapa saja mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tidak terhingga.
Dan wahai kaumku!
Bagaimanakah ini, aku menyerumu kepada keselamatan, tetapi kamu menyeruku ke neraka?
(Mengapa) kamu menyeruku agar kafir kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu yang aku tidak mempunyai ilmu tentang itu, padahal aku menyerumu (beriman) kepada Yang Maha Perkasa, Maha Pengampun?
Sudah pasti bahwa apa yang kamu serukan aku kepadanya bukanlah suatu seruan yang berguna baik di dunia maupun di akhirat. Dan sesungguhnya tempat kembali kita pasti kepada Allah, dan sesungguhnya orang-orang yang melampui batas, mereka itu akan menjadi penghuni neraka..
Maka kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepadamu. Dan aku menyerahakn urusanku kepada Allah. Sungguh Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. (Q. Al-Mu’min 38 – 44)
– Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu Ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan siapa saja mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.
(Q. Al-Ahzab 36)
– Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu, kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).
Dan ikutilah sebaik-baiknya apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Qur’an) dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu secara tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”. (Q. Az-Zumar 53 – 55)
Wahai saudara-saudara sebangsa dan setanah air yang seiman.
– Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al Qur’an), mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat, kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (Q. Al Baqarah 159-160)
– Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling dari padanya?
(Q. As-Sajdah 22)
PEMILU 2014 telah di depan mata
Saat yang tepat untuk kita bertaubat nasuha
Kalau kita memang masih beriman kepada-Nya
Tentu kita tidak akan dapat menyertainya, karena Allah Swt melarangnya.
Para pemimpin yang dipilih
Dan semua rakyat yang memilih
Semua mereka wajib berhukum dan berhakim kepada hukum-hukum Pancasila
Itulah yang membuat kita menjadi kembali kafir di hadapan-Nya
Membersihkan qalbu setiap hari
Setelah bersih, dengan apa diisi?
Apakah diisi dengan Pancasila Nan Sakti
Ataukah diisi dengan Wahyu Illahi?
Inilah fakta hidup dan kehidupan kita
Bangsa Indonesia yang telah menyatakan diri kita Islam dan beriman
Ternyata di hadapan Allah kita belum beriman
Karena kita masih mau berideologi yang lain selain Dinnul Islam, yang membuat kita tidak berhukum dan berhakim kepada Syariat Islam
Ini hanyalah sebuah peringatan
Yang disari dari kitab suci Al Qur’an.
Mau beriman, silahkan beriman
Mau kafir, silahkan kafir
Sudah jelas mana yang haq dan mana yang bathil
Orang lain tidak menanggung dosa orang lain
Maha Suci Allah Yang Mengkafirkan manusia yang tidak mau berhukum dan berhakim kepada hukum-hukum-Nya. Dan hukum-hukum-Nya hanya dapat dilaksanakan di Pemerintahan Islam, suatu pemerintahan yang berazastunggalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul. Dan Pemerintahan Islam tidak akan pernah ada sampai hari kiamat kalau umat islamnya tidak pernah mau mengadakannya.
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain Dia. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (dari padanya). (Q. Al A’raf 3)
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (Q. Al Buruj 10)
Dan siapa saja yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya. (Q. An Nisa’ 93)
Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: “Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)”, serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. (Q. An Nisa’ 150-151)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q. Al Baqarah 208-209)
Apakah kamu beriman (mendengar dan mematuhi) kepada sebagian Al Kitab (Bimbingan Allah) dan kafir (mendengar dan mengangkangi) terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (Q. Al Baqarah 85)
April 23, 2011 at 1:10 pm
mengenai Q.s 16/01 dampak 16/02 kan perlu 8/16, 8/30,52/42,, korelasi dengan blog ini ?? mhn pnjlsn nya?
April 23, 2011 at 1:12 pm
MA’AF SALAH KETIK 😀 mengenai Q.s 60/01 dampak 60/02 kan perlu 8/16, 8/30,52/42,, korelasi dengan blog ini ?? mhn pnjlsn nya!
Mei 10, 2011 at 8:55 am
ah NII seperti sampah yg ada di NKRI
September 1, 2011 at 6:05 am
Baca dulu artikel ini lalu komentar.
http://millahibrahim.wordpress.com/seri-materi-tauhid/
Mei 18, 2011 at 5:43 am
kata ahlul syirik memang nii sampah.kata ahlul tauhid nkri sampah bagi nii.undang undang aja dapat mulung dari jalan
Juni 10, 2011 at 2:18 am
share ym dong min
Juli 17, 2011 at 2:55 am
Asalamualaikum .salam ukhuwah.ada sedikit yg mau saya katakan untuk para pengikut ajaran sesat thogut segera taubat jangan sampai alloh Swt
menurun kan laknat pada kalian.
