Tahun 1959 – 6192 Pecah perang Brata Yudha antara APNII dan APRI.

Menurut Syari’at walaupun kekuatan NII lebih kecil dibanding kekuatan musuh, namun hal ini bukan alasan untuk mundur, namun kalau sudan terjadi pengkhianatan, ini lain soal. Melihat gelagat ini Imam SMK memanggil seluruh komandan-komandan APNII dari tingkat Bupati keatas secara bergilir untuk diberikan amanat-amanat sebelum terjadi “Masa Fathrah” kurang lebih isi amanatnya sebagai berikut:

  1. Diperintahkan kepada segenap Mujahid dan Mujahidah untuk kembali ke “semangat Gunung Cupu” yaitu memegang teguh dan merealisasikan Kalimat Laa Ilaaha Ilal-Llah Muhammadar Rasulullah, dengan prinsip operasional “Laa ……” Tidan/Non/berpaling) yang ada pada dasar juangnya harus karena mentaati perintah-perintah mengharap ridho Allah SWT.
  2. Mujahid harus menjadi Mujtahid, jelasnya seluruh APNII terutama para pemimpinnya harus berijtihad sendiri, jangan taqlid lingkungan atau pada pimpinan selkalipun, bila ia menyerah.
  3. Selamatkan Mujahid dan Mujahidah dengan taktik “Khod’ah”/taktik tipu musuh maksudnya pura-pura.

Juga beliau berwasiat kepada seluruh Mujahid dan Mujahidah sebagai berikut: Mujahid dan mujahidah harus sabar bisa jadi esok lusa kita menjadi sampah. namun sampah itu akan jadi kristal pupuk yang akan menyuburkan NII pada masa yang akan datang.

Sebenarnya siliwangi telah kehabisan akal, untuk menembus pertahanan NII begitupun Sukarno yang pernah mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Bapak Imam SMK hampir menyerahkan kekuasaannya demi tercapainya kedamaian Nasional yang menjadi titik tujuan RI.

Namun kenyataan diatas berputar 180 derajat dengan munculnya para pengkhianat utama, yaitu 2 orang tokoh NII membelot dan memberikan ide dan kejelasannya mengenai segala kerahasiahan TII. Tersimpullah suatu rancangan penyerangan sesuai dengan anjuran pengkhianat, yaitu untuk memasang formasi “pagar betis” pengepungan secara rapat dengan tamengnya adalah masyarakat yang ditarik dari sekitar kaki gunung. Sebenarnya mereka adalah rakyat NII sendiri. Pagar betis ini memang sangat fatal terhadap pejuang karena bagaimana akan melepaskan tembakan kalau pelurunya harus menembus rakyat dahulu. Maka setiap bentrokan sering dihindari oleh pasukan NII. Diadakan penyerangan kalaulah rakyat yang disertakan dibawah todongan senjata TNI sedang melakukan sholat atau lagi ada keperluan lain yang meninggalkan tempat. Keadaan seperti ini menjadikan para Mujahid semakin terdesak hingga tertangkapnya Imam SMK dalam keadaan sakit pada tanggal 4 Juli 1962.

PATUT DICAMKAN
Pola Tarbiyah Imam SMK wajib dipahami Mujahid untuk menjiwai sakinah dan Istiqomah harokah dalam medan manapun , yaitu menumbuhkan cinta Tho’at dan patuh dengan motto:

  • Allah Minded 100 %
  • Islam Minded 100 %
  • NII Minded 100 %
  • Jihad Minded 100 %