Juli 17, 2011 at 2:58 am
Bismillah
Allah SWT telah berfirman dalam surah An-Nahl (16):36, yang artinya :
36. dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Allah tidak akan mengutus seorang Rasul (si pemberi kabar) kecuali untuk menyeru Manusia kepada Ketaatan kepada Allah dan menjauhi Thagut. apa thogut itu dan seperti apa wujudnya, itu semua sangat erat kaitannya dengan seseorang yang menyandang gelas Musyrikin dan dia melakukan kemusyrikan.
mari kita coba menilik firman Allah dalam surah AL-An-am (6):106 yang artinya :
106. ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Robbmu; tidak ada ILLAH selain dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
Dalam ayat di atas terdapat kalimat Thoyyibah yang diapit oleh 2 kata yang sangat berkonotasi. di awal ayat Allah memerintahkan kita untuk mengikuti apa yang telah diwahyukan Allah kepada kita dan setelah itu Allah juga mengingatkan kepada kita untuk berpaling dari orang-orang yang Musyrik… dari Orang2 yang menduakan ALLAH dengan hal yang lainnya.
Dua ayat di atas telah menggambarkan kepada kita bahwa kita disuruh mengikuti apa yang telah diwahyukan ALLAH melalui Rasul-rasulnya, melalui kekasih-kekasihnya dan melarang kita untuk menjauhi thogut dan berpaling dari orang-orang musyrik…
Ayat di atas terkesan memberi pesan bahwa thogut itu sama dengan orang2 musyrik, jika thogut itu sikapnya, sistemnya, lembaganya dan segala hal yang berhubungan dengan kesyirikan maka musyrik itu adalah gelar untuk orang yang melakukannya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa orang yang musyrik itu pasti masuk neraka, mereka kekal selama-lamanya dan tidak adakan masuk kedalam syurganya Allah. Allah juga telah berpesan bahwa ALLAH akan mengampuni seluruh dosa tetapi tidak untuk dosa syirik.
kenapa Syirik ini menjadi dosa yang TIDAK AKAN PERNAH DIAMPUNI OLEH ALLAH KECUALI DENGAN TAUBATANNASUHA…karena ALLAH tidak akan mau untuk diduakan oleh apa dan siapapun, karena ialah SANG MAHA KUASA, SANG MAHA SEGALANYA. tidak perlu ada keraguan lagi di dalam hati dan diri kita akan sesuatu yang bisa menandingi kHEBATAN dan KUASA ALLAH…
Di dalam AL-QUr’an, ada satu AYAt yang mengatakan bahwa orang2 yang melakukan syirik itu adalah najis, untuk lebih meyakinkan kita, mari kita buka Al Qur’an surah At Taubah ayat 28 yang artinya :
“28. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, Maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini. dan jika kamu khawatir menjadi miskin, Maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Ayat ini secara tegas dan gamblang mengatakan kepada kita bahwa orang2 yang berbuat syirik alias Musyrikin itu adalah NAJIS, dan ketahuilah bahwa tidak semua yang haram itu NAJIS tapi SEMUA yang NAJIS itu pasti HARAM…
ANaloginya seperti ini, bahwa orang yang berbuat hal2 yang mendekati zina itu haram tetapi mereka tidak najis. ada yang perlu dipertanyakan oleh kita semua berkaitan dengan alasan kenapa NAJIS itu digelarkan kepada orang2 Musyrik, alasannya ada 2, yaitu :
1. Syirik itu dosa besar (QS An-Nisa :48)
“48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”
2. Syirik itu adalah kesesatan yang jauh (QS An-Nisa :116)
“116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.”
Dua ayat dan poin di atas saya rasa sudah cukup mewakili alasan untuk menyimpulkan bahwa orang2 syirik itu sudah sama dengan orang2 yang terkena NAJIS dan harus dijauhi.
Begitu tegas dan kerasnya teguran dan peringatan Allah terhadap Kaum Musyirikin ini, sehingga jangan Sampai kita dan keturunan kita nantinya tergolong kepada kaum musyrikin ini..
tak kenal maka tak tahu, dan janganlah kita tergolong kepada orang2 yang tidak tahu ini, karena orang2 yang tidak tahu cendrung kepada kebodohan dan kerugian..makanya mari kita coba memahami apa ciri2 dari musyrikin ini, semoga kita tidak tergolong kepada orang2 yang musyrik ini…
Ciri2 orang musyrik :
1. Ikut Nenek Moyang, kalau nggak percaya coba saja lihat QS Al-Baqarah (2):170
2. Ikut Orang banyak…!apakah kita tergolong tipe manusia yang seperti ini…mari introspeksi diri dan lihat firman-Nya yang Agung QS Al-An’am (6):116)
3. Ikut teman Akrab. Berteman sih boleh tetapi carilah teman yang selalu mengajak kita kepada perintah ALLAH. Untuk lebih menyakinkan kita semua, coba buka Al-Qur’annya surah Al-Furqan (25):27-29.
4. Ikut Pemimpin Thogut…uppssss…kita nggak ya??? kayaknya —- deh…gimana ya, jika iya kita harus gimana dan jika tidak ya Alhamdulillah… carilah pemimpin yang PSA(Pemimpin Standar Al-Qur’an). apa itu pemimpin standar Alqur’an. ya pemimpin yang bergerak, melangkah dan berkuasa berdasarkan perintah2 Allah yang ada didalam Al Qur’annum karim. Mau tahu ayat yang memerintahkan hal yang demikian, mari baca dan fahami maksud dari QS Al-Ahzab(33):66-67.
5. Ikut Hukum thogut. Hukum thogut adalah hukum2 yang tidak dibuat oleh Allah tetapi di buat oleh manusia. Allah sangat mengecam siapa saja yang berhukum kepada hukum selain dari hukum yang telah Allah perintahkan yang ada di dalam Al Qur’an. Allah sangat membenci orang2 yang berhukum kepada hukum selain hukum Allah DALAM SEGALA HAL… untuk lebih memahami, coba dibuka QS An-Nisa (4):60-61
Hmmm…dari lima ciri2 di atas, kita harus mewaspadai, apakah diri kita ada pada salah satu dari ciri2 di atas atau malah semuanya ada pada diri kita. Nau’dzubillahiminzalik… semoga kita dan keturunan kita jauh dari ciri2 di atas. Selalulah berdoa mohon petunjuk kepada Allah agar kita selalu dituntun dan diberi petunjuk agar tidak tergolong kedalam kau musyrikin tersebut. amiinn ya Allah amin ya Robbal’alamin…
September 11, 2011 at 11:51 pm
Bener,tapi apakah kita telah bener2 kufur thd thogut ? Batin mungkin bisa,tapi zhohir ….mampukah?
September 26, 2011 at 10:14 pm
Alloh tidak memerintahkan kita untuk sempurna dan berhasil
Alloh perintahkan kita untuk berusaha sekuat kita
Alloh tidak pernah membebani kiita melebihi kapasitas kita
saya yakin itu mungkin untuk di dupayakan, karena Allo tidak akan memerintahkan kita yang tidak mungkin
jika anda tidak mampu dengan tangan
maka dengan lisan
jika masih tidak bisa awanlah dengan hati, denan cara memperebal wala pada Alloh dan bara pada Alloh, agar mudah mudahan anda kelak dapat menumbuhkan semangat untuk berjihad dengan tangan anda
kita tidak pernah diprintahkan untuk memikirkan apakah perjuangan ini mungkin atau tidak, kita itu diperintahkan untuk percaya (iman) dan mencoba sekuat mungkin untuk mengaplkasikanya, agar kelak mudah-mudahan Alloh memungkinkan kita melakukan apa yang tidak mungkin
dan sesungguhnya musa Alaihi salam tidak pernah membelah lautan, dan tiada laut merah terbelah malinkan karena pertolonan Alloh, untuk membuat apa yang tidak mungkin menjadi munkin
Oktober 5, 2011 at 10:08 pm
Terlambat aku…….ternyata di blog ini banyak orang2 pinter.
Oktober 7, 2011 at 7:07 pm
“orang2 pinter” maksudku “berilmu”
Mei 12, 2012 at 4:38 pm
intinya alloh sebagai rububiyah,(maha raja,sebagai pengatur hukum.), mulkiyah(alloh memrintah manusia sebagai khalifah di muka bumi,membentuk kerajaan ALLAH,menegakkan hukum ALLAH ,membentuk wadah jamaah dan ulluhiyah (ALLAH SEBAGAI Sembahan manusia amal ma’ruf nahi munkar),berarti semuanya harus dijalankan secara kaffah tidak boleh setengah2,betul gak bang???
Mei 12, 2012 at 6:03 pm
bagus ini seperti rujukan dakwahnya seperti syeikh imram husein atau di indonesia abu bakar baasyir
November 4, 2013 at 11:50 pm
Nabi Muhammad SAW. Sahabat,Tabi’in,dst. selalu santun dalam berdakwah,bahasa yang disampaikan enak diterima tidak memojokkan,tapi beliau-beliau memasukan syariat Islam dengan gaya رحمة للعالمين (Islam Sebagai rahmat bagi semua alam) mari berfikir,berdzikir,berikhtiyar kita songsong Indonesia yang makmur.Urusan Islam,Iman dan Ihsan adalah hubungan kita dengan Allah SWT. jadikan tiga pilar tersebut sebagai kekuatan kita,pelajari,fahami,hayati,dan rasakan-yakinlah kalau sudah merasakan Islam itu indah tanpa harus memojokkan satu dan lainnya. Ingatlah ayat: لكم دينكم ولي دين “Bagimu agamamu bagiku agamaku”.Islam itu indah
April 8, 2014 at 6:21 pm
yg posting kebanyakan buku, tp ga mau bertanya sama yg lebih tahu (ulama). orang stres ini sih….
April 13, 2015 at 5:57 am
Hemmm